Novel ini penuh air mata ya say...kalau tidak kuat Melo, tinggalkan saja...!
Penolakan sang suami untuk mengakui keberadaan putranya membuat Adis menyerah. Ia harus membesarkan putra semata wayangnya seorang diri.
Namun penderitaan makin sempurna yang harus ia alami saat putranya di vonis dokter mengalami sakit jantung membuat ia harus berpikir keras untuk mencari uang tambahan.
"Ya Allah. Dari mana aku harus mendapatkan uang 500 juta dalam sebulan?" desis Adis sambil mengelus dadanya yang terasa sangat sesak lagi sakit.
Bagaimana kisah ini selanjutnya antara Adis, suaminya Panji serta putra mereka Rian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Tidak Mengenali
Persiapan keberangkatan ke luar negeri saat ini terlihat heboh di perusahaan agensi model milik Galih tersebut. Ada beberapa model pendukung yang akan tampil di acara fashion show tersebut.
Para model senior itu begitu penasaran dengan model baru di agensi model perusahaan tersebut. Sampai detik ini mereka belum tahu wanita mana yang membuat Galih menolak para model hebat yang sudah malang melintang di dunia permodelan dengan jam terbang yang tinggi.
"Sialan ..! Kenapa sampai saat ini tuan Galih belum juga memperkenalkan kita siapa model pendatang baru itu," umpat salah satu model yang dulu sangat disayangi oleh Galih.
Gadis itu bernama Celine. Hanya saja Celine tidak bisa menjaga sikapnya saat dirinya sudah terkenal. Itulah yang membuat Galih menjauh dari gadis itu secara perlahan.
Apalagi ia belum sempat menyampaikan perasaan sukanya pada Celine saat itu karena Galih tidak mudah mengumbar kata cinta pada seorang wanita.
"Apakah sudah siap semuanya?" pekik tim manejemen model agensi tersebut pada 10 model yang ikut meramaikan fashion show yang akan berlangsung di Perancis tersebut.
"Sudah bunda." Semuanya masuk ke mobil mereka masing-masing menuju bandara internasional Soekarno-Hatta.
Perusahaan agensi Arcadia selalu berhasil menjadi model iklan yang dibutuhkan oleh beberapa perusahaan produk baik yang berasal dari skala besar maupun kecil.
Sementara itu Adis, Dina, dan Rian berada di pesawat jet pribadi milik Galih. Asisten Andre juga tidak ketinggalan yang selalu menemani tuannya dalam perjalanan bisnis mereka.
"Rian tidak sakit?" tanya Adis kala pesawat itu membawa mereka melintasi angkasa.
"Tidak bunda. Perjalanan ini sangat keren," ucap Rian antusias.
"Nanti kita akan melihat menara Eiffel Paris. Kita akan foto di sana begitu acara fashion show selesai," ucap Galih.
"Apakah kita akan liburan setelah pekerjaan mama selesai?" tanya Rian sambil menikmati roti coklat miliknya.
"Insya Allah sayang. Yang penting Rian selalu sehat agar kita bisa menikmati liburan kita nantinya," ucap Adis.
Berlalunya waktu, Rian akhirnya tidur di samping mamanya. Galih mengawasi keduanya dan tidak ingin tidur karena posisi Adis yang kurang nyaman tidur di jok pesawat itu. Adis tidak mau tidur di kamar pribadi Galih karena tidak enak dengan Dina.
Begitu juga asisten Andre yang juga menjaga Dina yang saat ini sedang tidur sambil mengerjakan tugasnya di laptop.
Sementara di pesawat jet pribadi yang berbeda, Panji dan asisten pribadinya Rendy sedang beristirahat kini.
Mereka harus mempersiapkan diri untuk acara fashion show yang akan diadakan dua hari lagi. Beruntunglah mereka menginap di hotel yang berbeda yang ditempati Adis dan putranya serta sahabatnya Dina.
Entah mengapa Panji begitu gugup saat ini. Ia seakan sedang menanti seseorang yang akan ditemuinya. Pikirannya tiba-tiba melayang pada sosok Adis yang terlihat cantik dan sederhana.
"Enya lah kau dari pikiranku....! Mengapa kamu masih menggangguku? Jika nanti kita bertemu aku akan ...-"
"Adis. Ayo kita ke restoran sayang!" pinta Galih lalu mengecup bibir Adis.
Panji memperhatikan keduanya terlihat sangat mesra dan Adis terlihat sangat cantik jauh berbeda saat terakhir mereka bertemu.
"Sialll....! Kenapa wanita itu menjadi sangat cantik dan kenapa dia bersama dengan tuan Galih. Apakah mereka berpacaran? Tidakkk ...! Itu tidak boleh...!
Adis masih istriku. Haram baginya untuk disentuh oleh pria lain. Aku akan menghajar tuan Galih jika dia berani melakukan lebih dari sekedar mengecup bibir Adis" Gerutu Panji.
"Tuan....! Tuan....!" asisten Rendy mengguncang lengan Panji yang terlelap tidur.
"Adisss...!" pekik Panji yang langsung terbangun dari tidurnya.
"Kau....! Menganggu saja kesenangan orang," kesal Panji.
"Pesawat kita sudah mendarat bos," ucap asisten Rendy yang sudah bersiap untuk turun sambil menenteng kedua koper mereka.
"Ok." Panji merentangkan kedua tangannya untuk melenturkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.
Iapun turun dari pesawat dan dibawah sana sudah ada mobil dari pihak hotel menjemput mereka berdua. Setelah mobil Panji meninggalkan bandara itu, kini giliran rombongan Galih yang turun dari pesawat dan bersiap menuju hotel.
Galih menggendong Rian yang masih tidur pulas menuruni tangga pesawat. Sementara Adis berada di samping Galih menuruni anak tangga pesawat dengan sangat hati-hati.
Mobil hotel itu segera meninggalkan bandara. Dina dan asisten terlihat sangat lelah dan melanjutkan tidur mereka di dalam mobil.
...----------------...
Acara yang di tunggu-tunggu oleh peserta model dan para tamu undangan akhirnya di mulai juga. Acara yang berlangsung di sebuah gedung pergelaran seni di Perancis itu sudah ramai dengan para tamu VVIP dan juga wartawan manca negara yang siap menyaksikan acara bergengsi itu yang sebentar lagi akan digelar.
Acara itu berlangsung setiap setahun sekali tergantung tema yang akan di usung oleh panitia acara fashion show itu.
Rombongan model cantik dari agensi Galih terlihat sangat perfeksionis dengan gaun musim dingin yang akan mereka tampilkan saat ini. Di ruang ganti itu mereka makan dan minum secukupnya untuk menambah energi saat tampil di atas catwalk nanti.
"Apakah model utamanya akan datang saat acara di mulai atau sedang berlangsung?" tanya salah satu model dari rombongan itu pada salah satu tim acara tersebut.
"Kita tunggu saja kejutannya. Nanti juga bakal ketemu sama gadis itu," timpal make-up artist yang juga penasaran seperti apa model pendatang baru yang tidak lain adalah Adis.
"Cihhh....! Apa istimewanya dia sampai diumpetin seperti itu?" umpat Celine makin meradang dengan Adis yang belum sempat ia dan teman-temannya melihat ibu satu anak itu sampai saat ini padahal acara fashion show sudah sedang berlangsung saat ini dengan menampilkan para model dari agensi manapun dari berbagai negara yang sedang tampil saat ini.
"Sekarang giliran kalian. Jangan lakukan kesalahan apalagi sampai ceroboh...! Pastikan sepatu kalian tidak licin atau haq-nya patah di atas catwalk karena itu akan mempengaruhi nilai," ucap salah satu panitia acara.
"Baik madam." Satu persatu diantara mereka siap berjalan menuju catwalk hilir mudik sambil berganti baju dalam kecepatan satu menit. Musik mengiringi langkah anggun mereka yang disaksikan oleh ratusan pasang mata yang hadir di tempat itu.
Panji terlihat sangat gusar karena model baru yang ia tunggu belum juga tampil. Ia menanyakan asisten Rendy yang duduk di sebelahnya.
"Mana gadis itu? Apakah dia tidak jadi tampil di acara fashion show ini?" tanya Panji penasaran dengan setengah berbisik.
"Dia adalah model ambasador agensi itu, tuan. Aku yakin dia pasti akan tampil terakhir setelah model pendukung tampil," jelas Asisten Rendy.
"Siall...lama sekali....! terus kenapa denganku hari ini?" geram Panji makin gelisah.
Galih menggandeng tangan Adis saat turun dari mobil dengan mengenakan mantel bulu dan syal yang menutupi separuh wajahnya. Wartawan berebutan mengambil foto Adis walaupun wajahnya setengah tertutup dengan syal.
"Cepatlah Adis...! Sebentar lagi adalah giliranmu...!" ucap Galih menuntun Adis berjalan dengan langkah lebar. Bertepatan dengan kehadiran Adis di tempat itu, panitia acara menyebutkan nama panggung Adis dan beberapa model lainnya dari beberapa negara yang akan tampil malam itu.
"Kita sambut model baru kita yaitu Violin dari Indonesia...!" pekik MC dan Adis langsung tampil berjalan dengan anggun di atas catwalk dengan tampilan yang sangat memukau.
Adis memperlihatkan wajahnya tanpa ekspresi namun mampu menghipnotis para penonton khususnya tamu VVIP.
"Itu dia bos, gadis yang mungkin akan menjadi model iklan untuk produk baru kita nantinya," bisik asisten Rendi yang tidak lagi mengenali sosok Adis namun tidak dengan Panji yang sangat hafal bagaimana tubuh dan wajah cantik istri sirihnya itu.
"Astaga. Ini tidak mungkin bukankah model baru itu adalah istriku, Adis? tapi mana mungkin Adis bisa menjadi seorang model? Bukankah saat ini dia masih menjadi seorang perawat di rumah sakit?" batin Panji menebak model baru itu walaupun ia merasa antara percaya dan tidak akan kehadiran Adis di panggung besar itu.