NovelToon NovelToon
CupidCore System

CupidCore System

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Sistem / Romansa
Popularitas:580
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di masa depan, kota futuristik Neo-Seraya mengandalkan sebuah algoritma canggih bernama CupidCore untuk menentukan pasangan romantis setiap orang. Dengan skor kompatibilitas hampir sempurna, sistem ini dipercaya sebagai solusi akhir bagi kegagalan hubungan.

Rania Elvara, ilmuwan jenius yang ikut mengembangkan CupidCore, selalu percaya bahwa logika dan data bisa memprediksi kebahagiaan. Namun, setelah bertemu Adrian Kael, seorang seniman jalanan yang menolak tunduk pada sistem, keyakinannya mulai goyah. Pertemuan mereka memicu pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh angka: bisakah cinta sejati benar-benar dihitung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 17

Kelompok bergerak menyusuri sisi barat area industri, menggunakan tumpukan kontainer tua sebagai perlindungan. Angin kencang bertiup, membuat lembaran logam berkarat berderit, menciptakan gema aneh di antara gedung-gedung kosong.

Kai terus memantau radar portabel di tangannya. Garis hijau pada layar berkedip, lalu menghilang sebentar.

“Gangguan semakin kuat,” gumamnya.

Rania berjalan di belakangnya sambil mengawasi langit. “Aku tidak suka suasana ini. Terlalu tenang.”

Darius menunduk, menyapu pandangan ke sekeliling. “Dewan mungkin sengaja membuat kita lengah.”

Milo memperhatikan jalur yang mereka ambil. Di sisi kiri, sebuah gudang runtuh menyisakan sebagian dinding yang masih berdiri. Ia memberi isyarat berhenti, lalu mendekat untuk memeriksa.

“Ada bekas jejak sepatu di sini. Tidak terlalu lama.”

Adrian bergabung memeriksa jejak itu. “Arahnya menuju relai.”

Yara bertanya, “Mungkin jaringan bawah tanah lain?”

Darius menggeleng. “Tidak mungkin. Kita satu-satunya tim yang selamat di wilayah ini minggu ini. Ini bisa saja tim pengintai dewan.”

Mereka melanjutkan perjalanan lebih hati-hati. Setiap langkah diambil dengan perhitungan, menghindari area terbuka.

Rania mendekat ke Adrian. “Kalau benar ada pengintai, kita akan masuk ke jebakan.”

Adrian menjawab, “Kita tidak bisa mundur. Kita butuh relai itu untuk menghubungi markas lain.”

Kai berhenti lagi, menatap layar. “Sinyal radar hilang total. Entah karena gangguan atau ada sesuatu yang lebih buruk.”

Di pusat kendali CupidCore, Liora menerima laporan dari seorang analis. “Gangguan di relai utara meningkat.”

Liora bertanya, “Ada visual?”

“Belum, tapi kami menangkap jejak panas samar di area barat.”

Liora menatap layar peta, menandai area itu. “Teruskan pengamatan. Jika mereka mendekat, kirim unit darat.”

Kembali di lapangan, Milo mengaktifkan perangkat pemindai portabel untuk mencari jebakan mekanis.

“Tidak ada sinyal bahan peledak, tapi… ada sisa energi plasma di udara.”

Kai memandang langit. “Mereka mungkin baru saja memindahkan drone.”

Adrian mengambil keputusan. “Kita dekati relai dari sisi utara. Itu akan memakan waktu lebih lama, tapi memberi kita sudut yang lebih aman.”

Mereka bergerak memutar, melewati sisa-sisa pabrik tua. Yara memperhatikan dinding-dinding yang tertutup coretan lama—beberapa adalah pesan peringatan yang ditinggalkan jaringan bawah tanah. Salah satunya bertuliskan dengan cat pudar: “Percayai hanya bintang, bukan sinyal.”

Rania menunjuk tulisan itu. “Sepertinya mereka sudah tahu tempat ini berbahaya.”

Darius menatapnya sebentar. “Tapi kita tidak punya alternatif lain.”

Saat mendekati sisi utara menara relai, mereka menemukan pintu baja kecil yang setengah tertutup puing. Milo menyingkirkan beberapa batu, lalu memeriksa panel kendali di samping pintu.

“Panel ini masih mendapat sedikit daya.”

Kai memeriksa terminal portabel. “Aku bisa memintasnya, tapi butuh waktu.”

Adrian mengangguk. “Cepat, sebelum patroli mendeteksi kita.”

Rania dan Yara berjaga di sekitar area pintu, mengawasi setiap suara. Angin kembali bertiup kencang, membuat debu dan pasir berputar.

Tiba-tiba, suara dengungan terdengar dari kejauhan. Rania memperketat pegangan senjatanya.

“Drone… mereka mendekat.”

Darius memberi aba-aba kepada Kai. “Lebih cepat!”

Kai menggertakkan giginya. “Sedikit lagi.”

Milo membantu menahan panel yang longgar agar tidak runtuh. Detik berikutnya, pintu baja mengeluarkan bunyi klik pelan dan terbuka sebagian.

“Masuk!” perintah Adrian.

Mereka bergegas masuk ke lorong sempit yang mengarah ke bawah menara. Begitu semua masuk, Adrian menutup pintu, meninggalkan cahaya redup dari terminal tua di dinding.

Darius berbicara pelan, “Kita tidak tahu apa yang menunggu di dalam. Tetap siaga.”

Lorong sempit di balik pintu baja berbau lembap dan penuh debu. Cahaya redup dari lampu darurat di dinding hanya cukup untuk menerangi beberapa langkah ke depan. Rania menyalakan senter kecil di senjatanya, menyorot jalan.

Kai berjalan di depan dengan radar portabel, memeriksa kemungkinan jebakan.

“Tidak ada sinyal mekanis di sini,” katanya.

Darius berjalan di belakangnya sambil tetap waspada. “Relai tua seperti ini sering punya sistem pertahanan pasif. Jangan lengah.”

Milo memperhatikan bekas coretan di dinding. Ada simbol bintang kecil yang nyaris pudar. “Mereka memang meninggalkan penanda di mana-mana,” gumamnya.

Yara merespon, “Setidaknya itu menegaskan kita di jalur yang benar.”

Setelah beberapa menit, lorong berakhir di sebuah ruangan bundar kecil. Di tengah ruangan berdiri menara server tua dengan kabel-kabel yang tergantung. Beberapa layar kecil di dinding masih berkedip, meskipun sinyalnya lemah.

Adrian mendekat, menyapu debu dari salah satu terminal. “Masih aktif… mengejutkan.”

Kai memeriksa panel utama. “Daya cadangan mungkin berasal dari reaktor mini di bawah. Tapi gangguannya parah.”

Rania meletakkan ranselnya dan membuka beberapa alat komunikasi. “Kalau kita bisa menghidupkan relai ini sebentar saja, kita mungkin bisa memanggil jaringan lain.”

Di luar, Liora menerima laporan dari analis lain. “Drone mendeteksi gangguan panas di bawah relai utara.”

Liora menoleh cepat. “Kirim unit darat, tapi jangan terburu-buru. Kita ingin mereka merasa aman dulu.”

Kembali di relai, Milo menyalakan salah satu layar tambahan. Muncul pesan kesalahan lama: “Sinyal tidak stabil — periksa koneksi manual.”

Darius menunjuk ke tangga besi kecil di sudut ruangan. “Itu menuju ruang kendali atas. Mungkin kita bisa memperkuat sinyal dari sana.”

Adrian dan Rania memutuskan untuk naik. Langkah-langkah mereka menimbulkan bunyi berderit di tangga tua.

Di atas, mereka menemukan ruang sempit dengan jendela kecil menghadap area industri. Ada panel penguat sinyal yang sebagian besar tertutup debu. Adrian membersihkannya dan memeriksa koneksi.

“Beberapa kabel diputus secara sengaja.”

Rania mengerutkan alis. “Dewan ingin relai ini mati permanen.”

Adrian menghubungi Milo lewat radio pendek. “Kami perlu waktu memperbaiki kabel. Siapkan perangkat komunikasi.”

Kai menyiapkan peralatan penguat sinyal portabel di bawah. Yara berjaga di pintu lorong, mengawasi suara-suara di kejauhan. Darius memeriksa drive yang mereka bawa, khawatir mereka akan kehilangannya jika ketahuan.

Suara angin bertiup melalui celah-celah tua di menara, menciptakan siulan samar. Rania menyambungkan kembali kabel terakhir. Lampu kecil di panel menyala hijau.

“Coba sekarang,” kata Adrian.

Milo mengetik di terminal utama. Layar berkedip, kemudian muncul pesan: “Koneksi lemah — transmisi terbatas.”

Rania menatap Adrian. “Setidaknya kita bisa kirim sinyal darurat.”

Darius mengangguk. “Kirimkan lokasi dan pesan singkat. Jangan terlalu jelas. Kita tidak tahu siapa yang menyadap.”

Kai memasukkan koordinat minimal dan pesan kode: “Bintang utara masih hidup. Sinyal rapuh. Perlu arahan.”

Milo menekan tombol kirim. Layar menampilkan konfirmasi samar bahwa pesan telah terkirim.

Namun, tidak ada balasan. Waktu berlalu beberapa menit, hanya suara angin dan dengungan mesin tua yang menemani mereka.

Yara berkata dengan nada gelisah, “Mungkin tidak ada yang tersisa di jaringan.”

Adrian menatap layar kosong. “Atau mereka butuh waktu untuk merespons.”

Tiba-tiba, suara letupan pelan terdengar dari luar menara. Rania segera meraih senjatanya dan menoleh ke jendela kecil. Ia melihat cahaya lampu senter bergerak cepat di antara puing-puing.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!