Shan-xui, seorang gadis muda yang profesinya sebagai guru sejarah dan bela diri. setelah selesai menjemput ke empat muridnya di salah satu club malam, tiba-tiba dia di tabrak mobil, kondisinya sangat mengenaskan. Ketika dia terbangun, dia dibuat syok saat dia mengetahui kalau dia tidak ada di dunianya, dia berada di dunia kuno di zaman ribuan tahun yang lalu.
akankah Lin-rang menerima dunianya yang baru, dia telah memasuki tubuh seorang selir di masa kerajaan ribuan tahun yang lalu. seorang gadis muda yang begitu mengenaskan dan selalu diasingkan dari kalangan kerajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesona Bae Lin-rang.
Suara kecapi yang begitu merdu mengalun dengan begitu indah hingga membuat siapapun yang mendengarnya ikut terhanyut dalam setiap melodi gitar kecapi.
Lin-rang mengingat sebuah lagu yang dahulu ketika dia di dunia modern neneknya sering menyanyikannya, lagu yang menyentuh dengan beberapa syair yang menceritakan mengenai seorang wanita yang menunggu cintanya dengan begitu sabar, menunggu cinta itu hingga nafas terakhirnya.
Salah satu istri menteri yang hadir di pesta kerajaan itu malah menangis terisak-isak, lagu itu membuat hatinya begitu tersayat. Kisah seorang wanita yang menunggu dengan begitu sabar, menanti cintanya kembali namun tak kunjung datang, cinta yang begitu panjang hingga maut menjemput ajal si wanita.
Begitu pula dengan ibu suri, dia yang mendengar suara kecapi dan suara merdu dari Lin-rang membuat ibu suri tanpa sengaja meneteskan air matanya.
Beberapa tamu dan putri kerajaan mereka membayangkan bagaimana jika dirinya dalam situasi gadis dalam syair itu.
"Lagu ini begitu menyayat hati, apakah nona Lin sengaja menyanyikan ini untuk menyindir kaisar?" gumam pangeran Chun-san.
Isi syair lagu dari lintang, bahkan dia menyelipkan beberapa syair yang begitu menyayat hati.
****
Cinta suciku adalah nadiku
namun kamu membunuhku perlahan
cinta ini adalah sebuah kematian
yang merenggut nyawaku tanpa aku sadari
Aku tunggu dirimu di ambang batas pintu menjelang ajal namun kau tak kunjung datang cinta itu begitu melelahkan
hingga nafasku terasa terhenti sangat dalam Apakah aku salah.
Jika kamu punya cinta lainnya..
Kenapa tidak kau katakan
cinta yang kamu katakan begitu indah
tapi penuh dengan racun yang mematikan
Aku tidak akan menunggumu tanpa henti
ketika aku sadari kau telah membohongiku
aku tidak akan memaafkanmu
cukup bagiku untuk berdiri menanti di depan pintu.
Aku lelah.. aku akan menutup mataku..
Oh sayangku..
di akhirat pun aku tidak akan memaafkanmu, cinta yang menyiksaku ini akan membunuhmu sampai mati.
*****
setelah menyanyikan lagu itu Lin-rang berdiri, orang-orang masih terpaku dengan sosoknya yang begitu cantik. Pakaian cantik berwarna biru langit dengan rambut sepinggang terurai dengan begitu cantik. Tak ada mata yang bisa teralihkan, mereka menatap Lin-rang yang benar-benar seperti Dewi turun dari khayangan.
ibu suri bertepuk tangan, seluruh orang yang ada di aula pesta kerajaan juga ikut bertepuk tangan. Para wanita yang ada di ruangan itu tanpa disadari, mereka berjalan mendekati Lin-rang, bahkan beberapa istri dari pejabat pun tanpa mereka sadari mereka melangkahkan kakinya mendekati Lin-rang, memeluknya dengan begitu hangat.
"Nona Lin, syairmu benar-benar begitu menyentuh." ucap salah satu istri dari pejabat kerajaan Xan.
"Terima kasih atas pujiannya nyonya, suaraku memang tidak terlalu merdu, tapi semoga nyonya sekalian menyukai lagu ini." kata Lin-rang. dia kemudian sedikit membungkukkan tubuhnya, menatap para wanita yang terlihat begitu mengaguminya.
"Nona Lin-rang ternyata benar-benar sangat cantik." puji salah satu istri menteri kerajaan Rong. dia memang sudah mendengar mengenai sosok Lin-rang semasa menjadi istri kaisar Hae jin, namun sosok ini membuatnya tidak bisa berkata apapun.
Dalam hati Lin-rang berteriak kegirangan karena dia berhasil membuat para wanita-wanita yang dahulu sering sekali menggunjingnya sekarang malah memberikan dia pujian.
"Hahaha... aku ini memang benar-benar sangat pandai, pandai berakting, pandai berbicara bahkan pandai membuat situasi berbeda.
"Apa bisa dibilang aku ini bermuka dua ya?" gumam Lin-rang dalam hati yang seolah menertawakan dirinya sendiri.
kaisar Hae jin yang mendengar nyanyian Lin-rang, entah mengapa dirinya merasa terusik, dirinya merasa tersindir dengan beberapa bait yang begitu menyayat hatinya. jantungnya berdebar seolah sosok yang baru itu sangat berbeda dengan wanita yang dahulu sering mencari perhatian darinya. Bahkan sering sekali berbuat sesuatu yang bodoh hingga membuat kaisar begitu membencinya.
Kasim juga seperti itu, dia tidak akan pernah mengira kalau Lin-rang yang sekarang ini sangat berbeda dengan Lin-rang si gadis bodoh ketika menjadi selir kaisar. "Dia benar-benar sangat berbeda, bahkan dia terlihat begitu angkuh begitu dingin." gumam kasim. dia terus memperhatikan sosok Lin-rang yang begitu rupawan dan mempesona, entah mengapa tiba-tiba saja Kasim kepercayaan kaisar itu jantungnya berdebar begitu kencang.
"Hahaha..., wanita si cantik dirimu itu bagaimana bisa disia-siakan seperti itu, nona Lin?!" seru kaisar Xan-yu.
"Tentu saja yang mulia, gadis secantik ini disia-siakan oleh seseorang yang begitu bodoh. Bahkan dia disakiti di masanya." ujar ibu suri.
Tamu dari beberapa kerajaan nampak terdiam, "Siapakah nona Lin ini, yang mulia ibu suri?" tanya kaisar Xan-yu.
Ibu suri nampak tersenyum, sedangkan kaisar jantungnya sedikit berdebar seolah dia takut untuk dipermalukan oleh ibu suri.
"Itu semuanya adalah masa lalu yang mulia, mungkin itu adalah kesalahan hamba di masa lalu. Sekarang nama saya Bae Lin-rang, saya tidak mempunyai masa lalu yang harus diingat dan dibicarakan." sahut Lin-rang yang kemudian duduk di samping ibu suri.
Entah mengapa mendengar jawaban dan sikap dingin yang ditunjukkan oleh Lin-rang kaisar Hae jin merasa sedikit tersindir.
"Hahaha.. aku yakin pria itu adalah pria bodoh, yang dengan munafiknya dia membuang mu!" seru kaisar Xan-yu yang kemudian berdiri. "Bagaimana kalau nona Lin menjadi selirku saja?!" seru kaisar Xan-yu.
Pangeran Chun-san langsung berdiri, dia menatap kaisar Xan-yu yang memang terkenal sangat genit itu. "Maafkan aku yang mulia, tidak ada yang boleh mendekatinya karena dia adalah milik saya." ujar pangeran Chun-san.
Selir Wei xian dan beberapa selir yang lain Mereka begitu kesal ketika Lin-rang mendapatkan begitu banyak perhatian. perhatian perhatian yang begitu luar biasa itu apalagi pujian-pujian setinggi langit.
"Dasar wanita sialan, beraninya dia melakukan hal ini, seharusnya dia dipermalukan bukan mendapatkan pujian setinggi langit." selir Wei xian hatinya begitu dongkol, begitu kesal ketika melihat para tamu kerajaan memuji Lin-rang setinggi langit, bahkan mereka ada yang mengusulkan untuk menjadi selirnya atau istri dari anak-anak kaisar.
"Benarkah itu wanita bodoh yang sudah dibuang kaisar? Kenapa wanita itu menjadi seperti ini? kenapa dia tiba-tiba menjadi hebat." ucap salah satu selir yang sangat kebingungan.
"Entahlah, kelihatannya dia memakai sihir untuk membuat dirinya jadi sehebat ini." sahut salah satu selir. Dia terlihat begitu kesal.
"Apa maksudmu pangeran Chun-san?" tanya kaisar Xan-yu.
"Nona Lin adalah milik saya." ujar pangeran Chun-san. dia langsung melabeli Lin-rang sebagai miliknya.
Bukannya Lin-rang marah, dia malah tersenyum melihat kelakuan pangeran kerajaan Gonryu, keponakan dari ibu suri.
"Kakak benar-benar mencuri perhatian, lihatlah wajah para selir kaisar, mereka benar-benar jelek mereka cemberut, kelihatannya kepala mereka mau meledak." bisik Ming-na di telinga Lin-rang.
Lin-rang sendiri membalas dengan tatapan mata sedikit menyipit dan senyum yang sedikit lebar. "Permainan sudah dimulai, mereka tidak akan bisa lepas dariku." jawab Lin-rang yang kemudian duduk santai sembari melihat Chun-san melabeli dirinya sebagai miliknya.
*Bersambung*
Terima kasih sudah membaca novelku, baca juga novelku yang lainnya.
*Isteri bar-bar bos mafia
*Jangan sakiti aku
*Kekasih gelap suamiku
Dan masih banyak lagi, semoga suka dengan karyaku, mohon dukungannya juga ya. Terima kasih.
