My Husband Bodyguard

Di dalam mobil Jacob, Kari duduk diam menatap ke luar jendela. Jalanan malam yang remang-remang melewati pandangannya seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai.

Jacob meliriknya sekilas, lalu kembali fokus ke jalan. Ia menghormati keheningan itu, memberi Kari ruang untuk berpikir. Tapi akhirnya ia berbicara, suaranya rendah dan lembut.

"Kalau kamu ingin menangis, menangislah. Aku di sini."

Mata Kari bergetar, seolah menahan banjir emosi. Tapi ia hanya menggeleng pelan.

"Aku sudah terlalu sering menangis sendirian. Aku tidak mau lagi."

Jacob mengerem mobil perlahan dan menepi di sebuah taman kecil yang sepi. Ia mematikan mesin, lalu menoleh pada Kari. Dadanya terasa sesak mendengar penuturan Kari yang mengatakan dirinya sudah terlalu sering menangis sendirian.

"Kau mungkin belum ingat sama sekali tentang aku, tentang kenangan yang pernah kita lalui bersama, tapi aku ingin kau ingat satu hal ini. Kau tidak sendiri lagi. Mulai hari ini, aku akan terus berada di sisimu, menjaga dan melindungimu." Jacob meraih jemari Kari dan meremas pelan, tatapannya penuh kelembutan.

Kari menoleh, tapi tidak mengatakan apa pun. Ia tidak tahu kenapa ... tapi ia merasa tenang mendengar perkataan Jacob. Ia tidak merasa sendirian, meski belum sepenuhnya percaya karena saat ini dirinya tengah berada di situasi yang mencurigai semua orang, namun terhadap Jacob, ia merasa nyaman.

Jacob kembali mengendarai mobilnya. Mereka tidak kembali ke tempat semula di dalam hutan pinggiran kota yang jauh dari pemukiman. Entah dia di bawa ke mana oleh pria itu. Yang pasti Kari tidak berniat kabur lagi sekarang.

Lagipula mau kabur ke mana? Orang-orang yang dia pikir adalah keluarga kandungnya tidak pernah peduli padanya. Dia juga tidak punya uang untuk menghidupi hidupnya sendiri. Kalau dia benar-benar Siya seperti yang dikatakan Jacob, bukankah dia hanya kembali menjadi dirinya yang seharusnya?

Untuk sesaat, Kari merasa alangkah baiknya dia mengingat semua ingatan masa lalunya. Dengan begitu dirinya tidak akan terlihat seperti wanita bodoh yang kebingungan.

Mobil Jacob berhenti di sebuah kediaman besar. Yang ini bahkan jauh lebih dari pada yang di pinggiran hutan itu. Letak rumah ini memang cukup jauh dari pemukiman warga, tetapi letaknya berada di pusat kota. Strukur bangunannya jauh lebih canggih juga. Dan mewah sekali.

Jacob turun lebih dulu, lalu berjalan mengitari mobil untuk membukakan pintu bagi Kari. Ia menyodorkan tangan, tapi Kari hanya diam, menatap jemarinya sejenak sebelum akhirnya menerima uluran itu. Hangat. Kuat. Dan tanpa kata-kata, genggaman itu terasa seperti janji yang tak terlihat.

Begitu kakinya menginjak tanah, Kari mendongak menatap rumah megah di hadapannya.

Kari menelan ludah, merasa kecil di hadapan bangunan megah itu. Pilar-pilar putih menjulang di teras depan, lampu-lampu kuning hangat menerangi jalan setapak menuju pintu masuk besar berbahan kayu berukir. Angin malam membawa aroma samar wangi bunga dan dedaunan basah. Hari memang sudah malam, jam berjalan dengan cepat. Mereka bahkan tidak menyadarinya.

Jacob tetap menggenggam tangannya, seolah takut kalau-kalau ia berubah pikiran dan lari. Tapi Kari tidak berniat pergi. Tidak malam ini, juga besok. Karena ia tidak punya siapa-siapa lagi. Hanya Jacob yang mau menampungnya.

"Ini rumah kita. " kata Jacob, suaranya pelan. Kari yang mendengar tentu saja kaget.

"Ru-rumah kita?"

"Mm, aku membuatnya untuk kau dan anak-anak kita kelak. Aku punya banyak uang, semuanya milikmu dan anak-anak kita. Jadi ..."

Jacob mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Kari.

"Kau tidak perlu menuntut harta  pada Lordan. Karena aku adalah suamimu yang sebenarnya. Mereka semua hanya memanfaatkanmu, kalau aku ..." kalimatnya menggantung lagi. Tapi sudah membuat Kari jantung Kari tak baik-baik saja.

"Aku mencintaimu." kali ini bisikan Jacob terdengar amat sangat menggoda. Bibirnya sengaja dibuat kena di telinga Kari hingga wanita itu merasakan bibir hangat lelaki itu yang menempel di telinganya.

Kari tersipu. Rona merah tergambar jelas di wajahnya. Astaga, dia belum ingat apa-apa tentang hubungan mereka di masa lalu, tetapi Jacob sudah meresahkan seperti ini.

Kari makin penasaran dan ingin ingatannya kembali. Agar dia tahu apakah dulu dia dan lelaki ini benar-benar pasangan suami istri, serta bagaimana kehidupan rumah tangga mereka. Apakah Jacob memperlakukannya dengan baik?

Laki-laki itu memang baik sekarang. Tetapi Kari tentu tidak dapat langsung mengatakan dia sangat baik hanya dengan beberapa kali mereka bersama.

"Kau juga mencintaiku." kata Jacob lagi sontak mata Kari melebar.

"Jangan sembarangan!" balasnya cepat dengan suara gugup.

Jacob terkekeh.

"Aku tidak sembarangan. Bukankah sudah ku bilang berulang kali kali kau hanya lupa? Kalau kau tidak mencintaiku, kita tidak akan menikah dulu dan ..."

"DADDYY!"

Perkataan Jacob terhenti karena seorang bocah kecil tiba-tiba keluar, berseru kencang memanggil namanya dan berlari ke arahnya.

Itu Noah.

Padahal Jacob baru mau bilang tentang putra mereka, tetapi putra mereka yang telah berumur enam tahun itu muncul secara kebetulan. Jacob tersenyum, ia menggendong Noah kecil.

Kari membeku di tempatnya, matanya membelalak menatap bocah kecil yang kini dipeluk erat oleh Jacob. Noah tertawa riang dalam pelukan ayahnya, wajah mungil itu menyala penuh kebahagiaan. Kari merasakan jantungnya berdegup kencang, seolah hendak melompat keluar dari dadanya.

Bocah itu memanggil Jacob daddy. Dan Kari merasa seperti ada ikatan batin yang kuat antara dia dan bocah tersebut. Kalau begitu anak itu adalah ...

Jacob berbalik, memandangnya sambil tersenyum lembut.

"Noah, daddy menepati janji daddy hari ini." katanya, kemudian menurunkan bocah itu ke tanah dan berlutut sejajar dengannya.

Noah melihat ke arah wanita yang berdiri di depan mereka. Awalnya anak itu diam sebentar, namun sesaat kemudian ia melompat girang dan berlari memeluk Kari. Tinggi badannya hanya mencapai batas pinggang Kari.

Dan satu hal yang membuat Kari membeku di tempatnya adalah, bocah itu memanggilnya ...

"Mommyy!"