Penculikan yang terjadi membuatnya merasa bersalah dan bertekad untuk pergi dan menjadi lebih kuat agar bisa melindungi seorang gadis kecil yang sangat ia sayangi yaitu cucu dari Boss ayahnya. Tanpa ia sadari rasa sayangnya terhadap gadis kecil itu berubah menjadi rasa cinta yang sangat mendalam saat mereka tumbuh besar namun menyadari statusnya yang merupakan seorang bawahan, ia tidak berani mengungkapkan hati kepada sang gadis.
Namun siapa sangka saat mereka bertemu kembali, ternyata menjadi kuat saja tidak cukup untuk melindungi gadis itu. Nasib buruk menimpa gadis itu yang membuatnya hidup dalam bahaya yang lebih dari sebelumnya. perebutan kekayaan yang bahkan mengancam nyawa.
Apakah pria tersebut dapat melindungi gadis yang disayanginya itu? dan apakah mereka bisa bersama pada akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyla18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Tepat tengah malam, Azka berdiri di atap bangunan kontainer dan mengenakan pakaian serba hitam. Di tangan kirinya, ada tablet kecil yang menampilkan peta panas aktivitas gedung di bawahnya. Gedung ini tampak seperti tempat logistik biasanya. Tapi Azka tau, di bawahnya tersembunyi ruang bawah tanah 3 lantai yang merupakan pusat komando Regan, sekaligus tempat berkumpulnya semua dokumen, dana, dan kunci untuk mengancam yang biasa di gunakan untuk mengancam dan mengendalikan orang-orang di level atas, termasuk orang seperti Yudi Hartono.
"Waktu kita hanya 45 menit sebelum mereka ganti shift," ucap Pak Riki yang terdengar dari earcome yang di gunakan oleh Azka saat ini.
"Aku tau. Fokuskan gangguan sinyal mulai sekarang. Aku akan masuk dari ventilasi selatan," balas Azka dengan pasti
Ia bergerak dengan cepat, tubuhnya menyatu dengan gelapnya malam. Di dalam gedung itu, hanya terdengar suara alat berat dan kipas raksasa yang berputar. Saat mencapai pintu ventilasi, Azka menyelinap masuk, merayap pelan di lorong sempit sambil memasang tiga alat pengacak sinyal yang berfungsi untuk menyembunyikan keberadaannya dan juga mencegah tim cadangan musuh datang ke tempat ini.
Setelah dua belas menit menyusuri ventilasi dan lorong logistik, Azka pun tiba di lantai bawah tanah pertama. ia menuruni tangga besi spiral dengan langkah yang nyaris tanpa suara.
Di lorong bawah tanah, kamera pengawas bergerak pelan. Azka menunggu waktu yang tepat selama 3 detik lalu segera bergerak. Dalam sepuluh menit, ia pun berhasil menyusup ke ruang utama.
Ruang utama itu tampak kosong namun di tengah ruangan ada satu meja besar. Aska Azka pun mendekati meja itu dan di atas meja itu ada sebuah dokumen dengan segel emas. Azka pun membuka dokumen itu dengan cepat dan rapi. Dokumen itu berisi semua berkas yang menyimpan semua nama pemimpin cabang Regan di Asia Tenggara, termasuk struktur kekuasaan tersembunyi di dalam dunia bisnis.
Tanpa Azka sadari, ternyata ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Orang itu adalah Yudi Hartono, Paman Alya.
"Aku tau kamu akan datang, Azka. Kamu memang seorang budak yang sangat setia. Namun itulah kelemahanmu,"ucap Yudi
Azka tetap diam namun segera menoleh ke arah Yudi. ia mendekati Yudi dengan perlahan, tangan kirinya siapa menarik senjata bius yang sudah ia siapkan sebelumnya di belakang sabuk.
"Tapi aku tidak pernah menyangka bahwa kamu akan cukup pintar untuk menemukam lokasi pusat komando utama kami," ucap Yudi dengan mata yang tajam dan aura yang dingin.
"Kenapa?" ucap Azka pada akhirnya bertanya dengan suara pelan namun jelas. "Kamu sudah memiliki segalanya, keluarga, perusahaan , kekayaan, dan nama. Kenapa kamu harus menyingkirkan keluargamu sendiri?" lanjut Azka
"Karena dia lemah. Dia memilih cinta dan moralitas, bukan kekuasaan. Dan Alya? Dia terlalu mirip ibunya. Terlalu bersih dan lemah. Dan perusahaan Hartono tidak bisa di pimpin oleh orang yang lemah seperti dirinya," ucap Yudi sambil tersenyum tipis dan sinis.
"Kau akan kehilangan segalanya nanti. Kami akan memberitaukan semua ini ke publik," ucap Azka
"Kau pikir dunia akan peduli? Anak pengawal yang rendah sepertimu melawan pengusaha sukses sepertiku? Siapa yang akan mereka percaya?" ucap Yudi sambil tertawa kecil.
"Aku tidak butuh kepercayaan mereka. Aku hanya perlu waktu. Dan Alya... pasti akan menggantikanmu di atas. Bukan karena permainan kotor sepertimu, melainkan karena keberanian dan kebenarannya," ucap Azka menatap Yudi dengan tajam.
Yudi tidak merespon Azka namun tiba-tiba dua penjaga muncul dari sisi pintu. Azka bereaksi cepat, ia menembakkan dua peluru bius bertubi-tubi, menjatuhkan mereka semua sebelum sempat bergerak. Yudi menarik pistol dari balik jasnya, namun Azka menendangnya dengan kuat ke dinding hingga menjatuhkan senjatanya.
Mereka berdua pun bertarung namun pertarungan itu tampak tidak seimbang. Meskipun Yudi lebih tua dan berpengalaman tapi pengalaman Azka dalam bidang militer membuatnya lebih unggul. Tinju, tendangan, dan benturan tubuh memenuhi ruang sempit itu. Sampai akhirnya, Azka menjatuhkan Yudi ke lantai.
"Ini bukan hanya tentang Alya, tapi ini tentang semua orang yang kamu sakiti termasuk ayahku," ucap Azka sambil menarik kerah kemeja Yudi kemudian meninju wajahnya untuk terakhir kali.
Azka pun segera menghubungi tim investigasi untuk segera datang dan dalam hitungan menit, tim investigasi pun datang. Mereka menemukan bukti, saksi, dan tersangka, semua dalam satu ruangan.
_____________
Keesokan paginya, di gedung pusat perusahaan Hartono, ruang konferemsi di penuhu oleh banyak wartawan dan para anggota dewan. Alya berdiri di podium dengan wajah yang tenang namun tegas, ia bersiap untuk menyampaikan beberapa kata pada para wartawan.
"Beberapa jam yang lalu, pamanku yaitu Yudi Hartono telah di tahan oleh pihak berwajib atas tuduhan pengkhianatan, penggelapan, dan konspirasi kriminal yang melibatkan jaringan Regan," ucap Alya pada para wartawan
Kilatan kamera menyambar dari bebagai sudut ruangan dan terdengar suara orang-orang yang mulai membicarakan tentang berita yang di ucapkan oleh Alya ini.
"Saya tau... ini bukan cerita yang mudah di terima. Tapi hari ini, perusahaan Hartono tidak lagi di pimpin oleh bayangan. Kita berdiri di bawah terang yang jujur. Dan untuk itu... saya berterima kasih kepada seseorang yang selalu menjaga dari balik layar," lanjut Alya.
Alya tidak menyebut nama . Namun jauh di lusr gedung, di balik kaca mobil hitam yang berhenti tidak jauh dari sana, Azka menatap layar siaran langsung dengan napas perlahan dan tersenyum.
Alya tau.
Dan itu cukup untuknya.
_____________
Di sore hari, di balkon apartemen Alya, Alya duduk sendiri sambil menatap langit yang perlahan berubah warna menjadi jingga. Di tangannya, ia memegang secangkir teh yang mulai dingin. Lagi-lagi tubuhnya di sini namun tidak dengan hatinya dan pikirannya. Hati dan pikirannya tertaut pada orang yang saat ini jauh darinya.
Ponselnya berbunyi satu kali . Notifikasi pesan masuk dari kontak tanpa nama.
"Kamu sudah melampauiku, Alya. Sekarang, dunia adalah milikmu."
Alya tersenyum tipis membacanya namun matanya berkaca-kaca. Ia tau siapa yang mengirim pesan itu.
Ia tidak membalas pesan itu. Bukan karena tidak ingin membalas. Tapi karena ia tau, jika satu kata saja terucap, kemungkinan ia tidak akan bisa menahan rasa yang di pendamnya lebih lama lagi. Dan itu bukanlah hal yang baik jika terjadi.
Ia takut mereka akan semakin jauh jika perasaan itu sama-sama di ungkapkan. Kakeknya pasti tidak akan pernah mengizinkan dirinya dengan seorang anak pengawal. Dan ia juga tidak siap melukai hati Kakeknya. Ia berharap akan ada harapan untuk perasaannya kelak, walaupun harapan itu tampak mustahil.
Bersambung
