NovelToon NovelToon
The Absurd Girl And The Cold Flat Boy

The Absurd Girl And The Cold Flat Boy

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos
Popularitas:581
Nilai: 5
Nama Author: Irma pratama

Gimana jadinya gadis bebas masuk ke pesantren?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Latar Belakang Yang Tidak Main-Main

...BAB 17...

...LATAR BELAKANG YANG TIDAK MAIN-MAIN...

Keesokan harinya, suasana pesantren mendadak semarak. Para santri putra dan putri berkumpul di lapangan utama dengan mengenakan seragam pencak silat. Beberapa terlihat serius melakukan pemanasan, sementara yang lain tampak begitu antusias, membicarakan pelajaran bela diri yang akan di mulai hari ini.

Arabella, yang sore itu baru pulang dari kuliah, melangkah masuk ke area pesantren dengan wajah lelah. Namun, langkahnya terhenti begitu melihat kerumunan para santri yang sudah berkumpul rapi di lapangan.

“Eh... Ini Apaan?” gumamnya pelan bingung. Ketika matanya menangkap banner besar bertuliskan...

...PELATIHAN BELA DIRI PESANTREN...

^^^Instrukstur ~Arabella~^^^

Dia pun langsung membelalakan matanya tidak percaya.

“Hah?! Apaan sih? seriusan ini harus gue?!” serunya syok.

Para santri yang melihat kehadiran Arabella langsung bersorak. Beberapa dari mereka bahkan memanggil-manggil namanya dengan semangat.

“Kak, Bella! Kita udah siap belajar nih!”

“Kak, Bella, ajarin tendangan mautmu!”

Arabella hanya bisa menganga sambil memegangi tasnya. Belum sempat dia mengajukan protes, Ustad Jiyad sudah menghampiri.

“Nah, ini dia pelatih kita!” seru Ustad Jiyad ceria. “Ayo Bell. Semua sudah menunggu.”

“Duuh.. Ustad... kenapa nggak Devan CS aja sih?” keluh Arabella setengah panik.

Ustad Jiyad tertawa. “Devan? Baru disikut udah nangis. Balwa? Belum apa-apa udah ngeluh pegel, Balwi? Minta ijin ke UKS tiap pemanasan.”

Semua santri langsung tertawa mendengar jawaban itu, termasuk Devan CS yang hanya bisa nyengir malu.

Arabella akhirnya menghela napas panjang, lalu berjalan menuju lapangan sambil bergumam, “Ya Allah, sabarkanlah hamba-Mu ini...”

Dengan wajah lelah dan mata masih berat karena aktivitas kuliah sebelumnya, Arabella berdiri di hadapan seluruh santri. Dia mulai memimpin pemanasan dengan gerakan yang cepat dan energik gerakan yang mungkin hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah terbiasa.

“Lutut angkat! Tangan ke atas! Lompat ke samping, satu, dua, tiga!”

Beberapa santri langsung terengah-engah. Ada yang salah gerakan, ada yang hampir keseleo, bahkan ada yang terjatuh saking tidak kuat mengikuti tempo Arabella.

“Kak Bella... ini pemanasan atau latihan militer?” keluh salah satu santri putri sambil ngos-ngosan.

“Woy! Ini masih pemanasan? Gue kira udah latihan inti,” ujar santri putra lain yang duduk sambil mengipas-ngipas wajahnya.

Arabella hanya tersenyum tipis, meski dalam hatinya juga ingin rebahan. Tapi demi semangat para santri, dia tetap tegar berdiri, menyemangati mereka meski dalam hati menjerit.

“Yuk bisa yuk! Ini baru pembukaan, belum tandatangan maut!” serunya penuh semangat, padahal matanya udah ngantuk berat.

Setelah sesi pemanasan yang super intens, Arabella mencoba menenangkan suasana dengan memimpin pendinginan.

“Sekarang duduk, rileks. Tarik napas dalam, buang pelan... duduk bersila, tangan di lutut, tundukkan kepala... tetnang... rileks...” katanya dengan suara yang menenangkan.

Semua santri menurutinya. Mereka duduk bersila, menunduk dan mengikuti instruksi Arabella dengan penuh fokus. Namun, beberapa menit berlalu, dan gerakan berikutnya tak juga terdengar.

“Eh... Kok ngggak ada instruksi lagi?” bisik salah satu santri.

“Iya, ini bagian meditasi kali ya?”

Namun ketika salah satu santri mengintip ke arah depan, dia langsung menahan tawa.

“Heh... Arabella tidur!”

Semua menoleh. Benar saja— Arabella tertidur dalam posisi duduk bersila dan kepala menunduk, napasnya teratur seperti bayi.

Seketika lapangan meledak dengan bisik-bisik heboh. Beberapa santri putra termasuk Devan, Balwa dan Balwi langsung ngakak tanpa bisa ditahan.

“Wah.. ini sih pelatihnya kelelahan total!” ujar Devan.

“Baru latihan pertama udah KO,” timpal Balwi.

Beberapa Ustad yang mendengar keributan langsung datang dan berusaha membangunkan Arabella, namun gadis itu tetap terlelap, terlalu lelah setelah kuliah dan melatih santri.

“Angkat ke kamar santri putri, cepat,” ujar Ustad Rahmat.

Namun sebelum ada yang bisa melakukannya, Kiyai Hasyim datang dan langsung menghampiri. Tanpa banyak bicara, beliau berlutut dan dengan lembut memangku Arabella.

“Biar Saya saja. Anak ini sudah seperti putri saya sendiri, karena dari kecil dia dekat dengan saya” kata Kiyai Hasyim dengan senyum bijaknya.

Suasananya langsung hening dan penuh rasa haru. Santri-santri yang tadinya tertawa perlahan ikut membungkuk hormat saat Kiyai Hasyim membawa Arabella dengan penuh kasih menuju kamar santri putri.

Hari itu, pesantren tidak hanya belajar tentang beladiri, tapi juga tentang cinta dan perhatian yang tulus dari seorang Kiyai kepada santri yang telah dianggapnya keluarga sendiri.

Saat itu, tanpa disangka, Ustad Izzan muncul dari sisi lapangan. Dia baru saja menyelesaikan musyawarah sore dan melihat keramaian. Ketika melihat Ayahnya memangku Arabella, matanya memincing sedikit.

Tanpa banyak kata, dia mengikuti dari belakang, berjalan pelan sambil menjaga jarak. Kiyai Hasyim yang menyadari kehadiran putranya menoleh dengan senyum heran. Dalam hati, dia bertanya-tanya.

Kenapa Izzan mengikutinya dari belakang? Apa dia cemburu? Tapi.... masa iya sama ayahnya sendiri??

Sambil memeluk Arabella yang masih tertidur, Kiyai Hasyim bergumam lirih, “Kalau kamu suka sama dia, bilang sama Abi. Biar Abi hubungi Ardan buat taarufin Bella, jangan diam-diam memperhatikan, dan marah saat ada yang mendekatinya.”

Ustad Izzan menghentikan langkahnya sejenak, melirik ke arah ayahnya dengan pandangan penuh teka-teki, namun tetap tak berkata sepatah kata pun. Dia hanya menunduk, mengikuti sampai Arabella dipindahkan dengan hati-hati ke kamar santri putri.

Dan dalam hati kiyai Hasyim yang bijak, senyum kecil terukir. Dia tau, sebentar lagi akan ada bab baru yang akan membuka kisah menarik di pesantren ini. Setelah memastikan Arabella tertidur Kiyai Hasyim dan Ustad Izzan kembali melangkah menuju n’dalem.

Ustad Azzam melangkah cepat, dia memanggil Ustad Izzan untuk membicarakan pembagian jadwal pelatihan beladiri santri. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar percakapan Kiyai Hasyim dengan Ustad Izzan.

“Nak, Abi itu sudah menganggap Bella seperti putri sendiri. Sahabat Abi, Ardana Wijaya Dominic, itu orang yang luar biasa. Abi nggak bisa diam kalau putrinya sampai kecapean begitu.”

Mendengar nama itu, Ustad Azzam terhenyak. ‘Ardana Wijaya Dominic? Sahabat beliau? Jadi Arabella itu...’

Ustad Azzam membelalakan mata, menyatukan semua potongan informasi dalam kepalanya. Jika benar Arabella adalah putri sahabat Kiyai Hasyim, berarti Izzan yang merupakan anak dari Kiyai Hasyim, sudah pasti sangat dekat dengan keluarga Arabella.

Seketika itu juga, semangat Ustad Azzam yang semula berapi-api untuk lebih dekat dengan Arabella seolah padam. Dia menunduk lesu, melangkah pelan menjauh dari ruangan.

“Hahaha... Ternyata saya nggak ada apa-apanya dibanding Izzan...” gumamnya llirih, menatap tanah dengan mata yang sayu.

Sementara itu Ustad Izzan yang berjalan beriringan dengan Kiyai Hasyim hanya diam dengan ekspresi datarnya, tak menyadari ada hati lain yang mulai goyah karenanya.

Arabella terbangun perlahan, mata yang masih berat mencoba menyesuaikan cahaya kamar. Dia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami situasi.

“Loh... gue di kamar? Bukannya tadi gue lagi mimpin pemanasan di lapangan ya?” gumamnya setengah sadar.

Tiba-tiba terdengar tawa terdengar dari sudut kamar. Dina, Elis dan Sari langsung menghampiri dengan wajah menahan geli.

“Kamu tuh tidur pas lagi duduk bersila di sesi pendinginan tau, Bell! Semua santri ngira itu bagian dari gerakan pendinginan, eehh taunya kamu malah beneran tidur!” ujar Elis sambil cekikikan.

“Terus semua heboh, Ustad Izzan dan para Ustad langsung panik. Tapi akhirnya yang gendong kamu ke kamar itu Kiyai Hasyim sendiri!” tambah Dina dengan semangat.

Arabella langsung duduk tegak, wajahnya memerah. “Ya ampun.... gue tidur beneran?! Dan Kiyai Hasyim yang gendong?”

Dina mengangguk-angguk, lalu menambahkan. “Kayaknya Kiyai Hasyim tuh sayang banget sama kamu, ya. Kayak anak sendiri.”

Arabella tersenyum tipis, lalu berkata... “Emang iya. Soalnya Kiyai Hasyim itu sahabatnya Daddy gue, Ardana Wijaya Dominic.”

Dina spontan terbelalak.

“ARDANA WIJAYA DOMINIC?!” suaranya nyaris memecah kaca.

“Iya, kenapa?” tanya Arabella bingung.

“Bell! Kamu kok nggak bilang kalau Daddy kamu itu Adara Wijaya Dominic, pengusaha sukses yang sering banget muncul di berita?! Aku tuh ngefans banget sama dia waktu diwawancara di acara TV nasional tentang bisnis halal!”

Arabella hanya mengangkat bahu santai. “Gue nggak pernah nyebut, soalnya nggak penting juga buat dibahas. Lagian gue lebih pengen dikenal sebagai Arabella, santri pondok pesantren atau ketua geng moge bukan anak bos.”

Ketiga sahabatnya menatap Arabella kagum. Di balik kekonyolan dan keabsurd’annya, ternyata ada latar belakang yang tidak main-main.

*****

Di ruang pengasuh pondok, suasana sedikit berbeda dari biasanya. Ustad Jiyad sedang menyusun berkas kegiatan bela diri, Ustad Hamzah sibuk mengecek daftar absen, sementara Ustad Izzan duduk membaca dengan ekspresi datarnya seperti biasa.

Namun, ada yang mencolok. Ustad Azzam duduk termenung di sudut ruangan, tak seceria biasanya. Tatapannya kosong dan lesu.

Ustad Jiyad yang menyadari keanehan itu menoleh, lalu meletakkan berkas di tangannya.

“Zam, kamu kenapa? Biasanya kamu paling rame ngajakin debat soal jadwal kegiatan.”

Ustad Hamzah ikut mengangguk. “Iya, tumben kamu diem aja. Kalau ada masalah, cerita aja. Kita sahabat, kan?”

Ustad Azzam terdiam sejenak, menatap lantai seolah memilih kata-kata. “Saya... mungkin akan mundur.”

Ketiganya menoleh.

“Mundur? Dari apa maksudmu?” tanya Ustad Jiyad bingung.

Ustad Azzam menarik napas dalam, lalu menatap mereka dengan senyum getir. “Saya tau... soal Arabella. Saya memang suka dia, tapi setelah tau kalau Ayahnya adalah sahabat Kiyai Hasyim, dan Kiyai Hasyim sudah menganggap Arabella seperti anak sendiri... itu berarti Izzan jauh lebih dekat dengan keluarga Arabella daripada saya.”

Ustad Hamzah membuka mulutnya, namun tak langsung bicara.

“Saya dan Izzan ini sahabatan juga, tapi saya sadar diri. Dalam hal ini, saya nggak ada apa-apanya dibanding Izzan kalau harus bersaing. Jadi... mungkin saya harus berhenti berharap.”

Suasana mendadak hening. Bahkan Ustad Izzan yang biasanya tak perduli dengan urusan pribadi pun menoleh kearah Azzam. Namun biasa, dia tak mengucapkan apa-apa. Hanya tatapan tajam namun... entah, seperti menyimpan sesuatu.

Ustad Jiyad menarik napas pelan.

“Zam, cinta itu bukan soal apa yang paling dekat dengan keluarga. Tapi siapa yang paling tulus dan diterima oleh si perempuan. Jangan mundur Cuma karena merasa kalah sebelum berjuang.”

Ustad Azzam hanya tersenyum lemah. “Kamu tau sendiri, Bellanya kayak gimana. Bisa aja malah dia nggak suka dua-duanya.”

Ketiganya terdiam. Dan Ustad Izzan kembali menunduk, tapi jemarinya tak lagi membalik halaman kitab yang tadi dia baca. Ada gejolak dalam hati yang tak dia pahami.

“Memang benar... Orang tua saya dan orang tua Arabella bersahabat. Tapi itu tidak membuat saya dekat dengan keluarganya. Bahkan... saya baru pertama kali bertemu Arabella saat dia masuk ke pesantren ini. Saya nggak tau banyak tentang dia sebelumnya.”

Ucapan Ustad Izzan membuat ketiganya terdiam. Terlebih Ustad Azzam yang menatapnya dengan ekspresi tak percaya.

“Kamu serius, zan?”

Izzan mengangguk ringan. “Saya nggak dekat sama keluarganya, dan saya juga nggak punya niat memanfaatkan kedekatan orang tua kami. Kalau saya menyukai seseorang... itu karena dirinya, bukan karena latar belakangnya.”

Tak disangka, dari balik pintu yang sedikit terbuka, seseorang berdiri diam.

Ya... dia adalah Arabella.

Dia hendak mengantar berkas kegiatan dari Ustadzah Rahmah, namun langkahnya terhenti sejak awal mendengar percakapan para Ustad. Dia menutup mulutnya pelan, dia pun perlahan mundur dan memilih kembali ke asrama tanpa menyerahkan berkas itu.

“Ustad Azzam sama Ustad Izzan suka sama gue?” bisiknya pelan, antara bingung dan geli sendiri. “Hah... ternyata banyak yang ngefans sama gue ya, Ck... Arabella gitu loh.. siapa sih yang tahan sama pesona gue...” PD Arabella seraya melangkah kembali ke asrama putri.

Karena terlalu percaya diri, sepanjang jalan menuju asrama, Arabella senyum-senyum sendiri. Dalam kepalanya, dia membayangkan skenario cinta ala drama kolosal santri, lengkap dengan bayangan Ustad Izzan dan Ustad Azzam yang bersaing memperebutkannya.

Terlalu tenggelam dalam imajinasinya, Arabella tidak menyadari jika ada tiga bayangan yang sedang mengendap-ngendap dari balik pohon di sekitar lorong asrama.

“Target sudah mendekat,” bisik Balwa.

“Aman, siap lempar!” sahut Devan dengan suara ditekan.

Balwi menahan tawa sambil memegang balon plastik yang berisi air yang sudah mereka siapkan. Dan...

BYUUURRRR!!

Arabella berhenti di tempat. Mukenanya basah kuyup, rambut yang ada di dalam mukenanya jadi lengket, dan matanya menyipit tajam.

“DEVAAANN.... BALWAAA.... BALWIII..!!!”

Teriakan itu menggema di seluruh penjuru pondok. Beberapa santri yang belum tidur langsung keluar dari kamar melihat keributan, sementara trio santri julid itu langsung lari terbirit-birit disusul oleh Arabella yang mengamuk sambil mengejar dengan sandal di tangan.

“Kalian pikir gue ember apa, Hah?!! Sini kaliaaann!!!”

Ustad Jiyad yang baru keluar ruangan langsung geleng-geleng kepala melihat kegaduhan.

“Subhanallah... ini santri apa pasukan perang ya?”

Sementara itu, dari jendela atas, Ustad Izzan melihat kejadian itu diam-diam, dan... tersenyum kecil. Entah karena geli, atau karena melihat Arabella, gadis yang sedang mengguncang hatinya, menunjukkan sisi Absurd dan bar-barnya lagi.

1
Tara
jodohmu kaga jauh ...smoga cepat bucin ya...🤭🫣🥰😱🤗👏👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!