Luna Aurora Abraham rela meninggalkan nama belakang dan keluarganya demi menikah dengan lelaki yang dicintainya yaitu Bima Pratama. Seorang pria dari kalangan biasa yang dianggap Luna sebagai dewa penyelamat saat dirinya hampir saja diperkosa preman.
Dianggap gila oleh suami dan Ibu mertuanya setelah mengalami keguguran. Dengan tega, Bima memasukkannya ke Rumah Sakit jiwa setelah menguasai seluruh harta kekayaan yang dimilikinya.
Tidak cukup sampai di situ, Bima juga membayar orang-orang di RSJ untuk memberikan obat pelumpuh syaraf. Luna harus hidup dengan para orang gila yang tidak jarang sengaja ingin membunuhnya.
Hingga suatu hari, Bima datang berkunjung dengan menggandeng wanita hamil yang ternyata adalah kekasih barunya.
"Aku akan menikah dengan Maya karena dia sedang mengandung anakku."
Bagaimana kelanjutan kisah Luna setelah Tuhan memberinya kesempatan kedua kembali pada waktu satu hari sebelum acara pernikahan.
Update setiap hari hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Tak Terduga
Sudah satu minggu berlalu, berita tentang Soraya masih ramai diperbincangkan. Wanita itu mengamuk bak kesetanan, seluruh isi kamarnya hancur berantakan.
"Di saat seperti ini Mirza pun menghilang, kemana dia?" Gumamnya.
"Aku harus membalaskan dendamku, Luna jika aku hancur maka kamu juga harus merasakan kehancuranmu juga. Tunggu pembalasanku." Ucapnya penuh dendam.
Sedangkan Brian masih berusaha untuk mencari investor baru dari berbagai negara untuk membuat perusahaan agensi miliknya tidak semakin dalam terpuruk.
Di sebuah negara, seorang pria yang sejak 5 tahun yang lalu berubah menjadi tak tersentuh sedang membaca beberapa artikel para pengusaha di negara-negara maju.
"Kamu semakin bersinar, Luna." Gumamnya.
Tok
Tok
Tok
"Tuan bolehkah saya masuk, ada yang ingin saya sampaikan." Ucap sang asisten.
"Masuklah, dan tutup kembali pintunya."
"Berita apa yang saat ini sedang kamu bawa?" Tanya seorang pria berwajah datar dan dingin.
"Ada sebuah perusahaan di Swiss menawarkan akuisisi pada perusahaannya yang hampir bangkrut karena tersangkut skandal."
"Terima, kapan kita harus berangkat ke sana?" Tanyanya pada asisten.
"Secepatnya akan saya buatkan jadwalnya, Tuan. Kalau begitu saya permisi."
Di saat asistennya keluar, masuk 2 orang wanita berbeda usia.
"Atlas... sampai kapan kamu akan terus mengabaikan Laras, biar bagaimana pun dia sudah menjadi tanggung jawabmu." Ucap Mama Widya tegas.
"Aku tidak punya kewajiban bertanggung jawab padanya, kejadian 5 tahun yang lalu adalah kesalahannya sendiri karena terlalu murahan. Dan Mama ingat, aku bukan suami Laras." Ucap Atlas tegas tanpa ekspresi.
"Tapi, aku kehilangan bayi sekaligus rahimku karena perbuatanmu Atlas! Jika saja kamu tidak mendorong tubuhku kuat hingga terpental membentur lemari...."
"Aku pasti sudah bahagia bersama anakku saat ini. Aku sudah menunggumu selama 5 tahun, kamu harus menikahiku secepatnya." Ucap Laras.
Pembaca ingat siapa Laras? Ya wanita muda yang saat itu sedang hamil. Pernah menolong Atlas ketika dia mencoba bunuh diri, dan berakhir keguguran karena tingkah murahannya yang ingin melecehkan Atlas.
"Mau kamu menunggu satu abad sekalipun aku tidak peduli. Karena cintaku sudah habis untuk Luna. Dan kamu bahkan sangat tidak layak untuk sekedar mendapatkan perhatianku. Pelacur murahan seperti ini yang Mama inginkan sebagai menantu? Aku rasa Mama harus healing supaya pikiran Mama bisa kembali jernih. Apa yang sudah dia katakan?"
"Aku tidak percaya, seorang Nyonya Widya bisa terhasut dengan mulut beracun wanita hina ini. Ingat, Mama aku tidak butuh persetujuan atau ijin dari Mama lagi. Aku akan tetap menunggu Luna. Aku percaya, jika kami berjodoh." Ucap Atlas panjang lebar tanpa mau dibantah oleh siapa pun. Bahkan hubungannya dengan Mamanya memburuk.
"Mama tidak menyangka, jika kamu bisa berkata kasar kepada Mama. Apa salahnya memberi kesempatan pada Laras, selama dia tinggal bersama Mama dia sudah banyak berubah. Dia bukan lagi wanita malam..."
"Dan aku sama sekali tidak suka barang bekas, sekali pun dia mengatakan sudah berubah. Tapi cara melihatku masih sama." Ujarnya.
"Penuh nafsu... sangat menjijikkan." Tambahnya.
"Aku akan pergi, jika Mama masih mau di sini silahkan aku tidak akan melarang." Setelah mengatakan kalimat terakhir, Atlas mengambil jas dan tasnya lalu pergi meninggalkan dua wanita dengan pemikiran yang berbeda. Mama Widya dengan perasaan bersalahnya, sedangkan Laras dengan hasrat memiliki yang semakin menggebu.
"Ayo kita pulang, sesuai janji ini adalah terakhir kalinya aku membujuk Atlas. Dia memang tidak bisa mencintai wanita lain selain mantan istrinya. Aku harap kamu bisa mengerti, tanggung jawab yang kamu tuntutkan sudah sepenuhnya diselesaikan. Aku juga minta kamu mulai hari ini keluar dari rumah kami, karena suamiku tidak menyukaimu."
"Lima tahun menanggung biaya hidup kamu yang hedon, aku rasa sudah impas dengan kematian bayi kamu yang sebenarnya adalah kesalahanmu sendiri. Kenapa dengan perut yang sudah besar, tapi masih berani menggoda Atlas dengan tubuh kotormu. Sangat menjijikkan." Sarkas Mama Widya.
"Tante juga membuangku sekarang? Berani sekali kalian memperlakukanku seperti sampah."
"Bahkan jika aku mau, aku bisa menyingkirkanmu sejak dulu. Tapi karena aku juga seorang wanita yang pernah hamil, aku masih menjaga sisi kemanusianku selama ini. Pergilah, sebelum suamiku yang bertindak. Karena sebenarnya sudah lama suamiku ingin mengusirmu dari rumah kami. Andai kamu bisa menjaga sikapmu, aku tidak segan menganggapmu anak."
Setelah mengatakan itu, Mama Widya keluar dari ruangan sang putra. Bulir bening mengalir di pipi wanita paruh baya tersebut. Sejak dirinya terkesan membela Laras, putranya semakin menjaga jarak dan menjauh. Suaminya sudah sering mengingatkannya, tapi dengan dalih kasihan terhadap Laras Mama Widya bersikeras untuk menampung dan berusaha menjodohkan dengan Atlas.
Putranya itu berhasil bangkit setelah ditinggalkan Luna pergi ke Luar Negeri. Meskipun tanpa dukungan orang tua, Atlas bisa membangun perusahaannya sendiri. Berharap suatu saat bisa kembali bertemu dengan mantan istrinya.
Saat ini di Swiss seorang wanita cantik yang terlihat dewasa sedang menghadiri pertemuan antar para pengusaha di sebuah ballroom hotel.
Decak kagum selalu terdengar ketika Luna melangkahkan kaki melewati para pengusaha muda. Tidak hanya lelaki, tidak jarang perempuan juga mengaguminya.
"Selamat Nona Luna atas penghargaan yang Anda terima pekan lalu. Penobatan menjadi pengusaha wanita muda terhebat memang cocok untuk Anda sandang. Ngomong-ngomong kapan Anda mengakhiri masa lajang?" Tanya seseorang.
"Saya rasa hidup sendiri, jauh lebih baik. Tidak perlu sakit hati jika ada yang melukai." Jawaban ambigu terkesan dingin mengundang presepsi jika sebenarnya Luna pernah mengalami luka hati teramat dalam.
Larut dalam pembicaraan yang menyenangkan, membuat Luna tidak menyadari ada sepasang mata yang menyorot tajam. Pandangan licik penuh rencana busuk.
"Berikan minunan ini pada wanita bergaun violet di sana." Ucap seorang perempuan berpakaian serba hitam lengkap dengan masker dan kacamata.
"Pastikan dia meminumnya, dan setelah itu arahkan dia menuju toilet. Ini bayaranmu." Ucapnya lagi sambil memberikan segepok uang bergambar dolar.
"Baik, tapi jika saya tertangkap Anda harus membantu membebaskan saya."
"Lihat saja Luna, setelah ini aku pastikan video kamu juga akan seviral videoku yang kamu sebarkan. Mata dibalas mata, membuatmu terhina akan memberikanku kebahagiaan tersendiri."
Sementara Luna yang memang merasakan haus tidak merasa curiga saat seorang pelayan memberikannya segelas minuman tanpa warna yang mengandung alkohol. Rasa pahit seketika masuk tenggorokannya.
"Astaga, aku salah mengambil minuman." Gumam Luna yang merasakan pening. Kemudian Luna berpamitan kepada orang-orang yang tadi diajaknya berbicara.
Dengan langkah sedikit sempoyongan, Luna berjalan keluar Ballroom tujuannya adalah toilet. Tapi saat dia masih berada di lobby, seseorang memukul tengkuknya keras sehingga membuatnya pingsan.
"Bagus, sekarang bawa ke kamar."
Di waktu bersamaan, Atlas yang sudah tiba sejak kemarin memang menginap di hotel. Karena pertemuannya dengan Brian masih esok hari.
Tapi saat Atlas akan memasuki kamarnya, dari kejauhan dia melihat seorang wanita yang mirip dengan mantan istrinya sedang dipapah seorang pria dan wanita menuju ke sebuah kamar di ujung lorong.
"Seperti Luna, tapi sejak kapan dia minum minuman beralkohol? Pasti ada yang berniat menjebaknya. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
"Ada apa Tuan?" Tanya asisten Atlas bernama Ricky Anggara itu.
"Lihat ke depan, wanita itu adalah mantan istriku. Dan aku merasa ada yang tidak beres dengannya. Sepertinya dia akan dijebak."
"Lalu apa rencana Tuan Atlas?"
"Kita jebak balik, buat wanita yang membawa Luna berakhir dengan pria yang bersamanya. Aku yakin penjebakan ini bukan konspirasi biasa."
"Baik Tuan." Ucap Ricky lalu mengambil sebuah alat di balik kemejanya. Alat kejut listrik yang senantiasa dia bawa kemana pun pergi. Sungguh unik Ricky ini.
Setelah membuat dua orang yang berniat mencelakai mantan istri bosnya tumbang, Ricky mengunci kamar dari luar. Berharap kehebohan segera tiba.
Sedangkan Atlas kini bersama Luna yang baru bangun dari pingsannya.
"Kamu siapa, wajahmu seperti suami breng sekku. Ahhh... Sshhh... Panashhh..."
"Tolong aku sepertinya ada yang sengaja memberiku obat perang sang."
Weh bang ER tahan sekali Ampe seminggu lebih jebol gawang ga bisa 😂😂😂
yg jadi atlas matanya biru/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Suka awal yg menarik
jangan jangan cuma Rekasi sebentar dah mau masuk sarang letoy lagi wkwkwkkw
itu adik ma KK kandung kan Thor
keren bisa dalam itu curhat nya