Setelah kedua orang tuanya meninggal, Amy pindah ke Bordeaux -sebuah kota Indah di Prancis, dan berteman dengan Blanche Salvator yang ternyata merupakan anak dari seorang Mafia paling di takuti bernama Lucien Beaufort.
Dengan wajah yang karismatik, mata biru dan rambut pirang tergerai panjang, Lucien tampak masih sangat muda di usia 35 tahun. Dan dia langsung tertarik pada Amy yang polos. Dia mendekati, merayu dan menggoda tanpa ampun.
Sekarang Amy di hadapkan pilihan : lari dari pria berbahaya yang bisa memberinya segalanya, atau menyerah pada rasa yang terus mengusiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling salting.
Amy duduk di tepi kolam renang dengan kaki mengayun-ayun di air, memercikkan bulir-bulir air yang berkilauan terkena pantulan sinar matahari sore itu. Di tengah kolam sana, tampak Amanda dan Blanche sedang berlomba siapa yang bisa berenang lebih cepat. Jujur saja, Amy tak terlalu bisa berenang, jadi dia memilih duduk di tepi kolam sambil bermain air sendiri.
Amy melirik Lucien yang tengah duduk di cabana dengan tirai putih besar yang berkibar-kibar di terpa angin. Di lihatnya Lucien tampak sibuk dengan laptopnya, dan ya, dia memang terlihat sangat tampan mengenakan kemeja katun dengan kancing yang sengaja terbuka beberapa buah.
Tiba-tiba Amy kembali teringat pada apa yang barusan terjadi. Salah satu tangan Lucien melingkari pinggang Amy, dan dia mengecup lembut pipi Amy. Astaga, hanya mengingatnya saja sudah sukses membuat pipi Amy kembali merona. Amy menggigit bibirnya sambil menundukkan kepala, mencoba menutupi rona merah itu.
Amy mencelupkan tangannya di air kolam yang dingin, lalu menempelkannya di pipi yang terasa panas karena mengingat kejadian mengejutkan itu.
Ada sebuah perasaan yang sulit untuk di pahami, bahkan perutnya terus berdesir seperti saat Amy naik roller coaster, padahal dia sedang duduk diam saat ini.
Sekali lagi, Amy mencoba mencuri pandang pada Lucien, dan dia tersentak kaget karena ternyata Lucien pun tengah memandanginya sambil tersenyum tipis.
Buru-buru Amy memalingkan wajahnya –malu. "Duhh... memalukan... " gumam Amy sambil memejamkan mata.
“Apa yang membuatmu begitu penasaran, sampai terus mencuri pandang padaku, ma chérie?”
Amy tersentak kaget hingga melonjak kecil di tempatnya. Bisikkan lembut dari Lucien benar-benar mengejutkan Amy.
“A-aku tidak melakukannya Monsieur…” ucap Amy dengan suara gemetar, dia menatap air kolam tak berani menoleh ke arah Lucien yang duduk jongkok tepat di belakangnya.
“Benarkah? Hmm, berarti yang terjadi tadi hanya ada dalam khayalanku saja… sayang sekali,” gumam Lucien sambil menatap Amy yang menunduk semakin dalam.
“Mu-mungkin saja…” suara Amy seperti di cekik, melengking tapi lirih.
Lucien terkekeh, dia benar-benar menikmati membuat Amy salah tingkah. “Kenapa kamu nggak ikut beranang?” Tanya Lucien lagi, kali ini dengan nakal tangannya mempermainkan ujung tali yang mengikat punggung Amy dan tentu saja, sentuhan itu membuat perut Amy berdesir hebat –seolah ada ratusan kupu-kupu berterbangan di dalamnya. Amy bahkan menahan napas saat jemari kekar Lucien menyentuh kulit punggungnya.
“A-aku kurang mahir berenang… ja-jadi aku akan bermain saja di sini,” ucap Amy –berusaha keras agar suaranya tak gemetar.
Lucien menaikkan satu alisnya, “kamu mau ku ajari berenang? Dengan senang hati aku akan memberimu les privat… setiap hari…” bisiknya tepat di telinga Amy. Hembusan hangat napas Lucien benar-benar membuat Amy tak sanggup lagi merasakan debaran jantungnya yang makin hebat. Dia pun memutuskan untuk turun dan masuk ke dalam air. Berjalan pelan menjauhi Lucien –ke sisi kolam yang lain.
Lucien malah tergelak melihat tingkah Amy.
“Papa! Kau apakan Amy?” Tanya Blanche yang ternyata sejak tadi memperhatikan Papanya bicara berbisik-bisik dengan Amy.
“Nggak, Papa cuma tanya, kenapa dia nggak ikut berenang, dan malah duduk sendirian di sini,” jawab Lucien sambil bangun dari duduk jongkoknya.
“Kata Amy, dia belum mahir berenang. Ache, jaga dia jangan sampai tenggelam,” lanjut Lucien sambil terkekeh.
Amy mencibir sambil melirik sinis pada Papa Blanche yang usil itu.
“Amy? Apa kamu butuh pelampung? Di gudang sepertinya ada pelampung milik Ache saat dia masih kecil-“
“Tidak! Terima kasih atas perhatianmu, monsieur!” ketus Amy lalu dia berjalan pelan menyisiri tepi kolam dengan perlahan -menjauhi Lucien.
Lucien tergelak mendengar jawaban Amy yang begitu ketus.
“Monsieur Beaufort, kenapa Anda tidak ikut berenang?” tawar Amanda sambil menatap Lucien dan menyunggingkan senyum manisnya.
“Tidak, aku sedang tak ada mood untuk berenang,” ucapnya sambil berlalu pergi menuju dapur. “Papa mau buat kopi, apa ada yang mau minum sesuatu?” Lucien membuka lemari es dua pintu yang super besar dan mengeluarkan beberapa buah-buahan dan botol minuman.
“Papa aku mau Cola,” teriak Ache dari dalam kolam renang.
“Cola? Papa punya kebun anggur, dan kamu minum Cola? Yang benar saja!” kesal Lucien sambil mengeluarkan sebotol besar cola yang terletak di pintu lemari esnya.
“Amy, kau mau apa?”
“Hot lemon tea, please…” ucap Amy malu-malu.
Lucien terdiam lalu terkekeh, “kau pikir aku pramusaji di restoran?” kesalnya tapi senyum tersungging dari bibirnya.
“Kalau aku…”
Lucien menutup pintu lemari es, dan terkejut saat sosok Amanda ternyata sudah berdiri di baliknya.
“Hm? Kau mau apa?” Tanya Lucien dengan nada yang datar.
Amanda menggigit bibir bawahnya sambil menatap tubuh kekar Lucien. Dari balik kemejanya yang terbuka itu, Amanda bisa melihat tato yang terlukis di tubuh macho itu.
“Apakah ada wine, Monsieur? wine yang manis…” ucap Amanda sambil menjilati bibirnya –menggoda Lucien.
“Kau ingin wine?” Lucien menarik napasnya, “sepertinya kurang cocok untukmu. Minum cola saja, oke?” ucap Lucien sambil menyerahkan segelas cola yang berisi banyak es batu.
Amanda tampak cemberut, tapi masih dengan tatapan nakal ke arah Lucien.
“Oh iya, Amanda…”
“Oui?” Amanda dengan girang berbalik dan kembali menatap Lucien.
“Satu lagi untuk Ache, terima kasih,” Lucien mengulurkan satu gelas cola lagi pada Amanda, dan setelah Amanda menerimanya, dia langsung berlalu pergi, menuju kompor untuk memasak air.
Amanda mendengus kesal, lalu berbalik dan berjalan menuju kolam renang. “Blanche! Ini cola mu!” ketusnya sambil meletakkan gelas cola milik Blanche di tepi kolam.
“Terima kasih!” girang Blanche sambil bergegas kembali ke tepi kolam karena dia sedang berada jauh di tengah.
“aahhh.. segarnya…” desah Blanche setelah meminum colanya. Dia duduk di tepi kolam, tepat di sebelah Amanda sambil menikmati cola dan keripik kentang.
“Eh, Amy! Kamu lagi ngapain di sana? Menempel seperti cicak?” ledek Blanche sambil terkikik geli.
“Diam kau Ache! Ini kenapa kolam renangnya dalam sekali… kakiku tak sampai-sampai di dasarnya…” gerutu Amy sambil berpegangan erat pada tepi kolam.
Seketika tawa Blanche langsung menggelegar, “bukankah di Indonesia banyak laut? Kenapa kamu malah nggak bisa berenang?” ledeknya lagi.
“Rumahku jauh dari laut, jadi aku nggak perlu bisa berenang!” ketus Amy yang mulai gemetar kedinginan.
“Ini, minumlah dulu,” tiba-tiba Lucien sudah ada di tepi kolam tepat di sebelah Amy. Dia mengulurkan segelas hot lemon tea yang tadi di pesan Amy.
“Oh, terima kasih Monsieur.. Anda memang yang terbaik!” pekik Amy girang.
Lucien tergelak. Dia meletakkan gelas lemon tea di meja kecil tepi kolam, lalu mengulurkan tangannya –membantu Amy.
Dalam sekali tarik, Amy langsung keluar dari kolam renang, namun sayangnya kakinya yang licin sempat tergelincir dan hampir saja dia jatuh kembali ke dalam air. Untungnya dengan cepat Lucien menarik pinggang ramping Amy sehingga tubuh mereka saling bertubrukan dengan pelan.
Tubuh mereka berdua menempel dengan intens, Lucien bahkan bisa merasakan dua tonjolan mungil milik Amy mendesak dadanya. Tatapan mereka pun tampak terkunci dan tak bisa terlepas begitu saja.
“Kamu… nggak apa-apa?” Tanya Lucien dengan suara berat dan parau. Matanya terus menatap mata Amy, dan turun menyusuri bibir mungil nan penuh berisi itu. Beberapa kali Lucien tampak menelan salivanya –menahan hasratnya sendiri.
“A-aku… ng-nggak apa… apa… monsieur..” ucap Amy lirih. Perlu usaha keras agar suara Amy keluar, karena jantungnya yang berdebar cepat membuat dirinya seperti sulit bernapas dan suaranya pun seakan tersangkut di tenggorokan.
Lucien menarik napas dalam sambil menggigit bibirnya, pandangannya masih terpaku di bibir mungil Amy, “bagus… syukurlah… aku suka sekali dengan bibirmu..” racau Lucien.
“Eh? Apa?” kaget Amy lalu buru-buru melepaskan diri dari pelukan Lucien.
“Aah! Baju anda jadi basah!” pekik Amy, lalu dengan gugup mengambil handuk untuk mengeringkan baju Lucien yang basah karena dirinya.
“Tidak apa-apa, bukan masalah besar…” jawab Lucien, “cepat minumlah teh hangatmu, bibirmu sudah gemetar…” ucap Lucien sambil berbalik dan buru-buru pergi. Saking tergesa-gesa, kakinya sampai terantuk kaki kursi santai. Nyeri Sekali rasanya, tapi dia berusaha tak menunjukkannya dan terus berjalan meninggalkan area kolam renang.
Kejadian lucu itu tak luput dari Blanche dan Amanda, dan tentu saja membuat Blanche tergelak dengan tingkah konyol Papanya. Berbeda dengan Amanda, dia terlihat kesal dan menatap Amy dengan sinis.
🤔🤔🤔🤔🤔
Semua akan indah pada waktunya..
Karma tidak akan salah tempat..
❤️❤️❤️❤️❤️
Jangan beri kesempatan pada lintah penghisap darah!!!
💪💪💪💪💪❤️❤️❤️❤️❤️