Wulan, seorang bayi perempuan yang diasingkan ke sebuah hutan karena demi menyelamatkan hidupnya, harus tumbuh dibawah asuhan seekor Macan Kumbang yang menemukannya dibawa sebatang pohon beringin.
Ayahnya seorang Adipati yang memimpin wilayah Utara dengan sebuah kebijakan yang sangat adil dan menjadikan wilayah Kadipaten yang dipimpinnya makmur.
Akan tetapi, sebuah pemberontakan terjadi, dimana sang Adipati harus meregang nyawa bersama istrinya dalam masa pengejaran dihutan.
Apakah Wulan, bayi mungil itu dapat selamat dan membalaskan semua dendamnya? lalu bagaimana ia menjalani hidup yang penuh misteri, dan siapa yang menjadi dalang pembunuhan kedua orangtuanya?
Ikuti kisah selanjutnya...,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Grmbolo Geni
Sssssrrrk
Wukan Ningrum berhasil menggores sesuatu, dan ia tidak berani membuka penutupnya, sebelum ada perintah dari sang guru.
Akan tetapi, ia yakin jika ujung pedangnya sudah melukai sesuatu.
Wuuuusssh
Deru angin terdengar bertiup dari sisi kirinya, dan ia memutar tubuhnya dari sisi kanan, sehingga musuh yang datang langsung termakan oleh umpannya.
Craaaaash
Kembali suara hujaman ujung pedangnya mengenai sesuatu, dan ia masih belum dapat memastikan siapa yang menjadi korban dari serangannya.
"Guru," ucap Wulan Ningrum, sembari memasang kuda-,kuda dengan sikap waspada, dan mengamati sekitarnya dengan menggunakan indera pendengaran serta penciu-mannya untuk mendeteksi keberadaan lawannya.
Wuuuussh
Deru angin kembali terdengar melintas dari arah belakangnya, dan dengan gerakan cepat, ia berbalik arah, lalu menghujamkan ujung pedang ke arah lawannya.
Craaaash
Kembali ujung pedang mengenai sesuatu, dan ia masih belum dapat membuka penutup wajahnya.
Tap
Sebuah hentakan kaki mendarat diatas lantai goa, dan saat Wulan Ningrum menghujamkan pedangnya sebuah tangkapan mengehentikan aksinya.
"Buka penutup wajahmu!" titah sang Macan Kumbang dengan suara yang tegas.
Gadis itu menarik pedangnya, lalu menyarungkannya kembali, dan ia membuka penutup wajahnya. Sebuah selembar kain persegi panjang dengan aroma kasturi yang menyegarkan, dan ia tidak tahu bagaiamna caranya sang guru dapat menemukan kain tersebut, ia menyimpannya dibagian pinggangnya.
"Hari ini, Kau akan belajar ilmu kanuragan lain, yang mana ilmu itu dapat menghancurkan jin dan juga mengontrol amarah orang lain yang menggebu.
"Gembolo Geni? Apakah itu tandanya aku harus berpuasa lagi?" tanya sang dara jelita. Ia terlihat sangat antusias, sebab jika sudah dapat menguasainya, maka ia akan keluar dari goa yang selama ini sudah mengurungnya.
"Lakoni puasa mutih dan puasa pati geni sebagai penutupnya," ucap sang macan Kumbang, sembari memberikan sebuah kitab yang ditulis dari lembaran daun lontar yang sudah dijadikan kertas.
"Hafalkan mantranya, dan setelah kamu selesai dengan lakon puasamu maka temui aku dilorong sana." tunjuknya pada lorong goa yang selama ini tak pernah dimasuki oleh Wulan Ningrum, sebab sang Guru melarangnya.
Lorong itu cukup gelap, dan ia tidak per ah tau apa yang ada didalamnya.
Wulan Ningrum yang sudah diajarkan ilmu baca tulis, meraih lembaran kitab tersebut, dan mulai membaca aksara hanacaraka yang ada didalamnya.
Dengan membaca mantra khusus, maka itu berfungsi untuk mengaktifkan ajian, seperti "Ajiku si gumbala geni, dhemit mara dhemit mati, setan mara setan mati, iblis mara iblis mati, kang maju kajengkang-jengkang, kang mundur neraka raka, den buru sakpane". Bibir sang gadis tampak berkomat- kamit, sedangkan sang Macan Kumbang sudah menghilang dari pandangannya hanya dengan sekelip mata saja.
Gadis itu berbalik arah. Lalu melompati batuan yang ada dihadapannya, dan masuk kedalam ceruk yang ada didalam dinding goa.
Ia memulai semedinya, dan mendekatkan dirunya pada Sang Gusti Agung Penguasa Alam.
*****
Suasana di istana tampak begitu tegang. Mereka sedang menantikan sang Kanjeng Pangeran Rajendra yang saat ini sudah ditunggu oleh para calon permaisuri yang datang dari berbagai daerah.
Puteri para bangsawan, puteri para Tumenggung, Adipati, dan juga salah satu kerajaan kecil ikut serta mengirimkan puteri mereka dalam ajang yang digelar oleh Raja Arasana dikerajaan Medang Jaya.
Para calon permaisuri yang akan lolos seleksi sudah melakukan beberapa tahap ujian. Dari baca tulis, berhitung, adab dan etika, serta kecakapan yang dapat menjadi nilai plus dalam penilaian berikutnya.
Akan tetapi, Raja belum juga belum memperlihatkan putera mahkota mereka sejak hari pertama kedatangan.
Mereka menanti dengan harap-harap cemas, sebab kabar yang mereka dengar, putera mahkota memiliki ketampanan yang sangat luar biasa.
Ditengah rasa gundah menantikan sa putera mahkota, terdengar suara deru langkah kaki kuda yang berlari cukup kencang dari arah sisi barat.
Para puteri yang ikut dalam audisi menatap kearah pintu gerbang istana yang membentuk candi.
Kepulan debu membumbung diudara, dan hingga detik-detik saat sosok pemuda penunggang kuda datang dengan rambutnya yang panjang lurus sepunggung, otot yang kekar dan terlihat sangat gagah mendekati balai istana kerajaan yang saat ini dijadikan sebagai tempat ujian para calon permaisuri.
Wajah Arsana tampak cerah, begitu juga dengan ratu Sekti Rahayu yang merasa lega, karena putera mahkota yang menghilang, akhirnya kembali dan membuat harga diri yang hampir teri jak diangkat kembali.
Lapor, Yang Mulia Raja, Kanjeng Pangeran Rajendra sudah tiba, dan kini kita akan memperkenalkannya secara resmi kepada para puteri yang ikut audisi," pesan sang Senopati dengan wajah yang cukup gembira.
"Ya, aku melihatnya. Dan perintahkan padanya agar segera membersihkan diru, lalau datang menghadap Raja," titah Arsana dengan penegasan.
Ia tak ingin jika nantinya putera mahkota kembali berulah.
"Sendiko dawuh, Yang Mulia Raja." Senopati menghatur sembah, dan berjalan mundur, lalu berbalik arah dan bergerak menuju ke dalam kedaton yang saat ini sudah menantikannya.
Senopati bergegas menghampiri sang Pangeran, dan memberikan penghormatan kepadanya.
"Maaf, Kanjeng Pangeran, saya mendapatkan perintah agar pangeran segera menuju singgasana Raja untuk menghadap dan memberikan sambutan kepada para puteri utusan dari berbagai daerah," pria itu menghatur sembah dengan nada yang sesopan mungkin.
Sebagai seorang abdi dalem, ia harus tau tata krama kepada putera sang raja.
"Terimakasih, Panembahan Senopati, saya akan memenuhi titah Raja, setelah membersihkan diri, dan mohon kiranya dapat menunggu," sahut Rajendra.
Ia sebenarnya sangat malas untuk bertemu dengan para puteri tersebut, sebab ia masih ingin berkelana, dan belum mau menikah.
"Sendiko dawuh, Kanjeng Pangeran. Saya akan menyampaikannya kepada raja, dan saya permisi untuk menghadap yang mulia raja." Senopati berpamitan, dan kembali menemui raja yang saat ini sedang duduk di singgasana istana bersama sang permaisurinya.
Rajendra bergegas untuk mandi. Ia mengenakan pakaian terbaiknya, dan menuju ke singgasana sang ayahandanya yang beberapa hari ini sudah menunggunya dengan harap-harap cemas.
Setelah menghatur sembah, ia dipersilahkan duduk sisi kiri sang Raja dikhususkan untuknya.
"Puteraku, apa yang sudah kamu perbuat? Kau hampir saja membuat raja dengan sikapmu yang terkesan tidak beretika." ucapnya dengan tatapan yang tajam.
Mendengar hal itu, Rajendra merasa sedikit gentar, sebab sang ayahandanya tidak pernah menatapnya dengan begitu tajam, jika itu dilakukannya, maka pertanda ia sudah sangat marah.
"Maafkan ananda, Yang Mulia Raja, ananda telah bersikap lancang, hanya saja, ananda belum mau untuk menikah, dan ingin mencari pengalaman hidup," ujarnya dengan menegaskan.
Arsana bangkit dari singgasananya. Lalu menatapnya dengan tak suka. "Aku tidak memberimu pilihan, maka kau harus patuh akan perintahku. Salah satu dari mereka yang lolos seleksi, maka akan menjadi permaisurimu, kau tidak dapat menolaknya!" Arsana menekankan nada bicaranya.
Sontak saja hal itu membuat Rajendra merasa terkejut, sebab bagaimanapun, ia sepertinya sudah jatuh cinta dengan gadis misterius yang berada didalam goa.
berguling dibukit diiringi lagu
tum pa se aeeee
tp ini rajendra mah kok ya suka kali ngelitik si macan sih 🤔🤔
kk siti masih ada typo ya di atas hehehe
meski aq ratu typo sih 🤭🤭