The Absurd Girl And The Cold Flat Boy
...BAB 1...
...DI TITIP PESANTREN...
“Jadi kali ini kalian akan ke Jerman untuk pengobatan Nilam?” tanya Kiyai Hasyim.
“Iya Hasyim.. Saya mau mengusahakan kesembuhan Nilam” ucap Ardana melirik sang istri dan menggenggam tangannya.
“Apa putri kalian tau tentang ini?” tanya Uma Salma melirik kedua pasutri di hadapannya.
Ardana dan Nilam saling lirik dan serempak menggeleng, tanda bahwa mereka belum memberitahunya soal penyakit yang diderita Nilam pada putrinya.
“Saya berharap kalau pun Arabella tau, Nilam sudah sembuh total Sal—“ jawab Ardana terpotong.
“Kalau pun Allah lebih sayang aku dan membawaku kembali ke pangkuannya, aku titip Arabella ya Sal, dia sudah dekat sama kamu.” Sendu Nilam memegang tangan sahabatnya dan menatap penuh harap.
“Astagfirullah istigfar Nil, kamu nggak boleh putus semangat, aku yakin kamu akan sembuh, dan untuk Arabella tanpa kamu minta pun aku pasti akan menyayangi dan menjaganya.”
Izzan yang terlihat cuek dan hanya memegang buku, diam-diam mendengar percakapan orang tua yang ada di depannya.
“Salma benar Nilam, jangan patah semangat. Bukannya setiap penyakit selalu ada obatnya, tetap berusaha dan panjatkan doa, insyaallah kamu akan sembuh.” Timpal Hasyim.
TIIIINNNNN... TIIIIIIINNNNNN... TIIINNNNNN...
ilustrasi
“AWAS WOOIIIII... MINGGIIR MINGGIIIIR!!” teriak seorang wanita yang sedang mengendarai motor Kawasaki Ninja 250 FI berwarna pink. Siapa lagi kalau bukan Arabella Thraiya Dominic putri satu-satunya pasangan Ardana Wijaya Dominic dan Nilam Cahyaningrum Wijaya.
“Astagfirulaah...” semua santri yang sedang berlalu lalang mendadak menyingkir ke sisi saat motor Arabella melintas di pekarangan pesantren milik Kiyai Hasyim Mahendra Al-Faruqi .
BRAAAAKK!!!
“Astagfirullah...” seru orang-orang yang menyaksikan kelakuan Arabella yang menabrak tempat sampat yang berada di halaman N’dalem.
Begitu pula dengan orang-orang yang sedang mengobrol di N’dalem pun langsung menghambur keluar.
“Astagfirullah Bella... Daddy kan udah bilang nggak usah bawa si Cupi...” teriak Ardana sambil bertolak pinggang.
Arabella pun hanya cengengesan melihat kearah Ardana sambil membenarkan kerudungnya yang Cuma disampirkan saat dia membuka helmnya, saat ini dia memakai pakaian celana jeans hitam, baju kaos di balut jacket kulit berwarna putih pink.
“Hehehe… Daddy tau sendiri aku sama si Cupi (motor gede berwarna pink alias motor kesayangannya) nggak bisa di pisahin… lagian kenapa sih nyuruh aku kesini? AKu tuh lagi balapan, Dad...”
“Masuk!” tegas Ardana ketika mereka jadi tontonan para santri yang tengah lewat tadi menyaksikan ke bar-baran Arabella.
Arabella pun mengikuti kedua orang tua dan kiyai Hasyim yang terlebih dulu masuk sambil menghentakan kakinya kesal.
Ardana dan Nilam hanya mampu menghela napas pasrah dan menggelengkan kepala mereka melihat tingkah putri kesayangannya. Sedangkan Kiyai Hasyim, Uma Salma, Ning Najwa putri bungsu dan Gus Izzan atau yang lebih sering dipanggil ustad Izzan putra sulung dari Kiyai Hasyim dan Uma Salma hanya terdiam menyaksikan tingkah Arabella dan kekesalan Ardana.
“Bella, ucapkan salam dan salim dulu sama Kiyai Hasyim dan juga Uma Salma.” Ardana menuntun Arabella untuk menyalami Kiyai Hasyim, Uma Salma, Ning Najwa dan Gus Izzan, cuma saat sang Gus Izzan mengatupkan tangannya Arabella menariknya dan mencium tangan sang Gus.
“Astagfirullah..” kaget sang Gus.
“Astagfirullah maaf ya Hasyim anak saya ya... beginilah, entah saya yang gagal mendidiknya entah memang karena pergaulannya, anak perempuan tapi nggak ada anggun-angunnya.” gerutu Ardana tak enak dengan temannya.
“Ya jelas nggak ada anggunnya dong Dad, dari namanya aja Arabella Thraiya Dominic” ceplos Arabella membuat Ning Najwa yang masih berusia 12 tahun itu terkikik.
“Bella ini lucu ya Nil...” ucap Uma pada Nilam.
“Bukan lucu lagi Sal… MasyaAllah pokoknya, aku juga kadang heran dia ini nurun tingkah siapa sih, perasaan aku sama Mas Ardan kalem deh.”
“Dih, kalem apanya Mom, asal Uma tau ya Mommy itu, kalo Daddy pulang telat dia tuh hebohnya kayak tetangga yang ditagih hutang, Daddy kemana ya? Apa daddy mampir dulu ya? Aku tuh sampe pusing denger gerutuannya Uma.” sindir Arabella pada sang Mommy.
Ucapan Arabella membuat Nilam melotot sedangkan Ardana hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum karena memang secerewet itu istrinya tuh.
“Udah Bell, dengerin Daddy, Daddy mau ngomong serius sama kamu, Daddy sama Mommy bakalan ke luar negeri untuk waktu yang lama, jadi Daddy mau menitipkan kamu disini, di pondok pesantren Kiyai Hasyim.”
Arabella yang sedang mengunyah kue yang disediakan pun terhenti dan menatap Daddynya.
“Dad, aku tuh udah 20 tahun, kenapa mesti dititipin segala sih? Aku ikut aja deh ke luar negeri, atau aku ke rumah Kakek di Bandung…” tawar Arabella.
“Nggak bisa sayang Daddy mau kamu fokus kuliah sama belajar ilmu agama di sini, dan Daddy bakalan tenang kalau kamu tinggal di pesantren ini, kamu tau sendiri kan, Kiyai Hasyim ini sudah Daddy anggap sebagai Kakak sendiri, jadi kamu aman di sini.”
“Aku di mansion sendiri juga nggak apa-apa loh Dad... Aslinya!” tolak Arabella halus.
“Kamu yang nggak apa-apa, tapi kita yang khawatir, apalagi kamu suka ikut club-club motor gede itu, Daddy nggak maksa kamu buat keluar dari geng kamu, Daddy cuma minta kurangin bergaul sama mereka.”
Hadeuh… Padahal gue males banget tinggal disini, pasti banyak aturan deh… batin Arabella sambil memakan lagi kue yang ada di depannya.
“Gus, Kak Bella lucu ya, cantik lagi,” bisik Ning Najwa, membuat Gus Izzan hanya menatap dan mengelus kepala sang adik.
“Dad, mereka itu orang baik lagi, cuma penampilannya aja yang urakan, kita kan nggak boleh nilai orang dari penampilannya aja, iya kan Uma?” tanya Arabella menatap Uma Salma meminta dukungan.
“Iya Bella, kamu benar sekali…” jawab Uma Salma.
“Pokonya mulai nanti malam kamu tinggal di asrama santri! soalnya sore ini Daddy sama Mommy harus berangkat.” terang Ardana.
“Tapi Dad… Aku kan belum nyiapin baju…” elak Arabella yang masih ingin tidur di kamar kesayangannya.
“Baju udah Mommy siapin, itu koper baju kamu dan satu koper lagi keperluan kamu termasuk tas dan laptop kuliah kamu” tunjuk Nilam pada 2 koper yang ada di pojokan.
Haah?? Seriusan ini??
Arabella hanya bisa melongo seniat itu loh orang tuanya menitipkan dia di pesantren, sampai baju dan keperluannya saja sudah di siapkan.
“Bella, kalau kamu mau liat-liat pesantren dulu boleh, sekalian nanti ditunjukan kamar buat kamu.”
“Biar sama Najwa aja Uma ya…” Tawar Ning Najwa.
“Iya sayang boleh… ajak ke area putri aja ya Nak.”
“Siap Uma.” ucap Ning Najwa mengajak Arabella kearah area putri.”
Di sepanjang perjalanan banyak santri putri yang saling berbisik melihat Arabella.
“Eh, siapa tuh yang sama Ning Najwa?”
“Cantik ya kayak barbie…”
“Ya, cantik sih, tapi tidak menutup aurat”
“Bajunya teh keren pisan”
“Keren apa sih kamu teh? liat aja atuh bajunya sobek-sobek kitu.”
Arabella yang mendengar celetukan - celetukan para santriwati menghentikan langkahnya, dan celingukan mencari sesuatu, Ning Najwa yang penasaran apa yang sedag di cari pun bertanya.
“Kakak cari apa?” tanya Najwa menatap Arabella
Arabella hanya menempelkan jari telunjuknya pada bibir tanda Najwa tidak boleh bersuara, hingga Arabella melihat sebuah tong sampah berisi dedaunan dan…
Dugh.. Bruuuukkk…
“AAAaaaakkhhh…” Santriwati yang sedang membicarakan Arabella menjerit karena dihujani dedaunan kering.
Arabella menarik tangan Najwa untuk berlari menjauh, karena mendengar jeritan para santriwati seorang ustadzah keluar ruangan.
“Ada apa ini? Astagfirullah kenapa kalian mandi daun?”
“Ini bukan ulah kita ustadzah kita nggak mandi sampah… ini semua ulah–” kata-kata santri putri itu terhenti karena tidak menemukan Arabella dan Ning Najwa.
“Ulah siapa? Jangan menyalahkan orang lain karna kesalahan diri sendiri ya, ingat itu?!”
“Iya Ustadzah…” jawab santri putri itu secara serempak.
“Sekarang bereskan kembali, sudah waktunya istirahat dan sholat berjamaah.”
*****
Lantunan suara merdu adzan di waktu sore, menambah kesyahduan senja yang diciptakan matahari, langkah Arabella tapakan di sepanjang lorong-lorong asrama putri.
“Merdu banget suaranya, itu suara siapa dek?” tanya Arabella sambil ngemut permen loli.
“Oh, itu Bang Izzan…” jawab Najwa. “Yuk Kak, kita ke mesjid, udah waktunya sholat jamaah.” ajak Najwa sambil menarik tangan Arabella.
Saat sampai di depan masjid, bukan hanya santriwati yang menatapnya, ada Ustad, Ustadzah dan santri putra.
“MasyaAllah bidadari…”
“Cantiknya…”
“Siapa dia? apa santriwati baru?”
“Masa santriwati pakaiannya seperti itu?!”
“khhmmmm… ayo segera masuk masjid jangan pada gibah.” tegur Pak Kiyai Hasyim yang datang bersama Uma Salma, Ardana dan Nilam.
“Astagfirullah…” serempak para santri sadar kalau mereka barusan membicarakan orang lain.
Arabella yang sudah menyelesaikan wudhunya duduk di shaf depan bersama Uma Salma, Nilam dan Najwa.
ilustrasi
“MasyaAllah kalo gini kan cantik sayang..”
“Ck… jadi selama ini Bella ganteng gitu? Kan emang Bella cantik iya kan Uma?!”
“Iya…” jawab Uma Salma mengelus surai Arabella, membuat para santiwati dan Ustadzah bertanya-tanya, siapa gadis yang mencuri perhatian seluruh pondok hari ini.
MasyaAllah…. batin Izzan yang tak sengaja melirik Arabella yang sedang tersenyum.
Sholat berjamaah sudah dilaksanakan, dan kini semua orang masih duduk khusu, di shaf masing-masing untuk berdzikir dan mendengarkan ceramah. Arabella yang awalnya mengikuti dzikir sekarang malah tertidur di pangkuan Nilam.
“Sayang, duduk yuk… dengerin ceramahnya ustad Izzan..”
“Aku ngantuk Mom, 5 menit aja ya Mom aku juga ini masih dengerin kok ceramahnya,” ucap Arabella sambil menutup matanya yang berat.
Ya gimana nggak ngantuk pikirnya suara merdu Izzan membaca ayat suci Al Qur’an, dan ademnya suasana masjid membuat mata Arabella serasa tertindih batu besar.
Nilam melihat putrinya yang tertidur lelap di pangkuannya merasa sedih. Dan hampir saja meneteskan air mata jika Uma Salma tidak menepuk pundaknya.
Sayang… Mommy pasti kangen liat kamu tidur lelap kayak gini di pangkuan Mommy, Nak? maafin Mommy ya Bell.. Batin Nilam.
“Nilam..” tepukan Uma Salma menyadarkan Nilam.
“Aku cuma takut nggak bisa melihatnya lagi Sal,” lirih Nilam.
“Aku yakin kamu pasti bisa berjuang, semangat kamu pasti sembuh” ucap Uma Salma menguatkan Nilam sambil memegang tangannya.
Nilam hanya mampu mengangguk tanpa menjawab, semua sudah bergantian keluar masjid. Ardana yang melihat istrinya masih terduduk menghampirinya.
“Mam… oh, Bella ketiduran toh, bangunin aja Mom, kita bentar lagi kan harus berangkat.”
“Iya Dad…”
“Bell, Bella… Sayang bangun yuk, Mommy sama Daddy harus berangkat..”
“5 menit lagi ya Mom, kan Bella kuliahnya siang…” Arabella mengigau.
Ardana hanya menggelengkan kepalanya melihat sang putri, Ardana pun mendekat dan berbisik.
“Bell, ada pertandingan motor hadiahnya 100 M…”
“Hah? Apa? 100 M?” heboh Arabella terbangun dari pangkuan Nilam.
“Ck.. Dasar matre!” ledek Ardana.
“Ihh, Daddy…” Arabella cemberut karena tau dibohongi Daddy nya.
“Liat itu jam berapa? nggak baik tidur di waktu senja gini, bisa menyebabkan kefakiran…” tegur Ardana.
“Daddy sama Mommy mau berangkat ke bandara kamu mau ikut?” tawar Nilam.
“Emang harus sekarang juga Mom? Aku kan masih mau sama kalian…” manja Arabella memeluk Nilam.
“Iya sayang, di tiketnya jam 5 sudah harus lepas landas..”
Arabella hanya mengangguk lesu dan melepas mukenanya, Arabela lupa kalau di masjid masih banyak laki-laki, rambut panjangnya itu terurai dengan indah, menambah kecantikannya santri dan ustad yang sejak tadi mencuri pandang terpesona melihat keindahan itu.
“Bella, hijabnya dipakai ya, Nak…” tegur Uma Salma.
“Iya Uma…” jawab Arabella yang hanya menyampirkan phasminanya.
“Yang bener dong sayang pakainya… sini Mommy benerin…” Nilam menatap lekat sang putri dan tak sadar meneteskan air matanya.
“Loh, Mommy kenapa nangis sih? Aku nyakitin Mommy lagi ya? Maafin aku ya Mom…” ucap Arabella sambil mengusap air mata Nilam.
“Nggak sayang—” ucap Nilam lalu mengecup kening Arabella. “Mommy cuma terharu liat putri Mommy ini ternyata udah gede, udah jadi gadis yang cantik.” jawab Nilam cepat.
Ardana dan Uma Salma tau perasaan Nilam seperti apa sekarang, mereka berharap Nilam bisa sembuh seperti sebelumnya.
“Mommy jangan lama-lama ya di luar negerinya nanti aku kangen pengen dipeluk Mommy…” manja Arabella.
“Iya sayang, doain Mommy ya supaya urusannya disana cepet selesei, dan Mommy sama Daddy pulang dalam keadaan sehat.”
“Ammin.”
Kini keluarga kiyai Hasyim beserta Arabella sudah berangkat ke bandara, mereka akan mengantar Nilam dan Ardana yang akan pergi ke luar negeri.
“Sayang ingat ya pesen Mommy, jadi anak baik. jangan sering keluar malem, jangan kecapean dan tetep inget jaga batasan… hijabnya juga di pake terus ya sayang, kamu cantik kalo pake hijab” peluk erat Nilam pada putrinya.
“Iya Mom, Aku pasti inget kok pesen MOmmy.. lagian kayak yang nggak bakalan lagi ketemu sih Mom...” canda Arabella tapi mampu membuat semua orang dewasa disana terdiam.
“Sayang...” panggil Ardana, dan Arabella pun berpindah memeluk Ardana.
“Inget ya, Jangan nyusahin Kiyai Hasyim sama Uma Salma, inget juga pesen Mommy jangan sering keluar malem, pake terus hijabnya.”
“Iya Dad, tapi aku pake hijabnya kalo ke pesantren aja ya... kalo keluar sama ke kampus nggak pake hijab...”
“Lebih bagus tiap saat pake hijab kamu nak, tau nggak diakhirat nanti Daddy loh yang bakalan dimintai pertanggung jawabanNya, karena anak perempuan Daddy yang udah baligh ini belum pake hijabnya... Kamu nggak mau kan kalo dosa kamu Daddy yang tanggung?!”
“Iya... iya deh, aku usahain...”
“Di coba pelan-pelan ya sayang.” Usa lembut Nilam pada Arabella.
Tak lama, panggilan untuk keberangkatan pun sudah terdengar, Ardana dan Nilam sudah berjalan menuju pesawat yang akan membawa mereka ke Jerman.
“Daddy sama Mommy pamit ya sayang...” ucap Nilam sambil mengecup seluruh wajah Arabella.
“Hm... Jaga kesehatan Daddy sama Mommy juga ya....”
“Iya...”
“Syim, Sal, saya titip Bella ya, kalo dia nakal dan susah diatur jewer aja telinganya...” canda Ardana membuat Arabella cemberut.
“Iya Ar, Nil... Mudah-mudahan kalian selamat sampai tujuan dan kembali dalam keadaan sehat,” ucap Kiyai Hasyim sambil memeluk sahabatnya, Uma Salma juga memeluk Nilam.
“Nak Izzan, boleh Om titip Bella? Anggap aja dia juga adik kamu kayak Najwa, tegur dia kalau dia salah dan jangan sungkan buat ngehukum dia...”
“Iya Om...” jawab Izzan singkat.
Setelah berpamitan kini keluarga Kiyai san Arabella kembali ke pesantren, karena akan masuk waktu magrib dan jadwal Izzan mengajar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments