Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
...🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️...
...happy reading...
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
Perlahan-lahan, motor yang dipandu Joko melaju di jalanan yang ditutupi dedaunan kering. Sinar matahari sore menyebar lembut melalui rongga pepohonan, menciptakan bayangan yang bergeser-geser di aspal. Mereka menuju rumah lama Amirul.
Saat sampai di halaman depan, Amirul turun dari motor, sedangkan Joko duduk menunggu di bangku teras sambil menyeduh rokok.
"Abang di sini dulu ya, nggak lama kok," kata Amirul.
Joko mengangguk dan Amirul langsung masuk ke dalam rumah yang sunyi. Ia membuka lemari-lemari yang berdebu, memasukkan semua baju-bajunya yang masih layak pakai ke dalam tas ransel besar.
Jari-jarinya terasa kaku setiap kali menyentuh benda-benda lama, kaos sekolah yang sudah kecil, jaket yang dulu diberikan Dinata dulunya, celana yang masih layak pakai baginya.
Setelah selesai, ia membawa tasnya ke teras dan meletakkannya di samping motor. Tapi ia tidak langsung pergi. Tanpa berpikir panjang, Amirul melangkah ke belakang rumah, melewati halaman yang sempit yang penuh dengan rerumputan yang mulai tumbuh.
Di situ, ia melihatnya pohon uangnya yang telah tumbuh setinggi pinggangnya. Ia benar-benar tak menduga, hanya beberapa minggu yang lalu, ia menanam sebutir biji yang ditemukan di gudang. Kini, batangnya sudah kaku, daunnya hijau segar, dan di ujung cabangnya terlihat mulai membesar.
Tanpa ragu, Amirul mengambil sekop kecil yang ada di sudut halaman. Ia menggali dengan hati-hati di sekitar akar pohon, berusaha tidak merusaknya. Setelah akar itu terlepas lengkap dengan gumpalan tanah hitam yang lembab, ia memasukkannya ke dalam plastik besar yang disiapkan sebelumnya, menyelimuti akarnya agar tidak kering dan layu.
Amirul selalu memanggilnya dengan sebutan "Biji Kecil" – karena saat pertama bertemu, pohon itu hanya sebutir biji yang kecil dan tidak berarti. Ia memegang plastik itu dengan hati yang penuh kasih, meraba batangnya lembut. "Biji kecilku, kita pindah rumah baru ya," bisiknya dengan suara lembut, seolah berbicara dengan anaknya sendiri. "Di belakang ada halaman luas untuk kamu tumbuh, kamu akan menjadi pohon yang besar dan kuat nanti."
Angin sore bertiup lembut, menyentuh daun Biji Kecil. Seolah memahami, daunnya bergoyang perlahan seolah mengangguk.
Amirul membawa biji kecilnya ke motor, di mana Joko sudah menunggu dengan sabar. "Wah, pohonnya kamu bawa juga?" tanya Joko dengan nada yang heran.
Amirul tersenyum. "Iya, Bang. Aku sangat menyayangi pohon inj. Aku akan menanamnya di rumah baru, semoga dia bisa tumbuh dengan baik," kata Amirul dengan nada yang penuh harapan.
Joko mengangguk. "Pasti bisa. Pohon itu pasti akan tumbuh dengan baik di rumah baru mu," kata Joko dengan nada yang yakin.
Amirul menutup pintu lalu mengendong tasnya, lalu ia pun naik ke atas motor dan memangku pohonya itu. "Baiklah, Bang. Aku sudah siap. Mari kita pergi ke rumah baru," kata Amirul dengan nada yang gembira.
Joko tersenyum dan memulai motor. Mereka berdua kemudian pergi meninggalkan rumah lama Amirul, menuju ke rumah baru yang penuh dengan harapan dan impian.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪