NovelToon NovelToon
Duda-ku

Duda-ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:478
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

"hana maaf, rupanya riko hatinya belum tetap, jadi kami disini akan membatalkan pertunangan kamu.. dan kami akan memilih Sinta adik kamu sebagai pengganti kamu" ucap heri dengan nada yang berat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

“Apanya yang masih aman?”

“Itu… perawan kamu.”

“Orang ini kalau nanya nggak disaring dulu, langsung blak-blakan,” ucap Hana dalam hati.

“Masih aman,” jawab Hana pelan.

“Oke, sudah… ayo kita makan,” ucap Jefri.

Hana hanya terdiam, memandangi aneka menu makanan yang tampak begitu menggugah selera.

Di meja makan, Hana tertegun melihat aneka hidangan yang tersaji rapi. Ada sup buntut bening yang mengepulkan aroma harum rempah, membuat perutnya langsung bergejolak lapar. Di sampingnya, terhidang pasta aglio e olio dengan taburan cabai kering dan udang besar, sederhana tapi tampak menggoda.

Tak jauh dari situ, ada pula nasi goreng kampung lengkap dengan telur ceplok setengah matang di atasnya, sambal terasi di sisi piring, dan potongan timun segar. Sebagai pelengkap, Jefri juga menaruh salad segar dengan sayuran hijau, tomat ceri, serta dressing minyak zaitun.

Dan yang membuat Hana paling terpana adalah steak daging sapi premium di atas hot plate, masih mengepulkan asap tipis dengan aroma mentega yang meleleh.

“Ya ampun… ini sih bukan sarapan tapi pesta,” gumam Hana sambil menelan ludah.

“Kenapa tidak dimakan? Takut ada racunnya, ya?” tanya Jefri.

“Ini tidak ada sianidanya, kan?” sahut Hana curiga.

Jefri mengambil salah satu menu lalu menyuapkannya ke mulut.

“Lihat, aku memakannya,” katanya santai.

Hana terdiam. Perlahan ia mengambil steak daging sapi—makanan yang sudah lama ia idamkan.

“Tampilannya sih bagus, tapi aku kurang yakin dengan rasanya,” gumamnya dalam hati.

Begitu suapan pertama masuk ke mulut, Hana terhenti sejenak.

“Kenapa? Tidak selera, ya? Maklum, ini makanan orang kaya,” ucap Jefri.

Tanpa menjawab, Hana justru melahap steak itu dengan rakus, seolah sudah berhari-hari tidak makan.

Jefri hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Hana.

“Euuuuuk…” Hana bersendawa keras.

“Duh, maaf ya, Om… makanannya enak banget,” katanya polos.

“Enak lah, tinggal makan,” balas Jefri dingin.

“Orang ini benar-benar nyebelin… tapi ganteng juga, sih,” ucap Hana dalam hati sambil manyun.

Setelah makan, Hana berinisiatif membersihkan sisa makanan dan hendak mencuci piring.

“Biarkan pembantu saja nanti yang merapikannya,” ucap Jefri santai.

“Ah, biar saya saja… sudah terbiasa kok,” jawab Hana.

“Jangan. Nanti piringnya pecah, kamu tidak sanggup ganti,” balas Jefri dingin.

“Benar-benar menyebalkan,” gerutu Hana dalam hati.

Hana pun berjalan menuju sofa dan duduk. Pandangannya kosong, pikirannya melayang.

Apakah dia seperti andri yang ujung-ujungnya akan menjual aku, tapi semalam aku aman, padahal aku tak berdaya bisa saja di meniduriku tapi aku masih aman, apa aku sudah dipegang-pegang, mendadak hana bergidik ngeri dan memegang seluruh badannya

“Ini,” ucap Jefri sambil menyodorkan semangkuk sop buah.

“Terima kasih, Om,” sahut Hana dengan senyum tipis.

Mereka berdua menikmati sop buah dalam diam.

“Om, bajuku mana?” tanya Hana tiba-tiba.

“Memangnya aku setua itu apa sampai dipanggil Om?” sahut Jefri kesal.

 “Kenapa Om…?” tanya Hana menggoda.

“Jangan panggil aku Om. Sejak kapan ayahmu punya adik setampan aku?” sahut Jefri dengan nada dingin.

“Oh, jadi Om mau aku panggil apa? Kakak, Abang, atau… Kakek aja ya?” Hana terkekeh.

“Hmm, panggil aku Kakak Tampan,” ucap Jefri datar.

“Hahahaha…” Hana tertawa, tapi tawanya garing karena Jefri sama sekali tidak ikut tertawa.

Segera ia menutup mulutnya. “Maaf, Kakak Tampan.”

Jefri hanya melirik sekilas, malas menanggapi.

“Ka… nama Kakak siapa, sih?” tanya Hana kemudian.

“Sudah numpang tidur, makan enak, baru sekarang nanya nama,” sahut Jefri ketus.

“Orang ini…!!!” gumam Hana kesal dalam hati.

“Jefri Guardiola Antonio Cassano.”

“Haaa… panjang amat namanya. Guru yang nulis ijazah pasti capek banget nulisnya, ya,” sahut Hana polos.

“Lucu,” ucap Jefri singkat.

“Nyebelin,” Hana menggerutu dalam hati.

“Om… eh, Ka… baju aku mana, Ka? Aku nggak mungkin pulang pakai baju ini, kan?” tanya Hana.

“Kenapa memang? Apa bajunya tidak cocok, atau kurang mahal?” sahut Jefri.

“bukan begitu kalau aku pakai baju mahal nanti aku disangka korupsi sama atasanku, akukan wanita jujur dan baik hati” ucap hana

“Bajumu sedang di-laundry. Sebentar lagi akan ada orang yang antar,” ucap Jefri tenang.

“Semalam kenapa kamu hujan-hujanan kayak bocah saja?” tanyanya lagi.

Hana menghela napas panjang. Mengingat kejadian kemarin membuat dadanya sesak. Entah kenapa, ia justru menceritakan semuanya pada Jefri—tentang tunangannya, tentang adiknya, tentang kebohongan ayahnya dan tentang andri yang berusaha mencelakainya

“Cuma karena lelaki saja putus asa?” Jefri mengangkat alis.

“Aku tahu… sepertinya masalah sepele. Tapi kamu belum pernah merasakannya,” jawab Hana pelan, suaranya bergetar.

“Kata siapa?” ucap Jefri.

“Jadi Kaka juga pernah?” tanya Hana.

“Pernah apa?”

“Dikhianati.”

“Tetttttt…” terdengar suara bel pintu berbunyi.

Seorang petugas datang, menyerahkan sebuah paper bag.

“Ini bajumu. Kamu mau nginap di sini lagi atau mau pulang?” tanya Jefri datar.

“Aku mau pulang,” jawab Hana pelan.

“Felix merindukanmu,” ucap Jefri pelan.

“Oh ya… gimana anak itu sekarang?” tanya Hana.

“Setelah sekian lama, kenapa baru menanyakan Felix? Apa kamu tidak perhatian pada Felix?” ucap Jefri.

Hana mengkerutkan dahi. Lama-kelamaan, om ganteng ini rasanya ingin Hana karungin terus dilempar ke Kali Malang.

 “felix baik-baik saja,,,kamu harus jadi pengasuhnya” ucap jefri

“tidak bisa aku kerja,,,dan gajihku sudah besar,,,apalagi aku dapat bonus besar kemarin”

“kamu lebih memilih uang besar daripada mengurus felix” Tanya jeferi

Hana menatap tajam pada felik…

“om,,,hallo om” ucap hana

“kenapa ?” Tanya jefri

“om kalau aku ga kerja siapa yang ngasih makan aku,,,aku ini udah diusir dari rumah,,dan orang jahat banyak yang mengincarku, kalau aku ga kerja siapa yang mau menolongku” ucap hana

“dasar egois” jawab jefri dingin

Hana mengepalkan tangannya rasanya mau memukul pria yang ada didepannya

“kenapa masih diam?” Tanya jefri setelah sekian lama terdiam

“aku mau pulang” ucap hana

“pulang saja sana kenaa banyak basa-basi” ucap jefri

“nyebelinnnnnnn” teriak hana dalam hati

“ok aku mau pulang saja” ucap hana

“Ya sudah, ganti baju. Pulang sana,” ucap Jefri tanpa ekspresi.

Nyebeliiinnnn! Benar-benar tidak mengerti perempuan. Kalau wanita bilang mau pulang, artinya dia mau tinggal,batin Hana gemas.

Hana berdiri, lalu masuk ke walk-in closet dan berganti baju. Kali ini ia mengenakan celana jeans Levis dan seragam showroom miliknya.

Hana melangkah ke arah Jefri.

“Ka, aku pulang dulu ya,” ucap Hana.

“Pulang saja, nggak usah basa-basi,” jawab Jefri datar.

Gua karungin juga nih om,gerutu Hana dalam hati.

“Pintunya sebelah sana,” ucap Jefri tanpa menoleh.

“Ok…” ucap Hana singkat sambil melangkah ke arah pintu keluar.

“Hey, kamu!” panggil Jefri tiba-tiba.

Hana menoleh. “Apa?”

“Nama kamu siapa?” tanya Jefri.

“Astaga, Ka, kenapa nggak dari tadi nanyanya?” Hana mendengus kesal.

Jefri hanya diam, ekspresinya tetap dingin

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!