Jennaira adalah putri kandung dari keluarga bangsawan Bakari. Ia terlahir dari rahim istri kedua Aston Bakari yang bernama Jenny. Ibu kandung Jennaira tersebut adalah cinta pertama Aston. Jenny terlahir dari trah rakyat jelata, bukan berdarah bangsawan.
Kebahagiaan Aston hancur setelah kematian Jenny secara mendadak.
Suatu malam, Jennaira (21 tahun) sedang berjalan kaki menuju ke sebuah klub malam terbaru di kotanya. Ia punya pekerjaan gelap yakni mencuri dompet-dompet orang kaya.
Jennaira terkejut melihat sebuah sedan mewah mengalami kecelakaan tunggal di depan kedua matanya. Ia berlari ke TKP untuk menolong.
Akan tetapi, Jennaira begitu terkejut melihat wajah seorang wanita muda yang ditolongnya itu ternyata mirip sekali dengan wajahnya.
"Kenapa wajahnya mirip sekali dengan wajahku? Apa aku punya saudara kembar?" batin Jenna.
Bagaimana bisa Jennaira, putri kandung dari putra mahkota Keluarga Bakari bisa tinggal berjauhan dari keluarga aslinya yang kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Petaka di Hari Ulang Tahun Ares
"Lakukan, Kak. Demi rasa sakit di hatimu. Bukankah jika aku tak ada di dunia ini, seluruh kekayaan Keluarga Bakari akan jatuh ke tanganmu." Jenna semakin menggebu menyuruh Ares untuk menarik pelatuk.
Pandangan Ares menatap tajam ke arah Jenna yang dalam kondisi berdiri sambil menutup kedua matanya. Pist0lnya pun terarah pada tubuh Jenna dan siap ditembakkan.
Amarah, kekecewaan, penyesalan sekaligus cinta, sedang bergejolak dalam batin Ares saat ini. Kenangan indah sekaligus kenangan pahit bersama orang tuanya termasuk adik perempuannya tersebut sedang berseliweran dalam ingatannya.
Sovia Bakari tepatnya si putri palsu masuk ke dalam Keluarga Bakari ketika berumur sepuluh tahun. Kala itu Ares genap berumur lima belas tahun.
Sebelumnya, Ares sering merasa kesepian karena tak punya saudara sejak bayi Sovia dinyatakan hilang. Namun kembalinya Sovia di Keluarga Bakari, Ares pun tak lagi merasa sendiri. Ares menyayangi Sovia.
Terlebih karena Daddy Aston berusaha mendekatkan kedua anaknya tersebut agar menjadi saudara yang akrab dan saling tolong-menolong bukan bermusuhan. Walaupun mereka punya ibu yang berbeda.
Awalnya hubungan Ares dan Sovia baik-baik saja selayaknya saudara normal pada umumnya. Akan tetapi, sebuah musibah datang menimpa Ares ketika genap berusia tujuh belas tahun. Mengubah hidup sang putra mahkota hingga seratus delapan puluh derajat berbeda.
Saat itu Keluarga Bakari sedang merayakan ulang tahun Ares di vila keluarga. Lokasinya berada tak jauh dari area peternakan kuda milik Keluarga Bakari.
Mereka tidak mengundang pihak luar, semisal teman atau kolega. Hanya ada Keluarga Bakari dan para pelayan saja di sana.
Rencananya malam hari mereka sekeluarga akan makan malam bersama disusul acara tiup lilin serta potong kue tart berukuran besar dengan perpaduan warna gold and black yang bergambar sketsa wajah keluarganya sesuai permintaan sang putra mahkota.
Ares sengaja tak ingin merayakan ulang tahunnya yang ke-17 secara besar-besaran. Ares tipikal pria introvert. Di sekolah tak banyak teman dekat yang dimilikinya.
Alhasil Ares hanya ingin merayakan ulang tahunnya kala itu bersama keluarga saja. Sebagai ayah yang baik, Daddy Aston mengabulkan keinginan putranya tersebut.
Daddy Aston sedikit terlambat datang ke vila. Ia datang menjelang sore hari bersama Suryo karena ada rapat penting dengan kolega bisnis yang tak bisa diabaikan begitu saja. Sedangkan James baru datang ke vila siang harinya secara terpisah.
☘️☘️
Pukul dua siang hari, Della dan Oma Ruby memilih beristirahat di kamar setelah makan siang bersama. Sedangkan Ares dan Sovia berpamitan ingin bermain sebentar. Della pun mengizinkan selama mereka didampingi pengawal.
"Kak, aku bosan dari tadi kita main dilihatin penjaga terus. Memangnya mereka itu gak ada kerjaan yang lain apa?" ketus Sovia seraya berbisik lirih pada Ares.
Hening terjadi beberapa saat di antara kedua anak tersebut. Lalu, terbesit sebuah ide dari Ares.
"Ayo kita main petak umpet sama mereka, pasti seru."
"Setuju, Kak. Hihi..." sahut Sovia seraya tertawa kecil.
"Nanti ikuti aba-aba dari kakak kalau mau main petak umpet," titah Ares.
"Siap," jawab Sovia.
Akhirnya setelah melakukan siasat jitu, Ares dan Sovia berhasil melepaskan diri dari pengawasan para pengawal. Ares terpaksa berbohong menyuruh para pengawal kembali ke vila membawakan mereka kudapan serta minuman. Bahkan Sovia juga meminta mereka membawakan mainan milik Ares dan boneka miliknya.
Setelah itu, hanya tersisa satu pengawal saja di sana. Dengan alasan bermain tutup mata untuk mengelabui si pengawal yang tersisa, mereka berdua berhasil berlari sejauh mungkin dari vila. Tanpa terasa keduanya bersembunyi di kandang kuda yang kebetulan si penjaga sedang berada di toilet untuk buang air besar.
Ares dan Sovia telah belajar berkuda, namun belum ahli. Terkadang Sovia masih takut naik kuda karena baru tiga tahun ini belajar. Sedangkan Ares sudah berani berkuda, tapi selama ini masih tetap dengan pengawasan instrukturnya.
"Kakak kan sudah mahir berkuda, aku pengin banget jalan-jalan naik kuda sama Kak Ares." Rengek Sovia tiba-tiba.
"Ehm, gimana ya..." ucap Ares terdengar ragu-ragu.
Raut wajah Sovia seketika berubah. Ia tampak cemberut menatap Ares. Padahal sang kakak belum memberikan jawaban.
"Kak Ares gak sayang Sovia! Kak Ares gak asyik!" omel Sovia dengan bibir manyun khas anak kecil yang sedang merengek manja. Bahkan kedua kakinya dihentakkan ke tanah. Ares begitu dilema melihat hal ini.
Baru satu langkah Sovia hendak pergi meninggalkan kandang kuda, seketika terhenti mendengar seruan Ares.
"Baik, kakak mau."
Sontak Sovia menoleh ke arah belakang tubuhnya dan menghadap Ares. Dengan mata berbinar cerah dan senyum merekah, ia berlari kecil ke tempat Ares berdiri.
"Yang benar, Kak?" tanya Sovia untuk memastikan.
"Iya," jawab Ares. "Demi adikku," imbuhnya.
"Aaa... Kak Ares memang kakak terbaik," jerit bahagia Sovia seketika memeluk tubuh Ares.
Beberapa menit kemudian, Ares membuka pintu kandang salah satu kuda. Awalnya Ares sempat ragu karena tak melihat kuda kesayangannya yang biasa ia tunggangi.
Karena tak ingin melihat wajah sedih sang adik, Ares akhirnya tetap membuka salah satu kandang kuda yang ada.
Tap...
Ares menaiki kuda tersebut terlebih dahulu. Sovia melihat Ares begitu gagah berada di atas kuda.
"Kak Ares keren banget," puji Sovia seraya bersorak gembira sambil berjalan mengelilingi kuda tersebut sebelum menaikinya. Saking gemasnya, Sovia yang masih berdiri di samping kuda, menepuk-nepuknya.
Sebelum Ares bersuara untuk melarang tindakan Sovia barusan, tiba-tiba sang kuda berlari kencang keluar. Bahkan akibat ulah si kuda tersebut, membuat pintu masuk area kandang rusak sebagian.
BRAKK !!
"AAAA... KAK ARES !!" jerit Sovia terkejut melihat si kuda tiba-tiba membawa Ares pergi dari sana. Kuda tersebut berlari kencang dan berubah liar. Sovia berusaha ikut lari keluar mengejar Ares yang berada di atas kuda itu.
"SOVIA, TOLONG AKU !!" teriak Ares.
Bersambung...
🍁🍁🍁
akhirnya kebenaran akan terungkap segala misteri akan aston dapatkan semangat......