NovelToon NovelToon
Istri 108kg Tuan Bara

Istri 108kg Tuan Bara

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:8.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Bunga Peony

Hanya karena bentuk fisik yang tak seindah wanita lain. Alice harus menelan pil pahit sebuah pengkhianatan suami.

"Ckkk." Gavin berdecak seraya terkekeh mengejek. "Apa kamu tak berkaca, Alice? Lihat tubuhmu itu, sudah seperti babi putih. Bulat tak ada lekukan. Ukuranmu yang besar itu sudah membuatku jijik. Jangankan untuk menyentuhmu, senjataku saja tak mau berdiri saat melihatmu mengenakan pakaian minim di kamar. Apa pun yang kamu kenakan untuk merayuku, tak mampu membuatku berhasrat padamu. Apa kau mengerti!"

Penghinaan serta pengkhianatan yang Gavin lakukan pada Alice meninggalkan luka yang begitu dalam, hingga membuat hati Alice membiru.

Mahkota yang seharusnya ia hadiahkan pada suaminya, justru menjadi malam petaka dan cinta satu malam yang Alice lakukan pada Bara, kakak iparnya sendiri.

Bagaimana malam petaka itu terjadi? Bagaimana Bara bisa menyentuh Alice saat suaminya saja jijik menyentuhnya? Lalu apa yang akan Alice lakukan untuk melanjutkan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Peony, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18. Pertemuan keluarga.

“Kenapa tidak memberi kabar pada kami dulu sebelum datang? Kenapa hanya datang sendiri? Apa kau akan meninggalkan kami lagi?” ujar Maya menjejali putrinya dengan berbagai pertanyaan yang membuat wanita cantik itu bingung harus menjawabnya mulai dari mana.

Binar mata Maya yang berkaca-kaca serta tangan yang tak henti-hentinya mengusap lengan dan wajahnya, membuat Yonna terharu. Ruang tamu yang cukup luas dengan hiasan aneka bunga artificial yang tersusun rapi dalam guci di beberapa tempat menjadi tempat mereka melepas rindu.

Maya sangat merindukan putrinya, begitupun sebaliknya yang dirasakan wanita cantik bermata lentik itu. Bisa berkumpul lagi bersama keluarga adalah kebahagiaan yang paling ia nantikan.

Tuan Robert yang begitu bahagia tak mampu berkata apa-apa, ia terdiam. Matanya masih memindai tubuh Yonna dari atas hingga ke bawah kaki, masih tak percaya wanita yang ia lihat di hadapannya kini adalah putrinya yang sudah pergi darinya selama lima tahun yang lalu.

“Kau belum menjawab pertanyaan Mama, Alice!” desak Maya yang tak kunjung mendapat jawaban dari putrinya.

“Ma, jangan langsung todong Ia dengan banyaknya pertanyaan. Biarkan dia istirahat dulu, Kak Yonna pasti masih capek!” Vano menyela ucapan Maya, menyelamatkan sang Kakak dari pertanyaan yang mungkin bingung untuk ia jawab.

Maya langsung menoleh pada pemuda yang duduk di sofa single di sebelahnya. Lelaki muda berambut keriting itu tampak begitu santai, tak ada raut terkejut di wajahnya melihat perubahan Kakak perempuannya yang begitu drastis.

“Yonna?”

Alice mengangguk, ia mengerti kebingungan sang Mama. Alice mengusap punggung lengan Mamanya dengan lembut.

“Mulai hari ini, Mama dan Papa panggil aku Yonna, karena tak ada lagi Alice di rumah ini. Hanya ada Kiyonna, aku tak mau mengingat nama itu lagi,” ujar Yonna dengan wajah sendu. Binar kepedihan tergambar jelas di matanya.

Dalam keterdiaman, Robert memperhatikan putrinya secara intens, ia tahu banyak hal yang disembunyikan wanita itu darinya dan istrinya. Robert juga sangat paham betul bagaimana sifat putrinya, wanita itu tak akan buka mulut walau dipaksa seperti apa pun. Ia akan bercerita jika ia yang menginginkan sendiri untuk bercerita.

"Tapi kenapa?" tanya Maya kembali.

Dahinya berlipat menambah kerutan di wajah tuanya itu.

“Ma, biarkan putrimu istirahat terlebih dahulu. Nanti baru kamu tanyakan lagi.” Robert membuka suaranya. Ia menarik tangan Yonna agar duduk di sebelahnya, lalu memeluk putrinya itu dengan penuh sayang.

“Apa pun yang terjadi padamu, Papa yakin kamu akan mengambil keputusan yang terbaik untukmu. Tetapi bolehkah pria tua ini meminta, tolong jangan pergi lagi dari sini. Jangan tinggalkan kami, sudah cukup kamu menyiksa kami dengan kerinduan selama lima tahun ini, Sayang!”

Seakan yakin bahwa putrinya hanya datang untuk sesaat membuat Robert mengeluarkan kalimat itu. Ia sudah cukup tua untuk menunggu, seperti para orang tua lainnya. Robert hanya ingin menghabiskan masa tuanya bersama anak-anak dan cucunya.

Yonna mengurai pelukannya dari Robert. Ia menatap wajah keriput itu lekat-lekat. Setiap kata yang keluar dari bibir tua itu syarat akan makna. Seakan mengerti isi hatinya yang tak pernah ia beritahukan pada siapa pun.

“Papa tahu kamu ingin menyembunyikannya, tapi jangan pisahkan dia dari kami. Bawa dia pulang ke sini, kami juga ingin mengenalnya, Papa mohon!” lanjut Robet kembali.

Bulir-bulir Kristal itu akhirnya mengalir di pipi putih Yonna, hatinya tercubit mendengarkan ucapan lelaki yang selalu ada untuknya itu. Ia merasa sangat bersalah melihat cinta pertama yang selalu menjadi kebanggaannya itu sedih.

“Bukan begitu maksudku, ia masih terlalu kecil untuk dibawa dalam perjalanan jauh. Makanya aku menitipkan sementara waktu di sana lebih dulu sampai aku kembali.”

“Meninggalkan sementara waktu sampai kamu kembali? Itu artinya kamu hanya sebentar pulang ke sini? Apa kamu mau meninggalkan kami lagi!” cecar Maya yang membuat Yonna terdiam.

Ia menatap wajah Mama dan Papanya secara bergantian. Tatapan mata mereka yang menyelidik membuat dirinya bagai seorang terdakwa yang disidang atas tindakan kejahatan yang dilakukan.

Menunduk dalam diam sembari mengusap air mata. Bahkan kini ia seakan tak mempunyai keberanian menatap dua pasang mata tua itu.

Vano menghela napas panjang, suasana tegang dan haru di hadapannya saat ini membuatnya tak nyaman.

“Ma, Pa. Biarkan Yonna istirahat dulu. Baru setelah itu kalian lanjutkan lagi pertanyaan ini!” tegur pemuda berkulit sawo matang itu.

Yonna mengangkat kepalanya, melayangkan tatapan mata pada adiknya seakan mengucapkan terima kasih, dari balik binar matanya yang masih berkaca-kaca.

“Iya, apa yang dikatakan Vano benar. Istirahatlah lebih dulu, kita akan bicarakan semuanya nanti!” Robert menghembus napas panjangnya. Ia menatap pada istrinya yang tak bersuara.

“Ma, ayo kita ke supermarket sebentar. Papa ingin mengetes apakah kemampuan memasak Papa masih sebaik dulu!” kata Robert mencoba memecah kecanggungan itu.

“Ayo!” Robert berdiri. Ia menarik tangan istrinya untuk ikut dengannya tanpa menunggu jawaban dari mulut wanitanya.

Yonna tersenyum tipis melihat kedua punggung sepasang suami-istri itu yang mulai pergi hingga menjauh di balik pintu depan.

“Kenapa kamu tidak membawa Noah? Jangan bilang apa yang dipikirkan Papa benar. Kamu hanya akan sebentar di sini dan kembali pulang ke Jerman!”

Yonna mengangguk pelan. “Vano, kamu mengerti apa yang terjadi padaku. Bagaimana aku bisa terus tinggal di sini. Bagaimana jika …,”

“Sampai kapan kamu akan bersembunyi? Sampai kapan kamu akan meninggalkan keluargamu! Jangan lari lagi, tetaplah di sini!” tekan Vano memotong ucapan Kakaknya.

Selama ini ia diam dan membiarkan wanita itu tetap di negara jauh itu hanya karena keponakannya masih terlalu kecil untuk di bawa pulang. Namun kini, tak ada lagi alasan untuk wanita yang ada di hadapannya untuk kembali pergi.

“Aku akan membantumu untuk menjemput Noah. Apa yang dikatakan Papa benar, kamu tidak bisa terus-terusan menyembunyikannya dengan memisahkan dia dari keluarganya. Noah juga berhak mengenal Kakek dan Neneknya!” lanjut pemuda tampan dan manis itu memberi pendapatnya.

Ia juga cukup terkejut melihat kedatangan Kakak perempuannya seorang diri tanpa kehadiran putranya.

Yonna terpaku, tak ada jalan lagi untuknya mundur.

“Jika memang aku harus kembali tinggal di Negara ini, aku mohon ya Tuhan … jangan buat aku bertemu dengannya ataupun siapa pun dari keluarga itu!” batin Yonna meminta. Walau terkadang ia tahu, apa yang ia dapat tak pernah sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Yonna kembali ke kamarnya setelah perbincangan yang cukup panjang itu, dadanya berdesir menatap kamar miliknya yang sedikit pun tak berubah dari sejak pertama ia tinggalkan. Memindai setiap sudut ruangan, hingga matanya kini terpaku pada bingkai figura kecil yang ada di atas nakas, foto yang belum sempat ia singkirkan.

Yonna duduk di pinggir ranjang, meraih bingkai foto itu dan memandanginya dengan sedih. Foto dirinya yang masih bertubuh gemuk, sedang berdiri dengan senyum yang merekah dalam balutan gaun pengantin. Wajahnya yang begitu bahagia sangat kontras dengan wajah pria yang ada di sampingnya itu yang terlihat sangat masam dan tertekan.

“Aku baru sadar beauty in the beast tak hanya ada dalam dunia dongeng, tapi juga ada di dunia nyata. Namun yang menyedihkannya, akulah sosok beruang buruk rupa itu. Yang bahagia tanpa sadar jika tak akan ada cinta yang tulus untuk seseorang yang tidak istimewa!” Yonna meringis mengingat masa lalu akan kebodohan dirinya sendiri yang begitu naïf.

1
Dewi Soraya
msak bara g ngenali pdhl udh diksh laporan m ank buahny klo alice kembali ke rmh ortuny.pusing q mlh crtamy
Dewi Soraya
aneh
Dewi Soraya
lho gmn si.itu kn ankny bara.trs ko dy bilng ankny gavin trs ko bs msh sk m gavin.ni crtany arahny kmn??mw dibalikin m gavin ko msh dibuat sk m gavin
Dewi Soraya
yy ko gt y jelita g tulus.alice cm dianggp brng yg bs digntikan dg brng yg lain
Dewi Soraya
pdhl td bilng gisel itu wanita murahan gnti2 psangan ko jelita bs berubah secpt itu dg melihat gisel aj
helmiza emi
bagus ceritanya,sy suka
Siti Maskanah
nanti kalo sdh hamil ..dia baru mau bara...sabar dl aza
Nana Niez
kl sdh mati,, baru km boleh ikutan ngelayat
Nana Niez
yoona sok baik,, udh tau mau diperkosa si biskui masih aja sok sok an ikut njenguk,, nanti disana dibentak mertua nya nangis lagi,,, mewek lagi,, cewek macam apa iniiiii
Nana Niez
akhirnya,, cm q scroll SMP hbs,, krn terlanjur kecewa,, entahlah,, kecewa sm pemeran ceweknya
Nana Niez
males banget kan kl kyk gini jdinya,, dri awal hrsnya udh dikasih tau,, ah entahlah wes
Nana Niez
satu kata buat yoona,,, bodoh,,, biar dia mati,, buang mayatnya ke laut
Nana Niez
ngapain pake kededak balas yg elegan hrsnya,,
Nana Niez
memang iya begitu kan the real life
Nana Niez
yoona hmmmm entahlah,,, gemes aja sm karakter yoona,, pgn noyor kepalanya,, biar pinter gt
Nana Niez
kan aneh gt,,, bara g tau itu alice,,, kan dia nyuruh org buntuti masa g ada laporan berupa foto dll
Nana Niez
ah masa g inget sm sekali dg suaranya,, meski badan berubah,, tapi yah sdhlah mgkn efeknlama g ketemu
Nana Niez
ah entahlah mau ganti nama brp ribu kali tpi kl masih ttp lemah ya percuma
Nana Niez
bukannya noah anak bara bukan anak gavin???? kok waktu tabrakan sm gavin bilang noah mirip banget sm dady nya
Nana Niez
satu kata buat alice,,, bo,, doh,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!