NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Sang Pewaris

Ibu Pengganti Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Ibu Pengganti / Dark Romance
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Cerita ini untuk pembaca dewasa. Baca dengan bijak❗


Cherry Gabriella mengambil satu keputusan nekat yang mengubah seluruh hidupnya, menjadi ibu pengganti bagi pewaris berhati dingin, Trevor Spencer.

Namun, ketika bayi mungilnya lahir, Cherry tak sanggup menyerahkan darah dagingnya, meski harus diburu oleh pria yang bisa membeli segalanya… bahkan nyawanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16

Cherry terperanjat ketika Reno tiba-tiba meraih tangannya dan mencoba merebut pistol. Ia menyikut lengan Cherry berkali-kali hingga nyeri menusuk membuat tangannya lemas, pistol pun terlepas.

Reno mencengkeram kedua tangan Cherry dengan kuat. Cherry berusaha melepaskan diri, namun sia-sia. Tenaganya jelas tak sebanding. Ia tak pernah bisa berkelahi, bahkan sekadar melindungi diri pun tak mampu. Selama ini yang ia lakukan hanya pura-pura berani dan kali ini usahanya gagal total.

“Lepaskan aku!” teriak Cherry sambil meronta.

“Diam, kalau tidak akan kubanting kau ke tembok!” bentak Reno dingin.

“Lepaskan aku!” Cherry kembali berteriak, panik dan marah bercampur jadi satu.

“Dasar jalang menyebalkan!” Reno murka. Dengan kasar ia mendorong Cherry keras ke arah dinding. Kepala dan punggung Cherry membentur tembok dengan suara menyakitkan. Seketika tubuhnya melemas, jatuh ke lantai. Kepalanya berputar hebat, nyeri menusuk, dan ada cairan dingin mengalir di kulit kepalanya. Darah.

“Cherry! Arnold!” suara berat memanggil dari bawah.

Cherry mengenalinya. Trevor. Untuk pertama kalinya Trevor menyebut namanya begitu dengan nada cemas. Hati Cherry terenyuh, meski tubuhnya lemah. Syukurlah... Arnold selamat.

“Sialan!” Reno mendesis penuh amarah. “Kau selalu menghalangi jalan kami! Mati saja kau!”

“Trevor...” Cherry berbisik lirih, nyaris tanpa suara.

“Aku akan membunuh pria itu juga. Aku akan kembali!” Reno menggeram sebelum melompat keluar lewat jendela.

**

Trevor dan Edwin akhirnya berhasil masuk. Pemandangan di depan mereka mengerikan pelayan, beberapa anak buah, juga musuh tergeletak di lantai. Bahkan di luar rumah pun banyak tubuh tak bernyawa. Keduanya langsung cemas memikirkan keadaan Cherry dan Arnold.

Mereka berlari menuju kamar Arnold. Begitu sampai, mereka menemukan tiga orang terkapar di dekat pintu, dan salah satunya adalah Cherry.

“Cherry!” Edwin panik, bergegas mendekat.

Trevor menjatuhkan pistolnya, lalu memangku wajah Cherry yang tak sadarkan diri.

“Kita terlambat?” suara Edwin serak.

Trevor segera meraba nadinya. “Dia masih bernapas.” Tanpa pikir panjang, ia menggendong Cherry dengan hati-hati.

“Dokter sedang dalam perjalanan. Bawa dia ke kamarmu dulu,” ujar Edwin cepat.

Trevor mengangguk dan segera membawa Cherry ke kamar, membaringkannya di atas ranjang mereka.

Sementara itu, Edwin menuju kamar Arnold. Ia mencoba membuka pintu, namun terkunci.

“Arnold, kamu di dalam?” panggilnya.

Tak ada jawaban. Dengan terpaksa, Edwin menembak kenop pintu lalu menendangnya hingga terbuka. Namun kamar kosong. Panik, Edwin memeriksa kamar-kamar lain, tetap tak ada.

Akhirnya ia mengetuk pintu ruangan kantor Trevor yang juga terkunci. “Anak pintar, kamu di dalam?”

“Paman? Itu kamu?” suara Arnold terdengar dari balik pintu.

Edwin mengembuskan napas lega. “Iya, ini Paman. Bisa buka pintunya?”

Tak lama, pintu terbuka. Arnold muncul dan langsung dipeluk Edwin, diperiksa dengan teliti. Syukurlah, tak ada satu luka pun.

“Paman, Papa sudah datang?” tanyanya polos.

“Iya, anak pintar. Kamu aman sekarang,” jawab Edwin lembut.

“Bagaimana dengan Mama? Mama janji mau balik, tapi sudah lama sekali dia tidak kembali...” suara Arnold bergetar.

“Mamamu bersama Papamu sekarang, jadi jangan khawatir,” Edwin menenangkan.

“Tapi aku mau lihat Mama. Aku khawatir, Paman...” Arnold mendesak.

“Belum bisa. Mamamu sedang dirawat dokter,” jelas Edwin.

“Ada apa dengan Mama?” tanyanya, mata berkaca-kaca.

“Dia akan baik-baik saja, percayalah,” Edwin tersenyum menenangkan.

Arnold menunduk, tak puas. “Tolong... aku ingin lihat Mama...”

Edwin berjongkok, mencoba menenangkan. “Kalau kamu keluar sekarang, kamu bisa menginjak kotoran darah yang bau itu. Kamu mau?”

Arnold menggeleng cepat. “Tidak.”

“Kalau begitu, tunggu sebentar di sini, ya?”

Arnold akhirnya mengangguk pelan. Edwin lalu mendudukkannya di kursi putar Trevor.

“Mama ambil pistol Papa. Jadi tolong... jangan biarkan Papa marahi Mama. Aku yang bilang soal pistol itu ke Mama,” ucap Arnold lirih.

Edwin tersenyum samar. “Tenang, Papamu tidak akan memarahi Mamamu. Mereka saling mencintai, ingat?”

Arnold mengangguk, meski wajahnya masih murung.

Edwin keluar, kembali menemui Trevor.

“Bagaimana keadaannya?” tanya Edwin.

“Dia terbentur tembok keras, kepalanya berdarah. Tapi dokter bilang pendarahannya tidak serius. Tidak mengenai otak, jadi dia selamat,” Trevor menjelaskan.

“Syukurlah.” Edwin menarik napas lega.

“Bagaimana dengan Arnold?” tanya Trevor.

“Aman. Cherry menyembunyikannya di kantormu. Cerdas sekali dia. Sepertinya Cherry sengaja mengecoh musuh dengan berpura-pura Arnold ada di kamarnya, supaya kita sempat datang. Bahkan... sepertinya dia yang menembak salah satu dari mereka.”

Trevor terdiam. “Aku hampir tak sempat...”

“Jangan salahkan dirimu. Cherry percaya kau akan datang, itu sebabnya dia nekat. Hahh, aku benar-benar iri padamu, Trev. Andai dulu aku yang memilih Cherry jadi pendampingku, mungkin aku yang berada di posisimu sekarang...” Edwin berkelakar pahit.

Tatapan Trevor menajam “Bereskan kekacauan ini dan hentikan omong kosongmu,"

Edwin tersenyum getir. “Baiklah. Temui anakmu, dia masih ketakutan.”

Trevor segera menuju Ruangan Kantor. Arnold langsung berlari memeluknya.

“Pa! Syukurlah Papa datang. Aku dan Mama sangat takut saat dengar suara tembakan...”

Trevor mengusap punggungnya. “Kamu masih takut?”

“Aku tidak takut sama tembakan, Pa. Aku takut kalau Mama terluka. Mama janji akan kembali, tapi dia tidak kembali... Aku dengar suara tembakan dan aku takut Mama kena...” suara Arnold bergetar.

“Kamu sudah jadi anak pintar karena menuruti Mamamu. Semuanya sudah berakhir. Kamu aman sekarang.”

Arnold mengangkat wajahnya. “Aku boleh lihat Mama?”

Trevor tersenyum lembut. “Ayo, kita lihat Mama bersama.”

Ia menggendong Arnold menuju kamar.

“Mama!” Arnold langsung turun dan menghampiri ibunya yang terbaring. Kepala Cherry diperban, beberapa alat medis terpasang di samping ranjang. Arnold menggenggam tangan ibunya, mencoba membangunkannya dengan mata berkaca-kaca.

Trevor menoleh ke Edwin. “Apa yang sebenarnya terjadi?”

“Mereka tahu kau menyembunyikan Cherry dan Arnold, jadi menyerang di siang bolong ketika kau tidak ada. Mereka memanfaatkan waktu. Besok kita harus pindah ke rumah peristirahatanmu, keamanan di sana lebih ketat.”

Trevor mengangguk. “Siapkan semuanya.”

“Bagaimana dengan kuliah Cherry? Tinggal sebulan lagi sebelum kelulusan. Kau sendiri yang bilang akan mengizinkannya tatap muka,” Edwin mengingatkan.

“Akan kubicarakan dengannya saat dia sadar,” jawab Trevor tegas.

“Terserah kau. Aku akan pesan makanan, anakmu pasti lapar,” ujar Edwin sebelum pergi.

Trevor mendekat, menepuk lembut bahu Arnold.

“Pa, kapan Mama bangun?” tanya Arnold lirih.

“Tidak lama lagi. Dia akan segera sadar,” jawab Trevor.

“Aku tidak mau lihat Mama seperti ini...”

Trevor menggenggam pundak anaknya. “Ini terakhir kalinya kamu melihat Mama dalam keadaan seperti ini, Nak. Papa janji.”

1
Lauren Florin Lesusien
thur buat ini si cerry badas dikit trs peka dan ditak naik bin oon umur udh 24 trs udh punya anak udh tinggal bareng ama bapak dari anaknya trs tinggal diindonesia masak ga ngerti terlalu naif thur dari awal baca sampai ini episode hubungan nya dngan bapak anaknya ga ada kemajuan 🤬🤬
Mia Camelia
lanjut thor🥰
Anonymous
/Shame//Joyful//Shame//Joyful/
Anonymous
/Joyful//Shame//Toasted/
Anonymous
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Anonymous
🩷🩷🩷
Anonymous
oke
Anjani
/Casual//Casual/
halizerena
/Drool//Drool//Drool/
indhpermatas
/Facepalm//Facepalm/
Ayu Lestari
/Smirk//Smirk//Smirk/
azaliannya
/Smile//Smile//Smile//Smile/
DindaStory
oke sih
RaniBaca
ok
Miu Miu 🍄🐰
lanjut kak ♥️
Anonymous
lanjut 😍
Lina ayuu
oke
Silvi
👍👍👍👍
Sania Anugrah
oke
dayana
yey berhasil kabur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!