One Night Stand With Mafia

Setelah lama dalam perjalanan Morgan dan tim nya kini telah sampai di Indonesia. Andrew sudah berpesan apabila ia tidak akan ikut campur masalah ia dan juga Roy. Ia dan juga Kaivan sudah berdamai, ia tidak mau terjadi lagi pertempuran antara mereka. Biarkan saja Roy dan Morgan menyelesaikan masalah mereka.

Morgan di sambut dengan hangat oleh rekan-rekannya. Bahkan Takashi pun ikut menyambut kedatangannya, ia ingin mengajak Morgan bekerja sama dengannya untuk menghancurkan Roy.

Namun Morgan menolaknya, ia sangat hafal apabila Takashi selalu bermain kotor. Ia ingin one by one dengan Roy tanpa meminta bantuan orang lain. Namun, malam ini juga ia akan menyerang Mansion milik Roy.

Malam semakin larut, pesta pun telah usai. Para tamu telah meninggalkan Mansion. Louisa kini telah berganti pakaian menggunakan pakaian tidur, ia melenggang menuju tempat tidur. Roy menepati janjinya, ia tidur di ruangan lain dalam kamar tersebut sehingga Nyonya Walker tidak mencurigai apabila mereka pisah ranjang.

Di dalam kamar utama milik Roy memiliki ruangan khusus untuknya ketika kelelahan setelah bekerja.

Setelah kedua orangtuanya kembali ke London, ia akan menempati kamar lain, untuk sementara ia tidur dalam satu kamar. Louisa mengambil selimut lalu berjalan menemui Roy, ia hendak memberikan Roy selimut. Namun ia justru melihat Roy yang hanya memakai celana pendek saja.

"Maaf, aku lupa ketuk pintu" tutur Louisa dengan wajah memerah ketika melihat dada kotak-kotak milik suaminya.

Meskipun ia pernah melihat dan merasakan seperti yang diucapkan oleh Roy. Namun, saat itu Louisa sedang dalam keadaan tidak sadar dan kini ia dalam keadaan sadar tentu saja ia merasa malu melihat hal itu.

"Aku hanya ingin memberikan selimut padamu," lanjutnya lagi sambil menaruh selimut yang ia bawa sebelum meninggalkan ruangan tersebut.

Ketika Louisa hendak meninggalkan ruangan, Roy menarik tangannya sehingga kini Louisa terjatuh dalam pelukan Roy. Louisa membelalakkan kedua matanya ketika ia merasakan dada kotak-kotak yang saat ini ia sentuh tanpa sengaja.

"Mengapa kau hobby sekali melotot? Aku lebih suka dengan tatapanmu saat kau berada di bawahku malam itu," goda Roy sambil mempererat pelukannya.

"Kau...," ucapan Louisa terhenti karena Roy tiba-tiba saja mengecup bibirnya tanpa permisi.

"Mulai hari ini setiap kau melotot kepadaku aku boleh menciummu," cetus Roy dengan senyum nakalnya.

Louisa dengan cepat melepaskan pelukan Roy ketika ia merasakan sesuatu dibawah sana mengeras. Roy terkekeh, ternyata senjata pamungkasnya begitu merindukan rumahnya hingga dengan cepat merespon ketika berdekatan dengan Louisa.

Tiba-tiba saja mereka mendengar suara gaduh di bawah sana, Roy bergegas melihat sumber kegaduhan dari jendela kamarnya. Ia tersenyum ketika melihat siapa yang berada di halaman Mansionnya.

"Sepertinya mantan tunanganmu terlambat datang ke acara pernikahan kita," celetuk Roy sambil mengenakan pakaiannya.

Louisa melihat ke bawah dimana Morgan dan timnya sudah menyerang anak buah Roy. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Kau terkejut? Sejak dahulu kami adalah mafia yang sering bertarung seperti ini. Dan kali ini permusuhan diantara kami akan kembali terulang," ucap Roy lalu mengambil senjata yang ia taruh didalam laci.

Louisa menghentikan langkah Roy ketika ia melihat Roy membawa senjata. Ia tidak ingin terjadi sesuatu antara mereka. Jujur Louisa masih menyimpan perasaan terhadap Morgan, ia takut apabila Roy akan menyakiti Morgan.

"Tenang saja aku akan kembali dengan selamat dan tidak akan menyakiti kekasihmu itu, apabila aku kembali aku ingin ciuman yang panas denganmu," pungkas Roy dengan percaya diri.

Oh astaga pria ini benar-benar menyebalkan, ia masih sempat menggoda Louisa disaat seperti ini. Roy melenggangkan kakinya menuju lantai bawah, untungnya kedua orang tua Roy sudah masuk ke dalam kamar. Sehingga mereka masih belum menyadari apa yang terjadi diluar sana.

Morgan menatap Roy dengan tatapan membunuh, pria yang telah merenggut kesucian calon istrinya kini sudah berada dihadapannya. Roy dan Morgan memberi isyarat agar semua anak buah mereka berhenti.

Ini pertempuran antara mereka berdua, mereka ingin berduel secara adil.

"Acara pernikahannya sudah selesai Tuan Steward, mengapa kau datang disaat kamu ingin beristirahat," cetus Roy dengan nada mengejek.

"Bajingan kau Roy!" bentak Morgan lalu ia melayangkan pukulan kepada Roy.

Keduanya mulai saling memukul, seolah mereka sudah sangat merindukan pertarungan seperti ini. Tatapan mata Morgan sangat menyeramkan, seolah ia ingin membunuh Roy saat ini juga. Roy bisa saja melumpuhkan Morgan saat ini juga.

Namun ia sudah berjanji kepada sang istri untuk tidak melukai pria yang ia cintai. Sungguh miris, entah sejak kapan Roy merasa selemah ini. Apakah mungkin ia sudah mencintai istrinya?

Bukan, Roy merasa bersalah karena terpaksa memisahkan dua insan yang saling mencintai. Ia bukan iblis yang dengan sengaja melakukan hal kotor seperti itu, kalau bukan karena kecelakaan malam itu tidak akan pernah terjadi

Keduanya berhenti ketika tiba-tiba Louisa berada di depan mereka sebagai penghalang. Bahkan Louisa dapat merasakan hembusan udara yang berasal dari pukulan mereka yang tiba-tiba saja berhenti.

"Hentikan!" bentak Louisa yang sudah tidak tahan lagi melihat mereka berdua berkelahi. Louisa dilema di satu sisi pria yang sangat ia cintai, satu sisi lagi adalah ayah dari bayi yang ia kandung.

"Izinkan aku berbicara berdua dengannya," pinta Louisa kepada Roy dengan tatapan memohon.

Roy pun menyetujuinya, ia meninggalkan mereka berdua beserta anak buah Roy. Morgan memeluk Louisa, wanita yang beberapa hari ini membuatnya merana.

"Mengapa kamu enggak mengatakan yang sebenarnya terjadi? ," tutur Morgan sambil menangkup wajah kekasihnya.

"Aku enggak pantas buat kamu, cinta yang selama ini kita jaga ternoda karena kesalahanku," balas Louisa terisak.

"Aku bisa menerima keadaanmu, aku enggak peduli dengan semua itu yang ku inginkan hanya kamu Louisa," timpal Morgan berharap Louisa mau meninggalkan Roy meskipun mereka telah menikah.

"Tidak bisa, saat ini aku mengandung anaknya. Ada janin dalam rahimku karena kejadian malam itu, itu sebabnya aku menerima pernikahan ini," jawab Louisa sambil menatap wajah tampan Morgan.

Morgan tercengang mendengar ucapan Louisa, wanita yang ia cintai saat ini tengah mengandung benih dari musuhnya. Morgan mengacak rambutnya frustasi, ia memikirkan bagaimana caranya agar Louisa terlepas dari Roy.

Ia tidak rela melihat wanita yang ia cintai bersama dengan pria yang selama ini menjadi musuh bebuyutannya.

"Begini saja, kita tunggu sampai bayi ini lahir. Setelah itu kembalilah kepadaku," pinta Morgan memohon.

Louisa menganggukkan kepalanya, Roy pun tidak pernah memaksa Louisa. Lagipula pria itu hanya menginginkan pewarisnya, jadi tidak masalah apabila mereka berpisah setelah kelahiran bayi ini.

......

Jangan lupa like komen dan vote bestie 💕 Calangheyo 🤗 gomawo