Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 9. Perlawanan Ruby.
Tercetak jelas bekas tamparan itu di wajah cantiknya. Ruby tersenyum miris. Ia tatap Roger yang kini menatapnya dengan begitu nyalang.
"Apa kau lupa jalan pulang hingga sampai pagi kau tidak pulang ke rumah, hah?! Kau mulai ingin membangkang dan melawan kata-kataku?!" Menggelegar suara Roger.
"Dia mulai bertingkah, Dad. Tadi saja dia memerintahku untuk memintanya pulang karena dia tidak ingin aku seret, Dad." Cakra tersenyum puas menatap Ruby. Ia mengadukan bagaimana tingkah Ruby tadi pada Roger. Daddynya pasti akan lebih marah.
Ruby diam. Ia biarkan Cakra mengadu.
Namun, saat Roger kembali ingin melayangkan tangan ke wajahnya. Ruby menahan agar tangan kasar itu tidak sampai menyentuh pipinya.
"Kurang ajar! Kau benar-benar mulai bertingkah, hah?!" Makin berang Roger saat melihat Ruby menahan tangannya.
"Jangan memukulku!" ucap Ruby menekan. Ia biarkan Roger melepaskan tangan dari cekalannya dengan kasar. "Aku sudah pulang. Bukankah itu yang kalian inginkan? Kalian sangat membutuhkan kehadiran anak yang penyakitan ini."
Untuk pertama kalinya Ruby berkata sarkas di hadapan kedua orang tuanya. Tatapan Ruby terlihat meremehkan. Dan tak gentar sekali pun.
Ini baru awal.
"Beraninya kau bersikap kurang ajar pada Daddy!" Cakra maju. Ia dari tadi sudah berusaha sabar melihat tingkah Ruby yang berbeda. Entah apa yang terjadi pada adiknya itu hingga seberani ini, tidak hanya padanya, tapi juga pada daddy mereka.
Cakra ingin menjambak rambut adiknya, tapi Ruby menepis kasar tangan Cakra dan berteriak lantang.
"Jangan berani menyentuhku!!" Ruby menatap tajam Cakra yang tercengang dengan gerakan cepat Ruby.
Bukan hanya Cakra, Roger dan Shinta juga terkejut. Kini Ruby bahkan bisa berteriak keras di depan mereka.
"Jangan berani mengarahkan tangan kotor kalian padaku!" Ultimatum Ruby. "Itu sangat menjijikan," desisnya tajam. Ruby tidak takut menatap Roger dan Shinta dengan netranya yang menyala merah.
Hatinya makin sakit, saat kembali dan berhadapan dengan ayahnya malah sebuah tamparan lah yang pertama kali ia terima.
Sebesar apa kesalahan yang sudah Ruby lakukan?
Karena ia tidak pulang semalam?
Ruby tertawa konyol.
Rachel dan Cakra bahkan bisa dan biasa melakukan hal yang sama. Sedangkan Ruby? Baru kali ini ia tak kembali dan itu pun karena perbuatan Cakra yang tega pada dirinya.
Ruby sudah muak dengan semua perlakuan semena-mena ini. Ia tidak akan membiarkan siapapun lagi dapat menginjak-injak harga dirinya.
"Dasar anak tidak tahu diri!!" Roger menarik kasar tangan Ruby.
Ruby tahu apa yang ingin dilakukan Roger—pasti menyeretnya ke dalam kamar mandi dan mengguyurnya dengan air dingin, hingga setelahnya Ruby akan selalu berakhir jatuh sakit—tak berdaya untuk melawan perbuatan tiran mereka-keluarga Sanders.
Tapi kali ini Ruby tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dengan berani dan sekuat tenaganya Ruby mendorong Roger hingga jatuh sebelum berhasil masuk ke dalam kamar mandi.
"Astaga! Daddy!"
"Daddy!"
Shinta dan Cakra bergegas mendekat pada Roger yang terjatuh di atas lantai akibat perbuatan Ruby.
"Kau anak yang tidak tahu diri! Teganya kau mendorong daddymu sendiri seperti ini! Bagaimana jika sesuatu terjadi pada Daddy?! Kau ingin menjadi penjahat?!" Kali ini Shinta yang memaki. Ia dan Cakra membantu Roger untuk bangun.
Ruby tak gentar. Ia balas tatapan tajam ketiga makhluk yang ada di hadapannya.
"Tega?" ulang Ruby dengan terkekeh kecil. Sikapnya benar-benar tidak seperti biasanya. "Aku belajar itu semua dari kalian!" Suaranya kian lantang.
"Tega pada kalian yang sudah memperlakukanku dengan seenaknya itu bukan jahat!" Suaranya menekan dan penuh desisan. "Aku hanya mengimbangi," sinis Ruby pada keluarga Sanders yang kian tersentak atas sikap berani Ruby.
Ruby belajar untuk berani, hatinya mengeras pada orang-orang yang telah memperlakukannya sesuka hati. Ia akan mengimbangi bagaimana ketidak berperasaannya keluarga Sanders selama ini.
Mulai kini Ruby hanya akan tunduk karena sopan. Dan melawan pada mereka yang keterlaluan!
Ruby langsung beranjak dari sana. Ia meninggalkan Roger, Shinta dan Cakra yang semakin merasakan amarah atas sikap berani Ruby melawan mereka. Cakra bahkan berteriak ingin menghentikan langkah adiknya itu.
Namun, Ruby tidak perduli. Seperti tuli, Ruby tetap keluar dari ruang kerja Roger. Untuk apa jua ia berada di sana jika hanya akan mendapatkan siksaan dari orang tuanya.
Ruby menuju kamarnya yang terletak di deretan kamar pelayan. Sebelum sampai di dapur, Ruby berpapasan dengan Rachel yang baru pulang.
"Haha... Kau mendapatkan tamparan dari Daddy?" Rachel tertawa saat melihat pipi Ruby yang memerah. "Kasian. Pasti sakit, ya?" Rachel tergelak karena Ruby yang hanya diam saja. Ia begitu menikmati ketidak berdayaan Ruby jika sudah berhadapan dengan Roger ataupun Cakra.
"Tapi tenang saja, kau tidak akan lagi disiksa, Ruby." Suara Rachel mendadak berubah serius. "Karena kau akan segera dinikahkan dengan Tuan Herison dan disingkirkan dari rumah ini. Hahaha...." Rachel tertawa puas.
Ruby sudah resmi bertunangan dengan pria tua. Semakin membuat Rachel tergelak bahagia. Sungguh miris dan menyedihkan sekali hidup Ruby.
"Kau yakin sekali." Suara Ruby menghentikan tawa Rachel. "Bagaimana jika kau yang akan dinikahkan dengan Tuan Herison? Dan aku akan bertunangan dengan Emer-pria yang kau inginkan?"
Deg!
Rachel melotot tajam pada Ruby. Membuat Ruby kini yang berganti tergelak melihat wajah Rachel.
"Hallo...! Kau sedang bermimpi di siang hari?" Rachel menepuk-nepuk tangannya di hadapan wajah Ruby. Bermaksud agar wanita itu sadar dengan mimpinya yang sangat-sangat tidak mungkin itu.
"Kau tidak dalam situasi bisa memilih, Ruby. Kau sudah resmi bertunangan dengan Tuan Herison. Dan aku." Rachel menunjuk dirinya sendiri. "Aku yang akan bertunangan dengan Emer." Senyum Rachel begitu cerah. Ia menatap angkuh pada Ruby, sebelum berlalu dan dengan sengaja menabrakkan bahunya pada Ruby.
"Pastikan dirimu tidak sampai gila jika hal yang kau inginkan itu tidak terjadi!"
Langkah Rachel langsung terhenti. Ia berbalik dan menatap tajam pada Ruby. "Apa maksudmu, hah?!" tanyanya marah.
Ruby tak menjawab. Ia hanya tersenyum sinis seraya mengangkat bahunya acuh dan berlalu dari sana.
Aku memang tidak bisa memilihnya, tapi dia yang akan memilihku, batin Ruby yakin seiring langkahnya saat masuk ke dalam kamar meninggalkan Rachel.
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃