NovelToon NovelToon
Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / CEO / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ra za

Sebuah kecelakaan tragis merenggut segalanya dari leon—kesehatan, kepercayaan diri, bahkan wanita yang dicintainya. Dulu ia adalah CEO muda paling bersinar di kotanya. Kini, ia hanya pria lumpuh yang terkurung dalam kamar, membiarkan amarah dan kesepian melumpuhkan jiwanya.

Satu demi satu perawat angkat kaki, tak sanggup menghadapi sikap Leon yang dingin, sinis, dan mudah meledak. Hingga muncullah seorang gadis muda, seorang suster baru yang lemah lembut namun penuh keteguhan hati.

Ia datang bukan hanya membawa perawatan medis, tapi juga ketulusan dan harapan.
Mampukah ia menembus dinding hati Leon yang membeku?
Atau justru akan pergi seperti yang lain, meninggalkan pria itu semakin tenggelam dalam luka dan kehilangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Kembali

Pagi itu, suasana di kantor pusat Mahesa Group berjalan seperti biasa. Para karyawan sudah mulai sibuk dengan pekerjaan mereka, beberapa tengah bercengkerama ringan sambil menikmati kopi pagi, dan yang lainnya mempersiapkan laporan untuk rapat mingguan.

Namun, tak lama kemudian, suasana di depan gedung utama berubah drastis. Sebuah mobil mewah berhenti tepat di pelataran. Mobil tersebut adalah kendaraan khusus untuk Leon

Para pegawai yang melihat mobil itu langsung menghentikan aktivitas mereka. Beberapa mulai saling menatap penuh tanda tanya, beberapa lainnya bahkan berbisik-bisik antusias.

"Apakah itu benar-benar mobil Tuan Leon?"

"Jangan-jangan beliau kembali hari ini?"

Pintu mobil terbuka perlahan. Rafa keluar lebih dulu, lalu Nayla, dan akhirnya Leon muncul dengan kursi roda, mengenakan setelan jas rapi yang membuat wibawanya tetap terpancar, meskipun tidak berdiri tegak seperti dulu.

Langkah mereka menuju pintu utama disambut hening, lalu berubah menjadi bisik-bisik kekaguman dan kegembiraan.

"Benar! Itu Tuan Leon!"

"Astaga, akhirnya beliau kembali ke kantor..."

"Walaupun masih di kursi roda, tapi lihat betapa karismatiknya beliau."

Leon melintasi lobi dengan ekspresi tenang. Wajahnya tetap datar seperti biasa, tanpa senyum ataupun reaksi berlebihan. Namun, tatapannya tajam, menunjukkan bahwa semangatnya belum padam. Meski dalam kondisi yang belum pulih sepenuhnya, dia tetap pemimpin yang disegani.

Beberapa karyawan memberanikan diri menyapa.

"Selamat pagi, Tuan Leon! Senang sekali melihat Anda kembali," sapa seorang staf wanita dari divisi humas.

Leon menoleh singkat dan mengangguk sopan.

"Pagi," ucapnya singkat, namun cukup untuk membuat hati pegawai itu berbunga-bunga.

Sementara itu, Nayla yang mendorong kursi roda Leon berusaha tetap tenang, meskipun matanya tak henti memandang sekeliling. Ini adalah pertama kalinya dia masuk ke dalam kantor Mahesa Group, dan dia benar-benar takjub.

Bangunan megah ini terdiri dari belasan lantai dengan desain modern, kaca-kaca tinggi berbingkai elegan, dan dekorasi interior yang mencerminkan kemewahan serta profesionalisme. Ia sempat menelan ludah, berusaha menyesuaikan diri dengan atmosfer yang sangat berbeda dari lingkungan yang biasa ia datangi.

‘Sungguh perusahaan sebesar ini dipimpin oleh Tuan Leon..,’ batinnya kagum.

Mereka sampai di depan pintu lift eksklusif yang hanya digunakan oleh jajaran direksi. Rafa menekan tombolnya, lalu menoleh ke arah Leon.

"Kita langsung ke lantai 20, ruang rapat direksi. Beberapa kepala divisi sudah menunggu," katanya.

Leon mengangguk tanpa banyak bicara. Saat pintu lift terbuka, mereka masuk, dan Nayla tetap berada di belakang Leon, memastikan semua berjalan lancar.

Namun tanpa mereka sadari, dari sudut lobi seorang tampak memotret Leon dan Nayla secara diam-diam menggunakan ponselnya. Begitu berhasil mengambil gambar, dia buru-buru mengirimkan foto itu ke seseorang melalui aplikasi hijau.

Sesampainya di lantai 20—lantai yang hanya diakses oleh direksi dan para eksekutif penting—mereka disambut oleh Kirana, sekretaris pribadi Leon yang telah lama bekerja dengannya. Kirana berdiri di depan ruang kerja Leon dengan ekspresi gugup. Entah mengapa, melihat bosnya kembali setelah sekian lama membuat jantungnya berdegup lebih cepat.

"Selamat pagi, Tuan Leon... Saya senang Anda kembali ke kantor," ucap Kirana, mencoba terdengar tenang walau suaranya sedikit bergetar.

Leon menatapnya sebentar, lalu mengangguk pelan.

"Aku hanya datang untuk bekerja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Kirana."

Wanita itu tersenyum kaku dan buru-buru menunduk.

Melihat Nayla yang sejak tadi diam dan tampak canggung, Leon menoleh sedikit ke arahnya.

"Kau tidak perlu tegang begitu, Nayla. Santai saja, kau anggap saja seperti dirumah," katanya dengan suara rendah tapi menenangkan.

Nayla tersenyum kecil, walau wajahnya masih menyiratkan rasa tak nyaman.

"Maaf, Tuan... Saya hanya belum terbiasa berada di tempat seperti ini."

Leon mengangguk tipis.

"Aku mengerti. Tapi kau tak perlu khawatir, selama kau bersamaku, tak ada yang bisa menyakitimu."

Rafa kemudian menghampiri Leon dan berbisik,

"Rapat akan segera dimulai. Semua kepala divisi sudah menunggu di ruang rapat."

Leon menoleh ke arah Nayla.

"Kau bisa menunggu di ruanganku. Tidak perlu ikut ke ruang rapat. Aku dan Rafa akan mengurus sisanya."

Namun sebelum Nayla bisa menjawab, Kirana tiba-tiba menyela,

"Kalau tidak keberatan, saya bisa menemani Nayla di sini, Tuan."

Leon menatap Kirana sejenak, lalu mengangguk.

"Baik. Pastikan dia nyaman."

Leon kemudian diarahkan oleh Rafa menuju ruang rapat. Suara roda kursi Leon terdengar bergema di lorong kantor yang sepi itu. Sementara Nayla masih berdiri di tempatnya, mencoba menenangkan diri dan menyerap segala kejadian yang baru saja ia alami.

---

Di sebuah apartemen mewah di pusat kota, suasana hening tiba-tiba pecah oleh suara getar dari ponsel Clarissa yang tergeletak di atas meja kaca. Ia sedang bersantai di sofa panjang sambil menikmati secangkir kopi hangat. Dengan santai, ia meraih ponselnya dan membuka pesan masuk.

Begitu melihat gambar yang terkirim, ekspresi wajah Clarissa berubah drastis. Matanya membulat sempurna, tubuhnya menegang, dan cangkir di tangannya nyaris terjatuh dari genggaman.

"Leon... dia kembali ke kantor?" gumamnya lirih, hampir tak percaya.

Pandangan Clarissa terpaku pada foto yang menampilkan Leon sedang memasuki gedung Mahesa Group, duduk di atas kursi roda, didampingi oleh dua orang, salah satunya adalah seorang wanita yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Seharusnya dia... masih meratapi nasibnya yang cacat itu," ucap Clarissa pelan, suaranya mengandung ketidaksenangan yang nyata. “Bukankah dia seharusnya mengurung diri, tenggelam dalam kesedihan karena aku meninggalkannya?”

Ia menatap gambar itu dalam-dalam. Ada rasa kesal yang menjalar di dadanya. Bukan hanya karena Leon tampak tenang dan percaya diri, tapi juga karena ada wanita lain di sisinya sekarang. Entah kenapa, hatinya terasa panas.

Davin, yang sejak tadi duduk di seberang sambil menatap layar laptop, menoleh karena menangkap perubahan ekspresi kekasihnya.

"Ada apa, sayang? Wajahmu berubah drastis. Panik begitu, kenapa?" tanya Davin sambil berjalan menghampiri Clarissa.

Clarissa mengangkat wajahnya, lalu menunjuk layar ponselnya.

"Leon... dia sudah kembali ke perusahaan. Barusan seseorang mengirimiku foto ini."

Davin mengambil ponsel Clarissa dan menatap layar dengan seksama. Foto itu jelas, Leon yang masih tampan dan berwibawa meski kini menggunakan kursi roda. Di sampingnya, wanita cantik mendorong kursinya dengan wajah yang tampak perhatian. Tidak ada ekspresi sedih atau terpuruk di wajah Leon. Justru sebaliknya, ia terlihat tenang dan dingin, seperti dulu.

"Aku tidak mengerti," lanjut Clarissa dengan nada kecewa. "Kabar terakhir yang kudengar, dia tidak bisa menerima keadaannya. Dia mengurung diri berhari-hari, bahkan tidak mau bertemu siapa pun. Apalagi setelah aku meninggalkannya. Tapi sekarang... lihatlah! Dia kembali seolah tidak terjadi apa-apa. Dan... siapa wanita itu? Perawatnya? Tidak mungkin... gayanya terlalu berbeda."

Davin tersenyum tipis, memutar ponsel ke arahnya dan menatap wajah Clarissa yang masih menunjukkan ekspresi tak terima.

"Kau cemburu?" tanyanya dengan nada santai namun tajam.

"Apaan sih, tentu saja tidak!" balas Clarissa cepat, nyaris terlalu cepat. "Aku hanya... penasaran. Siapa yang mau dengan pria cacat seperti dia? Tapi, yah, dia kaya... dan uang bisa membeli segalanya, kan?"

Davin mengangkat alis, menyandarkan punggung ke sofa dengan tenang.

"Lucu. Karena dulu, kau rela mengejar-ngejar pria cacat itu," sindirnya pelan, sengaja menusuk.

Clarissa mendengus, lalu menoleh dengan senyum sinis.

"Please, Davin. Jangan ungkit masa lalu. Aku sudah memilihmu, kan? Kau lebih dari cukup dibanding Leon. Kau sehat, tampan, cerdas... dan yang terpenting, kau tahu caranya mempermainkan kekuasaan."

Ucapan Clarissa disertai kedipan genit, tapi dalam hatinya, ada sesuatu yang terasa berbeda. Ia tidak benar-benar tenang. Melihat Leon bersama wanita lain, bangkit dari keterpurukannya, membuatnya merasa... terganggu.

Davin menatapnya dalam diam. Senyum sinis terulas di bibirnya.

"Lihatlah, Leon. Kau pikir kau menang karena kembali? Tidak. Permainan ini baru dimulai."

Dalam hati Davin, dendamnya tumbuh semakin dalam. Ia menatap gambar Leon dalam ponsel itu dengan pandangan penuh rencana.

"Mulai sekarang, satu per satu aku akan mengambil semua yang menjadi milikmu. Dan lihatlah... wanita yang dulu kau cintai sepenuh hati, sekarang sudah menjadi milikku. Akan kupastikan kau menyesal selamanya."

Clarissa menatap ke luar jendela, namun pikirannya masih tertinggal pada satu hal. Ia membenci kenyataan bahwa pria itu bisa kembali berdiri (meski secara harfiah tidak), dengan kepala tegak, dan bersama wanita lain yang mungkin kini menggantikan posisinya.

Sementara itu, dua hati yang dipenuhi rencana licik dan dendam tersembunyi kini mulai bergerak. Mereka tak menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa dikalahkan oleh kebencian, dan karma selalu punya caranya sendiri untuk kembali pada siapa pun yang pantas mendapatkannya.

1
murniyati Spd
sangat bagus dan menarik untuk di baca /Good/
Guchuko
Sukses membuatku merasa seperti ikut dalam cerita!
Ververr
Masih nunggu update chapter selanjutnya dengan harap-harap cemas. Update secepatnya ya thor!
Zani: Terimakasih sudah mampir kak🥰, ditunggu update selanjutnya 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!