Akan Aku Pertahankan Suami SMAku

"Honey... Ayo kita langsung pulang saja, aku sudah tidak tahan." Ucap Caesar sengaja berkata vulgar.

"Oh... Iya tunggu Bee..., kalau begitu Bunda kami pamit dulu. Suamiku ini memang sudah candu, maaf ya Bunda kami melanggar janji karena sudah melakukan itu... Kami tidak tahan kalau hanya tidur berdua tanpa melakukan hubungan."

Claudia sengaja mengatakan kalau mereka sudah melakukan hubungan intim supaya Karmila merasakan kepanasan dan gila.

"Jadi kalian sudah on boxing?" Bunda Marlina bertanya sedikit heboh.

"Tentu saja sudah Bunda Marlina, mungkin sebentar lagi aku hamil. Seru kali bisa hamil anak dari pria yang mencintai kita, bukan pria yang kita jebak?"

Karmila meradang mendengar pengakuan Claudia, dia marah, tidak terima kenyataan. Harusnya tidak seperti ini alurnya, harusnya dia yang hamil anak Caesar sehingga Caesar meninggalkan Claudia. Kenapa jadi berantakan alur ini. Karmila ngomel-ngomel dalam hati, sedangkan Claudia melirik sinis tapi justru semakin membuat Karmila rasanya ingin membunuh Claudia sekarang juga.

Braakkk...

"Ngapain kamu pamer-pamer? Paling juga Caesar terpaksa melakukannya. Pasti kamu yang sudah menggodanya, atau jangan-jangan kamu memberikan Caesar obat perang sang supaya mau melakukannya denganmu." Sarkas Karmila.

"Lah kok situ kebakaran jenggot? Makanya nikah! Terus nikahnya dengan yang masih single bukan suami orang." Ucap Claudia memberi peringatan.

"Jadi mulai malam ini kalian tinggal di rumah Kakek Bima? Kalau begitu biar Bibi dan Mamang ikut." Ucap Bunda Marlina.

"Iya tapi aku punya aturan main Bunda, Bibi dan Mamang harus tinggal di paviliun belakang. Dan setelah kami pulang Sekolah, rumah aku kunci dari dalam. Karena kami berdua butuh privasi."

"Oh begitu, baiklah Bunda hargai keinginan kalian." Ucap Bunda Marlina.

Sedangkan Karmila hanya bisa menahan amarah, karena semua yang terjadi di luar alur kehidupan pertamanya.

"Tante... Aku tetap pada pendirianku. Tante harus membantuku merebut Caesar, karena Claudia tidak pernah mencintainya, Claudia juga akan bersikap dingin yang membuat Caesar hidup tersiksa."

"Aku tahu semuanya, Tante Marlina. Jadi percayalah padaku, hanya aku yang ada saat Caesar terpuruk. Sedangkan Claudia, dia akan pergi. Dia akan bersenang-senang dengan pria lain yang memang dicintainya." Ucap Karmila memprovokasi Bunda Marlina, mengatakan pengalamannya di kehidupan pertamanya. Dan ditambahi bumbu beracun yang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan Claudia.

"Sudahlah Karmila, Tante pusing mendengarnya. Kamu pulang dulu, sekarang udah malam tidak baik anak gadis berkeliaran di jalan malam-malam. Tante juga mau istirahat, masalah yang kamu ceritakan akan Tante diskusikan dengan Claudia dan Caesar. Supaya mereka harus tetap bertahan saling mencintai, karena sudah terlanjur menikah." Ucap Bunda Marlina tegas.

"Tante... Jangan paksa Caesar bertahan, dia akan tersakiti dan terluka. Lebih baik suruh mereka bercerai, dan terima aku sebagai menantu. Karena hanya aku yang bisa membahagiakan Caesar dengan setulus hati. Tante akan menyesal kalau tidak mendengarkanku." Ucapan Karmila makin ngawur.

"Tante justru akan sangat menyesal jika tidak tidur sekarang juga." Ucap Bunda Marlina sambil berjalan menuju ke pintu ruang tamu.

"Silahkan pulang Karmila, Tante ngantuk."

Karmila sangat kesal, dia berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki sambil mengumpat persis seperti orang gila.

"Huff... Ternyata anak itu sakit." Ucap Bunda Marlina mengusap dadanya.

Sedangkan di rumah Kakek Bima, sedang terjadi pergulatan saling memuaskan.

Waktu terus berputar, jam dinding sudah kembali menunjukkan angka lima. Tidak ingin kembali bangun terlambat, sejam malam Claudia sudah antisipasi dengan memasang dua alarm ponsel.

"Bee... Ayo bangun sudah pagi, kita gak boleh terlambat lagi. Aku harus bantu Bibi masak, aku ingin jadi Istri sholehah yang buat kamu tergantung padaku."

"Iya... Iya... Honey... Tapi kita mandi bareng ya." Ucap Caesar.

"Hanya mandi, tidak aneh-aneh. Semalam kita sudah..." Sahut Claudia.

"Baiklah, ayo kalau begitu aku bantu rapikan ranjang." Ucap Caesar.

Dua remaja yang mendewasakan diri karena kemauan dari dalam hati. Menjalani pernikahan bukan sekedar urusan ranjang, tapi juga kerja sama.

Saling bantu dalam berbagai hal, ibarat kata pernikahan adalah ajang untuk saling melengkapi, saling menggenggam baik dalam suka maupun duka. Dan yang lebih penting lagi, bagaimana mereka berdua bisa saling menekan ego ketika terjadi perselisihan. Saling memahami keinginan pasangan, saling mengerti apa yang lebih dibutuhkan. Dan yang terpenting saling menjaga.

Setelah mandi dan sarapan tanpa ada drama yang menguji kesabaran. Claudia pun mengajak Caesar berangkat. Tapi sebelum itu dia ingin memberi pesan pada kedua pekerjanya.

"Bik Tina tolong setelah ini pergi ke pasar untuk mengisi kulkas dan semua kebutuhan dapur. Bawa mobil milikku." Ucap Claudia sambil menyerahkan uang 5 juta.

"Ini kebanyakan atuh Non." Ucap Bik Tina menatap bingung majikannya.

"Mungkin itu kurang lho Bibi. Aku ingin Bibi beli banyak daging sapi, cumi, kerang, kepiting, udang, dan ikan-ikan yang biasa digunakan malam tahun baru. Aku mau mengajak teman-teman barbekyu, jangan lupa aneka jamur untuk hot pot." Ucap Claudia.

"Oalah... Baik Non kalau begitu." Ucap Bik Tina menganggukkan kepala.

"Oh ya satu lagi, kalau mau bersih-bersih tiga ruangan diskip saja ya Bik Tina. Kamarku, kamar Kakek dan ruang kerja milik Kakek biar aku sendiri yang membersihkan mulai sekarang. Aku juga akan menguncinya setiap aku tidak ada di rumah."

"Jangan tersinggung, bukan apa-apa. Tapi aku hanya ingin menjaga peninggalan Kakek supaya tetap utuh. Karena hanya itu yang aku miliki saat ini." Ucap Claudia.

"Iya Non, saya mengerti." Ucap Bik Tina yang tidak punya pemikiran negatif tentang pesan Claudia.

"Ayo Bee... Kita berangkat pakai motor kamu lagi." Ucap Claudia.

"Yuk... Jangan lupa bawa jaketnya." Ucap Caesar lalu mengambil motornya.

Singkat kata, karena masih pagi jalanan tidak macet sama sekali. Mereka sampai di Sekolah dengan cepat tapi tetap bisa santai.

Begitu tiba di gerbang Sekolahan, ternyata Karmila sudah menunggu dengan tatapan menghunus ke arah Claudia tapi menatap Caesar penuh minat.

"Caesar... Aku sudah nungguin dari tadi, kenapa kamu lama sekali." Ucap Karmila dengan suara manja yang terdengar geli dan menyebalkan.

"Dih... Nungguin suami orang ya? Mau ngapain kamu? Mau menggatal? Sayangnya suami aku tidak mau menggaruk lubang busukmu." Ucap Claudia.

"Caesar...dengar itu, Claudia menghinaku." Ucap Karmila mulai mendekati Caesar.

Beruntung Claudia sigap menjadi perisai, dan Caesar yang langsung menghindar. Lalu Claudia melangkah mendekati Karmila. Dengan sedikit berani, Claudia membuka dua kancing serangamnya lalu menunjukkan bagian dadanya terutama dua gunungnya yang penuh dengan kiss mark.

"Apa mungkin Caesar masih melirik milikmu yang rata kayak triplek, jika milikku sudah membuatnya brutal."