Farrah, gadis desa yang lugu, berhasil menaklukkan hati seorang Mafia kejam bernama Martin.
Kisah cinta mereka berawal ketika Martin tidak sengaja melihat Farrah menangis histeris di bandara, ia dipaksa ikut dengan seorang pria paruh baya sebagai ganti hutang ayahnya yang tidak bisa dibayar.
Meskipun saling mencintai, namun masalah besar yang dihadapi oleh Martin menjadi kendala dalam hubungan mereka.
Baca selengkapnya di novel ini >>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jasmoone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Air mata haru
Pasca ribut besar dengan dua istri mudanya seminggu yang lalu, pagi itu Jarwo kembali jatuh sakit dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.
Namun karena ada beberapa kendala, tiga istri Jarwo itu pun memutuskan untuk merujuk suami mereka ke rumah sakit di jakarta.
Setibanya di rumah sakit di jakarta, Jarwo langsung ditangani oleh beberapa dokter profesional.
Setelah kurang lebih 2 jam di IGD, Jarwo akhirnya dipindahkan ke ruang rawat inap.
" Tau rasa kalian kalau sudah begini!!, haha. " Gunam Jarwo dalam hati seraya membuka sedikit mata sebelah kirinya.
Dengan tatapan penuh arti, istri kedua Jarwo mengusap-usap kepala suaminya itu.
" Makanya kalau sudah tua bangka itu sadar diri suuu!, sudah bau tanah begini masih saja menggatal sana sini!!!. " Gumam istri kedua Jarwo dalam hati.
" Mas jangan dulu mati ya, kebun sawit yang baru dibeli kan belum balik nama atas nama aku. " Gumam istri ketiga Jarwo dalam hati sambil melirik wajah suaminya.
Jarwo kembali membuka sedikit matanya, ia mendapati ekspresi menggemaskan istri-istrinya.
" Pasti sedang mikirin hartaku hahaha, pura-pura sekarat ahh. " Gumam Jarwo dalam hati seraya mengatur pernapasannya agar terlihat seperti orang sekarat.
Menyadari apa yang terjadi pada Jarwo, tiga istri Jarwo tampak panik, dan dua istri mudanya pun menangis palsu.
" Ahahaha bikin gemes, ini air mata bawang apa air mata harta ya?. " Gumam Jarwo dalam hati yang tak kuat menahan tawa karena akting dua istri mudanya itu.
Beda dengan dua madunya, Wartini tampak tidak menunjukan sikap berlebihan pada suaminya.
Tak kuat menahan tawa, Jarwo akhirnya menghentikan aktingnya, pernapasan Jarwo tampak kembali stabil.
Dua istri muda Jarwo itu pun tampak lega, mereka secara spontan saling bertatapan.
...***...
Sementara Martin, Tampak tengah mencari sesuatu di dalam gang kecil di dekat hutan.
Setelah beberapa saat berkeliling di sana, Martin dikejutkan oleh suara tangisan seseorang.
Ia pun langsung menuju sumber suara, suara itu terdengar semakin jelas namun tidak ada satu orang pun di sana.
" Tolong... hiks.. hiks.. hiks... " terdengar jelas suara tangisan perempuan.
Suara itu terdengar semakin jelas, ia pun mengenali suara itu, suara itu adalah suara Anna adiknya.
Mendengar tangisan pilu sang adik, Martin tampak khawatir.
" Anna, Anna..,Annaaaaaaaaa.....!!, kau di mana???. " Teriak Martin sambil memeriksa semak-semak di hutan itu.
Setelah beberapa saat berkeliling, suara itu terdengar semakin dekat. suara tangisan adiknya itu terdengar berada di bawah pohon besar di depan Martin berdiri.
Tanpa menunggu lama, Martin pun segera menuju sumber suara itu.
Betapa kesalnya Martin, ketika mendapati sumber suara tadi ternyata hanyalah sebuah speaker yang sengaja dikontrol dari jauh.
Seketika, ia teringat ucapan seseorang yang menelponnya saat di rumah sakit tadi.
Si penelpon meminta Martin datang ke alamat hutan itu jika ingin Anna selamat, ia merasa bahwa si pemilik speaker tidak akan jauh dari sana karena speaker itu dikontrol via bluetooth.
Martin pun sengaja duduk sejenak di bawah pohon itu, benar sekali tak lama kemudian muncul beberapa orang lelaki dengan senjata tajam.
" Wah benar-benar kakak yang baik, hahaha. " Ejek mereka.
Namun Martin mencoba untuk tidak terpancing emosi, ia mencoba menanyakan keberadaan adiknya baik-baik kepada beberapa orang itu.
" Di mana Anna? " tanya Martin dengan nada lemah-lembut.
" Oh hoho, tak segampang itu ferguso, tebusannya dulu!. " Ujar salah satu dari mereka.
" Berapa? " tanya Martin serius.
" 5 milliar saja, " jawab lelaki itu.
" Saya tidak membawa cash, transfer saja. " Ujar Martin.
Mereka pun tampak terdiam, karena hal itu akan sangat membahayakan mereka tapi mungkin karena butuh uang mendesak mereka pun setuju dengan Martin.
" Oke kalau begitu. " Jawab lelaki itu.
" Mana rekening yang tujuan? " tanya Martin serius.
Lelaki itu pun menyebutkan nomor rekeningnya, setelah menyimpan nomor rekening lelaki itu Martin tidak langsung mentransfer.
Untuk mengantisipasi penipuan, Martin meminta mereka untuk menyerahkan adiknya terlebih dahulu.
Sempat menolak, namun Martin mengancam akan membongkar identitas rekening yang telah ia simpan tadi jika mereka tidak menyerahkan adiknya terlebih dahulu.
Merasa tidak ada jalan lain, lelaki itu pun tampak menelpon seseorang dan menyuruhnya datang ke tempat itu.
Tak lama kemudian, sebuah mobil warna hitam pun muncul dari jalan sebelah kanan mereka.
" Itu adik loe, di dalam mobil. " Ujar lelaki itu.
Martin segera menghampiri mobil itu, betapa leganya Martin mendapati sang adik ternyata sehat walafiat.
" Kakak, " teriak Anna seraya memeluk Martin.
" Kamu enggak apa-apa Anna?, maksud kakak mereka enggak ngapa-ngapain kamu kan? " tanya Martin yang tampak sangat mengkhawatirkan adik semata wayangnya itu.
" Enggak kak, mereka enggak ngapa-ngapain aku, hanya saja aku di suruh mereka nangis buat mancing kakak. " Bisik Anna pada sang kakak.
" Heii, sudah dramanya, mana tebusannya??? " bentak salah satu dari mereka.
Setelah keluar dari mobil, Martin langsung menepati janjinya pada lelaki itu, tanpa ragu ia langsung mentransfer uang sebesar 5 milliar ke rekening yang ia simpan tadi.
" Sudah, silahkan dicek. " Ujar Martin singkat.
Setelah mengecek mobile bankingnya, lelaki itu tampak lega, ia kemudian mengajak kawan-kawannya pergi.
Tak lama kemudian, Martin dan Anna juga meninggalkan hutan itu.
Dalam perjalanan, Martin mendapat telpon dari salah satu rekannya di rumah sakit, rekannya meminta Martin untuk segera datang ke rumah sakit karena kondisi sang Ibu semakin memburuk.
" Loe di mana Tin?, cepat ke rumah sakit nyokap loe detak jantungnya semakin melemah. " Ujar rekan Martin itu.
Tanpa sepatah kata pun, Martin langsung menambah kecepatan motornya.
" Ada apa kak?, Mama kenapa? " tanya Anna cemas.
Namun Martin memilih untuk tidak menjawab pertanyaan sang adik, tak lama kemudian mereka pun tiba di rumah sakit.
" Ayo! " Ucap Martin seraya menarik tangan adiknya.
Setibanya di ruang rawat, Anna menangis histeris mendapati sang Ibu terbaring lemah.
" Mamaaaaa......., maafin Anna Ma, " teriak Anna seraya memeluk sang Ibu.
Anna pun menggenggam tangan ibunya yang sudah terasa dingin itu, " Ma, bangun Ma. " Ucap Anna sambil menangis.
Melihat kondisi Ibunya Martin semakin buruk, dokter pun memindahkannya ke ruang ICU.
...***...
Seperti kualat, Jarwo yang tadi sempat pura-pura sekarat untuk ngerjain istrinya, tiba-tiba saja sesak napas.
Dokter pun memasang alat bantu pernapasan pada Jarwo, namun tetap tidak ada perubahan.
Dokter akhirnya memindahkan Jarwo ke ruang ICU, untuk mendapatkan perawatan intensif.
Berjarak dua ranjang di sebelah kanan Jarwo, tampak dokter sedang menangani Ibunya Martin.
Singkat cerita, setelah beberapa jam ditangani oleh dokter, Ibunya Martin menunjukkan kemajuan yang baik.
Badannya mulai hangat dan detak jantungnya kembali stabil, tampak seperti berjanji, pernapasan Jarwo pun kembali normal.
Suara tangis haru Anna pun memenuhi ruang ICU, begitu pun dengan istri Jarwo, dua istri muda Jarwo tampak lega, air mata palsu pun kembali membasahi pipi dua istri muda Jarwo itu.
" Halahhh, mulai nih air mata harta, sebenarnya kau mau aku mati kan?, haha. " Gumam Jarwo dalam hati sambil mengernyitkan matanya.
Mendengar tangis haru dari sebelah kanannya, Jarwo sontak menoleh.
Ia tampak kaget, dengan ekspresi wajahnya sedih Jarwo beranjak dan duduk di ranjangnya, matanya terfokus pada ranjang Ibunya Martin.
"Sabrina.. " Gumam Jarwo, meneteskan air mata.
Mendengar ucapan suaminya itu, Indira kembali terpancing emosi.
" Sabrina siapa, hahhh??? " tanya Indira dengan nada tinggi.
mari saling dukung
dan semangat menulis 💪