NovelToon NovelToon
Menuju Sukses Bersama Ayahku

Menuju Sukses Bersama Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:904
Nilai: 5
Nama Author: Monica Wulan

seorang anak perempuan bercita-cita untuk sukses bersama sang ayah menuju kehidupan yang lebih baik. banyak badai yang dilalui sebelum menuju sukses, apa saja badai itu?

Yok baca sekarang untuk tau kisah selanjutnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica Wulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jebol

     Alya terdiam lama, pikirannya bergulat antara rasa takut, keinginan akan uang, dan pengaruh bujukan Luna. Bayangan kehidupan mewah yang dijanjikan Luna begitu menggoda. Lima puluh juta rupiah adalah jumlah yang sangat besar, jauh melebihi apa yang pernah ia impikan. Akhirnya, ia mengangguk lemah. "Baiklah, Kak. Aku… aku setuju."

Luna tersenyum puas. Ia langsung menghubungi temannya, pria tampan yang tadi menciumnya. Tidak lama kemudian, pria itu kembali. Begitu melihat Luna, ia langsung memeluknya menciumnya dengan penuh gair4h, dan tangannya mulai meraba-raba pa*a Luna. Alya menyaksikan adegan itu dengan perasaan campur aduk. Ia merasa jijik, takut, namun juga ada getaran aneh yang mengalir di tubuhnya. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

      Luna melepaskan ciumannya, lalu memperkenalkan Alya. "Ini Alya, adikku. Dia ingin… menawarkan jasanya dia masih segel"

Pria itu tampak terkejut, namun matanya langsung berbinar-binar ketika melihat Alya. Ia menilai Alya dari atas sampai bawah, tatapannya penuh nafsoy.

"Wow… dia sempurna," gumam pria itu. "Berapa harganya?"

Luna menjawab dengan tegas, "Enam puluh juta."

      Pria itu tampak sedikit terkejut dengan harga yang ditawarkan Luna. "Enam puluh juta? Itu terlalu mahal. Aku hanya sanggup membayar empat puluh juta."

Luna menggeleng. "Tidak. Enam puluh juta. Adikku sempurna, dan dia pantas mendapatkan harga yang pantas."

Pria itu tampak ragu-ragu. Luna melanjutkan rayuannya, "Bagaimana kalau begini? Setelah kamu bersama Alya, kamu juga bisa bersamaku. Aku akan memu4zkanmu sepenuhnya. Kita bisa bersenang-senang bersama tapi harus 60 juta. Bagaimana?"

      Pria itu tergoda oleh tawaran Luna. Ia menyadari bahwa mendapatkan dua wanita cantik sekaligus adalah kesempatan yang langka. Setelah beberapa saat berpikir, ia akhirnya mengangguk. "Baiklah. Enam puluh juta. Tapi, kita harus segera melakukannya."

Luna tersenyum puas. Ia menoleh ke arah Alya, matanya penuh arti. "Kamu lihat, Alya? Mudah sekali mendapatkan uang. Sekarang, ikuti saja apa yang akan kuperintahkan."

Alya terdiam, tubuhnya gemetar. Ia merasa sangat menyesal telah mengambil keputusan ini. Ia merasa telah terjebak dalam sebuah jebakan yang mengerikan. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia hanya bisa pasrah dan mengikuti apa pun yang diperintahkan Luna. Uang enam puluh juta itu begitu menggoda, namun di baliknya, tersimpan bahaya yang mengerikan.

...****************...

AREA 21 ⚠️

    Romi melepaskan seluruh pak aian Alya. Tubuh Alya yang muda dan polos terpapar di hadapannya. Romi lalu membuka pak aiannya sendiri, memperlihatkan tongkat miliknya yang besar dan tegak. Alya terbelalak, matanya membulat sempurna. Ia belum pernah melihat sesuatu sebesar itu sebelumnya. Rasa takut dan jijik bercampur aduk dalam dirinya.

"Jangan takut, Sayang," bisik Romi, mencoba menenangkan Alya. "Ini akan baik-baik saja. Percayalah padaku kau pasti akan suka nanti."

Tangan Romi meraih tangan Alya, membimbingnya untuk menyentuh tongkat miliknya. Alya ragu-ragu, namun ia tidak berani menolak. Dengan gemetar, ia menyentuh tongkat Romi yang besar dan keras. Kulitnya terasa panas dan kasar.

"Mmm yah bagus seperti itu sayang…" des4h Romi, menikmati sentuhan Alya. Ia semakin bersemangat.

Romi kemudian mengarahkan tongkat miliknya ke arah keong Alya. Alya sangat ketakutan. Ia merasakan sakit yang luar biasa hanya dari bayangan sentuhan itu. Air mata mengalir deras di pipinya.

"Tolong… jangan… hiks hiksss" rintih Alya, suaranya bergetar.

"Tenang, Sayang," bisik Romi, mencoba menenangkan Alya. "Ini akan sedikit sakit di awal, tapi setelah itu, kamu akan menyukainya. Percayalah padaku."

Romi perlahan-lahan memasukkan tongkat nya ke dalam keong Alya. Alya menjerit kesakitan. Rasa sakit yang luar biasa menusuk tubuhnya. Ia menangis tersedu-sedu, tubuhnya menegang.

"Aakkh sakit… sakit sekali… ku mohon stop" tangis Alya.

Romi terus menenangkan Alya, membisikkan kata-kata manis di telinganya. Ia terus bergerak perlahan, menyesuaikan diri dengan tub*h Alya. Alya masih merasa sangat sakit, namun lama-kelamaan, rasa sakit itu mulai berkurang, tergantikan oleh sensasi yang aneh dan baru.

"Mmm… yah seperti itu shhh" des4h Alya, suaranya sedikit lebih tenang. Rasa sakitnya masih ada, namun kini bercampur dengan sensasi yang tidak ia mengerti. Ia merasa tubuhnya panas, dan ada getaran aneh yang mengalir di seluruh tubuhnya.

Romi terus bergerak, tempo gerakannya semakin cepat. Alya masih menangis, namun tangisannya sudah tidak sekeras sebelumnya. Ia mulai menikmati sentuh4n Romi, meskipun rasa sakit masih terasa. Ia merasa tubuhnya lemas, dan ia hanya bisa pasrah pada apa pun yang terjadi.. Ia merasa tubuhnya seperti melayang, dan ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Setelah beberapa saat, Romi berhenti. Alya terbaring lemas di atas kasur, tubuhnya berkeringat dan sedikit gemetar. Ia merasa tubuhnya lemas, namun di saat bersamaan, ada rasa puas yang aneh.

Romi menatap Alya dengan senyum puas. "Gimana, Sayang? Suka? enak bukan? " tanyanya.

Alya terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. "Sakit… tapi… enak juga," jawabnya lirih, masih sedikit malu.

Romi tersenyum. "Sekarang, giliran kamu di atas," katanya.

Alya bingung. "Di atas? Maksudnya?"

Romi menjelaskan dengan sabar, sambil menunjukkan posisi yang tepat. Alya awalnya ragu, namun ia mengikuti arahan Romi. Ia duduk di atas tub*h Romi, sedikit canggung. Romi membimbingnya, menunjukkan bagaimana cara menggerakkan tubuhnya.

Awalnya, Alya masih merasa canggung dan takut. Namun, lama-kelamaan, ia mulai menemukan ritmenya. Ia mulai menggerakkan tub*hnya di atas Romi, mengikuti irama yang ia rasakan.

Romi memegangi pinggul Alya, membimbing gerakannya. Ia juga merem4s gundukan sedang Alya dengan penuh gair4h. Sentuhan Romi membuat Alya semakin bersemangat. Ia merasakan sensasi yang luar biasa, jauh lebih kuat dari sebelumnya.

"Mmm…ahhh in-ini enak banget" des4h Alya, suaranya semakin keras. Ia semakin menikmati posisi ini. Ia merasa tubuhnya melayang, dan ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Romi juga menikmati posisi ini. Ia merasakan tub*h Alya yang lentur dan panas di atasnya. Ia merem4s gundukan Alya dengan lebih keras, membuat Alya mendes4h semakin keras.

"Akkhh sayang… kamu luar biasa," bisik Romi, suaranya bergetar. "Aku sangat menyukainya."

Alya semakin liar, menggerakkan tub*hnya dengan penuh semangat. Ia merasa tubuhnya seperti terbakar, dan ia tidak bisa berhenti. Ia menikm4ti sentuhan Romi, dan ia merasa dirinya semakin gila.

"Mmm… lagi… lagi…" rintih Alya, suaranya penuh gair4h. Ia tidak bisa berhenti, dan ia ingin terus merasakan sensasi ini.

Romi terus mengikuti keinginan Alya, membimbing gerakannya. Ia menikm ati setiap sentuhan, setiap des4han Alya. Ia merasa sangat puas, dan ia menyadari bahwa Alya memiliki bakat alami dalam hal ini. Ia yakin, Alya akan menjadi wanita yang sangat sukses di dunia ini.

Setelah selesai, Romi menatap Alya yang terbaring lemas di atas kasur. Wajah Alya terlihat kosong, seperti sedang melamun. Tubuhnya berkeringat, dan napasnya masih tersengal-sengal. Romi tersenyum puas. Ia bangkit dari kasur dan mendekati Alya.

"Jangan khawatir, Sayang," kata Romi, sambil mengusap rambut Alya. "Aku akan mentransfer uangnya sekarang juga. Enam puluh juta nominal yang cukup untuk bakat mu."

Alya terkesiap, matanya membulat. "Sekarang? Benarkah?" tanyanya, suaranya masih sedikit serak.

Romi mengangguk. "Tentu saja. Aku tidak pernah mengingkari janjiku." Ia mengambil ponselnya dan mulai melakukan transfer uang.

Tiba-tiba, Romi memanggil Luna. "Luna, masuk!"

Luna masuk ke kamar dengan senyum licik di wajahnya. Ia melihat Alya yang terbaring lesu di atas kasur, dan ia tersenyum semakin lebar. Ia tidak peduli dengan kondisi adiknya, yang terpenting adalah uang.

"Aku ingin mentransfer uangnya sekarang," kata Romi kepada Luna. "Tapi, sebagai imbalannya dan janji mu aku ingin kamu memuask*nku dulu di sini."

Tanpa ragu, Luna membuka cel4nanya dan langsung duduk di atas milik Romi yang masih tegak. Ia menggerakkan tubuhnya dengan lincah, tanpa memperdulikan Alya yang masih terbaring di samping mereka. Romi mendes4h puas, menikmati gerakan Luna yang terampil.

"Ahhh ya luna kau memang yang terbaik.. "

Sementara itu, Romi masih mer3mas gundukan Alya. Sentuhan Romi membuat Alya menger ang kesakitan bercampur kenikmatan. Ia merasa tubuhnya masih lemas, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah dan menyaksikan adegan di hadapannya. Ia merasa sangat malu dan terhina. Ia menyesal telah mengikuti bujukan Luna, menyesal telah menjual tub*hnya demi uang. Namun, semuanya sudah terlambat. Ia hanya bisa berharap, semuanya akan segera berakhir.

Huhh panas guys hihi 🔥 jangan lupa like dan ikuti ya beb❤

1
caca
cocok deh adik kakak nggak beres thor
caca
astagah ampunn bik otak mu
caca
bik zulaika sumpah ngeselin /Panic/
Proposal
Bagus Kaka🌟💫, jangan lupa mampir karyaku juga yaa🥰🙂‍↔️
Titus
Karakternya juara banget. 🏆
Monica Wulan: makasih kak udah mampir di cerita baruku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!