"Aku bersumpah akan membalas semua penghinaan dan rasa sakit ini."
Tivany Wismell, seorang penipu ulung dari dunia modern bertransmigrasi ke zaman peradaban China kuno. Mengalami ketidakadilan dan nasib yang tragis, Tivany menolak menyerah dan akan membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menghilang
Wei mengajak Meyleen berendam air hangat, meskipun Meyleen masih bersikap ketus karena kesal. Harusnya malam pertama itu indah, di dalam kamar dan posisi malam hari. Kenapa Wei justru mengajaknya di ruang kerja, masih pagi-pagi pula.
"Sudahlah jangan merajuk, lagipula aku memiliki hak untuk itu." Ucap Wei.
"Yayayayayya." Kesal Meyleen.
"Aku tidak akan menyentuhmu lagi." Ucap Wei.
"Ohh kau mau salingkuh terang-terangan setelah merasakan milikku?." Sinis Meyleen.
"Menyentuhmu salah, tidak menyentuh pun salah. Apa yang harus aku lakukan akan jadi benar?." Heran Wei.
"Kau bertanya?." Sinis Meyleen.
Wei hanya bisa menahan kesalnya, dia tidak tau bagiamana pikiran Meyleen berjalan. Dia benar-benar merasa heran, pertama kali bertemu wanita ribet seperti Meyleen.
Selesai berendam dan berganti pakaian, Meyleen duduk diatas kasur dan ditemani Soos yang tersipu merah. Soso bahkan tidak mau menatap wajah Meyleen, itu karena Kin sudah memberitahu Soso tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Nona nya.
Soso jadi merasa malu sendiri, bagaimana bisa dia ingin menyelamatkan nona nya? padahal ini wajar di lakukan oleh pasangan suami istri, Soso benar-benar merasa sangat bodoh.
Malam harinya, saat Meyleen sudah tertidur tiba-tiba Wei beranjak dari tempat tidur. Dia berjalan dengan senyap dan berganti Hanfu, memakai Hanfu berwarna hitam dan menutup wajahnya rapat.
Dia keluar dari kamar dengan hati-hati, Wei melirik ke belakang sebelum keluar dari pintu. Aura misterius yang menakutkan, entah apa yang akan dirinya lakukan.
"diamlah disini." Batin Wei.
Wei keluar dari kamar, di luar sudah ada Kin yang menunggu. Keduanya bergegas pergi di susul Beberapa pasukan dengan gesit, masuk ke dalam kegelapan dan menghilang dengan cepat.
Pagi harinya saat Meyleen bangun sendirian, dia mengira Wei sudah berkerja jadi dia tidak memusingkan. Dia sibuk makan dan minta di pijat pada Soso, tubuhnya masih sakit semua dan kekesalannya masih sama.
Satu hari, dua hari, tiga, hati, satu minggu, satu bulan berlalu. Meyleen benar-benar tidak menemukan Wei satu kali pun, tidak pernah tidur bersama ataupun berpapasan. Dia berpikir Wei sedang menghindarinya karena takut kelepasan, tapi ini terlalu lama bahkan Kin juga tidak terlihat.
huekk
"Astaga Nona, apa masakan saya tidak cocok bagi anda?." Ujar Soso.
"Entahlah, aku merasa tidak nafsu makan akhir-akhir ini." Gumam Meyleen.
"Maaf, apa anda hamil?." Celetuk Soso.
Deg.
"Apa yang kau katakan Soso." Kaget Meyleen.
"Sepertinya anda sudah terlambat datang bulan, bagaimana jika di periksa tabib saja?." Ucap Soso.
"Tidak mau, Soso apa kau tau kemana perginya Wei dan Kin akhir-akhir ini?." Tanya Meyleen galau.
"Saya memang tidak pernah melihat mereka, para pekerja mengatakan mereka sedang ada urusan pekerjaan di luar." Jawab Soso.
"Wajarkah jika dia tidak berpamitan padaku?." Meyleen mulai murung.
"Nona, mungkin saja Tuan mendapat pekerjaan mendesak. Tidak mau mengganggu waktu tidur Nona, karena itu memilih pergi diam-diam." Soso menenangkan.
"Tapi seharunya dia bisa menulis surat untukku, dia benar-benar pergi menghilang begitu saja setelah mendapatkan apa yang dia mau. Benar-benar pecundang sialan." Meyleen sakit hati.
"Nona, tolong jangan bersedih. Saya akan memasak makanan enak untuk anda." Ucap Soso, berusaha menghibur.
"Tolong berikan buah potong dan aneka beri-berian untukku." Ucap Meyleen.
"Baik nona." Soso bergegas pergi.
Meyleen termenung, dia berusaha menjalani hidup seperti biasa seperti orang bodoh. Apa yang sebenarnya sedang di lakukan Wei? kenapa dia tidak mengirim kabar apapun padanya. Apa pria itu sedang mencampakan nya terang-terangan? atau memang ada urusan penting yang mendesak.
Kehampaan hati Meyleen semakin terombang-ambing saat tabib mengatakan jika Meyleen hamil. Meyleen merasa senang tapi juga sedih, kenapa dia harus hamil sendirian tanpa di dampingi suaminya.
"Persetan dengan apa yang sedang dia lakukan, aku akan membuatmu membayar semuanya nantinya. Dasar pria sialan, berlututlah kau padaku." Batin Meyleen, merasa sangat membenci Wei.
Saking bencinya, Meyleen bahkan menganggap Wei sudah mati. Dia menggunakan semua fasilitas yang ada di paviliun, mulai dari mencari tau apa saja yang sedang di lakukan keluarga Jiang. Dia akan balas dendam sendiri, tanpa menunggu Wei membantunya.
Meyleen bekerja keras meskipun sedang mengandung, dia membuang semua lukisan atau barang-barang milik Wei, sepertinya kebencian nya sudah mendarah daging. Meyleen sudah tidak lagi mengharapakan Wei kembali padanya, masih untung dia mendapatkan tempat tinggal dan harta.
"Satu malam di bayar satu Paviliun mewah, sekaligus pelayan dan pengawal serta harta bedanya. Lumayan juga, oke lah gue maafin dikit." Batin Meyleen.
Saat Meyleen mulai terbiasa dengan ketidak hadiran Wei, Wei sendiri saat ini sedang berada di sebuah hutan gelap. Bersama pasukan miliknya mengintai sesuatu, mereka terlihat sangat fokus dan penuh pertimbangan setiap langkahnya.
"Apa benar disini?." Tanya Wei.
"Benar, Tuan. Tapi sepertinya sudah terlalu lama anda pergi, apa anda tidak mau mengirim pesan?." Tanya Kin.
"Tidak." Jawab Wei.
"Tapi mungkin Nona akan kebingungan jika anda tiba-tiba menghilang tanpa kabar." Ucap Kin, dia lumayan waras.
"Dia membenciku, pasti dia senang karena aku pergi. Ayo kita selesaikan saja urusan kita, baru kita pikirkan masalah kembali. Di paviliun sudah ada semuanya, Meyleen bebas melakukan apapun dan dia berada di tempat aman." Ucap Wei.
"Baiklah Tuan, mari kita lanjutkan perjalanan." Ucap Kin tidak lagi mendesak.
Wei sedang sibuk mencari tau informasi penting dan beresiko tinggi, sedangakan Meyleen sedang sibuk merencanakan balas dendam pada keluarganya yang masih hidup nyaman di rumah mereka.
Semakin di pikirkan Meyleen semakin kesal, apalagi hormon kehamilan yang naik turun. Meyleen benar-benar membenci Wei sampai ke tulang, segala macam sumpah serapah dia lontarkan setiap hari agar hatinya merasa sedikit lebih baik.
Soso terus berada di sisi Meyleen, menjaga pola makan dan kesehatan nona nya. Meskipun Soso sedih karena Nona nya di campakan, tapi dia lebih bersyukur karena di sini Nona nya tetap bisa makan enak. Mendapatkan banyak pelayan dan pengawal, memiliki harta benda dan di panggil Nyonya.
"Jadi, apa informasi yang kalian temukan?." Tanya Meyleen, dia sedang menjadi wanita yang dingin.
"Mentri Jiang sedang di promosikan menjadi penasihat Raja, Tuan muda dari keluarga jendral Mo yang bernama Mo Jun telah mendapatkan gelar Jendral muda, sekaligus menantu dari calon penasihat Raja. Lalu putri kedua Jiang yang bernama Jiang Zu, tengah mengandung anak pertama dari Jendral muda dan cucu pertama dari kedua keluarga. Di kabarkan mereka berencana membuat perayaan kelahiran secara besar-besaran, apalagi di kabarkan anak yang di kandung Jiang Zu adalah laki-laki." Ucap si informan.
"Brengsek sekali karena mereka masih saja hidup nyaman, setelah semua yang mereka lakukan padaku. Apa benar tuhan itu ada? kenapa aku selalu mendapatkan ketidakadilan di sini." Batin Meyleen geram.
"Terimakasih sudah membantuku." Ucap Meyleen.
"Sudah kewajiban kami melayani Nyonya." Ucapnya.
Meyleen berbalik pergi, dia tidak akan melakukan apa-apa. Dia akan membiarkan mereka berbahagia lebih dulu, karena saat ini Meyleen masih lemah dan tidak memiliki apa-apa. Bahkan dia terkurung di sini seperti orang bodoh, dengan kondisi hamil dengan menyedihkan.
"Aku tidak akan menyerah sampai akhir." Batin Meyleen bertekad.
ayo segera bangkit untuk balas dendam pada semua nya
Btw semangat othor buat menghasilkan karya2 yg luar biasa lainnya😊😊😊😊