NovelToon NovelToon
Surga Lain Pernikahanku

Surga Lain Pernikahanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

"Apa yang sebenarnya membuat Mas enggan menyentuhku? Mas bahkan selalu menghindar jika aku membicarakan hal itu. Apapun jawaban Mas, aku akan berusaha ikhlas. Setidaknya Mas bicara. Jangan diam seolah-olah hubungan kita itu normal seperti pasangan suami istri yang lain.”

Banyu mengangkat wajahnya. Tanpa bicara apapun, ia segera meraih jas yang ia letakkan di kursi makan lalu melangkah pergi meninggalkan Haura.

***
Pernikahan yang Haura harapkan bisa mendatangkan kebahagiaan itu nyatanya tidak seindah yang gadis itu harapkan. Banyu, lelaki yang enam bulan ini menjadi suaminya nyatanya masih enggan memberikan nafkah batin kepadanya. Lelaki itu terus menghindarinya jika gadis itu mengungkit masalah itu.
Tentu saja itu menjadi pertanyaan besar untuk Haura. Apalagi saat perdebatan mereka, Haura tidak sengaja menemukan sebuah kalung indah berinisial 'H'.

Apakah itu untuk dirinya? Atau apakah kalung itu menjadi jalan jawaban atas pertanyaan besarnya selama i

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BUKAN MATRE HANYA REALISTIS

Banyu menatap Haura yang sedang bermain di pinggir laut dan sesekali memasukkan kakinya ke pasir pantai dengan wajah penuh senyuman. Ia sengaja berdiri di pinggir laut agar ikut terkena sapuan ombak. Wajahnya tampak lebih cantik saat terkena cahaya sore. Rambutnya berkibar terkena semilir angin. Sesekali menutupi wajahnya. Meski begitu, senyumnya tetap mengembang.

Gadis itu begitu menikmati keindahan yang tempat tersebut suguhkan. Sesekali ia melangkah maju mundur bermain air. Terkadang juga ia meloncat-loncat kecil.

"Mas sini!" seru Haura sambil melambaikan tangan kirinya ke arah Banyu. Sementara tangan kanannya menenteng sepatunya.

Banyu yang sedang berdiri menatap Haura hanya membalas lambaian tersebut dengan senyum. Di bahunya tersampir tas milik Haura. Ia baru saja akan menyusul Haura. Namun, terdengar nada panggilan dari arah tas milik istrinya itu.

Banyu kemudian membuka tas tersebut dan segera mencari ponsel Haura. Ternyata benar. Satu panggilan masuk dan tertera nama Mas Saganteng di layar ponselnya. Nama tersebut membuat Banyu jengkel. Sejak kapan Haura jadi sealay ini? Banyu yang sudah terlanjur malas menerima panggilan tersebut, lalu memilih mengabaikan panggilan tersebut.

Suara dering tersebut akhirnya berhenti sendiri. Tiba-tiba muncul pop-up notifikasi pesan.

Mas Saganteng

sibuk banget ya? mas punya tiket konser yang kemarin kamu incar. mau gak?

Dahi Banyu mengernyit. Banyu tidak tahu kalau ternyata sepupu dan istrinya seakrab ini. Tiket konser? Sejak kapan Sagara yang ia kenal tidak pernah sibuk dengan urusan beginian menjadi aktif memburu tiket konser? Apakah demi Haura, lelaki itu bisa berubah seperti itu?

Beragam pertanyaan muncul di benak Banyu. Hingga ia tidak sadar bahwa ponsel Haura masih di genggamannya.

"Lho, kenapa hp aku ada di Mas?" tanya Haura yang tiba-tiba sudah berada di dekat Banyu. "Ada yang nelpon ya, Mas?"

"Hmmmh... Mas Saganteng kamu nelpon terus. Berisik banget. Dia kirim pesan juga." Banyu memberikan ponsel tersebut kepada Haura.

Haura menerima ponsel tersebut sambil menatap Banyu heran. Nada bicaranya ketus. Mimik wajahnya tegang. Matanya juga menatap ke sembarang arah.

"Mas Saganteng? Mas Saga ya maksudnya?"

"Kok nanya saya? Kan itu nama yang ada di kontak kamu." Lelaki itu berdiri dengan melipat tangannya di dada. Ia jelas tidak menyukai kenyataan bahwa Haura ternyata seakrab itu dengan Sagara.

"Ini sih kayaknya dia yang gantiin sendiri. Kemarin kayaknya nggak gitu nama kontaknya," sahut Haura pelan. Tatapannya fokus kepada layar ponselnya, sementara sepatunya sudah ia letakkan di pasir. "Hah? Ini beneran?!"

Banyu terkejut dengan reaksi Haura yang sangat antusias. Ia bisa menebak bahwa ini pasti tentang tiket konser tersebut. Mood Banyu mendadak memburuk.

"Kalau kamu sibuk dengan ponsel begini, itu namanya bukan kencan, Ra," dumel Banyu lalu berjalan lebih dulu. Meninggalkan Haura yang masih menatapnya dalam diam dan bingung.

Namun, dengan cepat gadis itu mengejar Banyu. Akan tetapi, pandangannya kembali fokus pada ponselnya. Ia tampak semangat mengetik balasan kepada Sagara. "Sebentar, Mas. Ini penting. Aku udah lama banget pengen ini. Mumpung Mas Saga juga punya. Lumayan Mas, aku nggak perlu cari dan yang paling penting harganya nggak semahal yang dijual teman aku kemarin. Karena Mas Saga kasih diskon ke aku."

Darah Banyu jadi mendidih melihat senyum cerah di wajah Haura. "Kenapa harus minta ke Saga? Saya masih mampu kalau hanya untuk bayarin tiket kamu nonton konser."

Senyum di wajah Haura mendadak pudar. Ia tidak tahu mengapa Sagara harus semarah ini hanya karena tiket konser yang diberikan Sagara untuknya. Itupun tidak diberikan cuma-cuma. Haura juga membayar kepada Sagara.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau mau nonton konser, Ra? Saya bisa carikan kamu tiket yang kamu mau. Tanpa harus kamu minta kepada Sagara," ucap Banyu terdengar pelan.

"Mas marah, ya?" tanya Haura hati-hati.

"Menurut kamu?"

Haura mengangguk. Jemarinya kemudian menyentuh rahang Banyu. "Rahang kamu berubah tegang. Mata kamu seakan mau menelanku hidup-hidup. Kamu cemburu, ya?" Mata Haura mengamati wajah Banyu.

"Kamu itu perempuan bersuami. Daripada minta ke orang lain, kamu bisa minta apapun ke saya. Selagi saya bisa kabulkan, ya akan saya kasih. Kamu kira saya semiskin itu sampai tidak bisa memenuhi keinginan kamu?"

Haura mendesis pelan. Tangannya lalu menepuk lengan Banyu geram. "Mas kira ini hanya tentang uang? Kalau soal uang sih, ya aku tahu Mas punya banyak. Cuma Mas kan sibuk. Makan siang bareng aku aja Mas nggak bisa. Mas kira aku sematre itu apa?"

"Jadi kamu menolak jika saya berikan uang ke kamu?"

"Ya enggaklah. Aku nggak matre. Hanya realistis aja. Jadi kalau Mas mau nambahin uang bulanan aku ya aku tentu terima dengan senang hati."

"Sejak kapan kamu jadi suka uang begini?"

Haura reflek tertawa. "Mana ada perempuan yang nggak suka uang, Mas?"

"Selama ini kamu nggak pernah protes dengan uang bulanan yang saya kasih. Padahal jumlah itu tidak sebanyak yang Mama terima dari Papa. Mama aja shock waktu saya katakan saya kasih kamu segitu."

Haura tercengang. Apakah ia memang setidak tertarik itu terhadap uang? Bagaimana bisa ia bisa protes, jika uang bulanan untuk kebutuhan rumah yang Banyu berikan itu lima kali lipat dari gajinya? Itu hanya uang kebutuhan rumah. Sementara uang listrik dan yang lainnya tetap Banyu yang bayarkan. Sedangkan untuk kebutuhan pribadinya, Banyu memberikan lebih dari uang bulanan.

Nominal itu bahkan di luar perkiraannya. Kalau ia tahu menjadi istri Banyu akan membuatnya mendadak kaya seperti itu, maka sejak awal ia bekerja di situ seharusnya ia sudah berusaha menarik perhatian Banyu.

"Kenapa diam? Kamu beneran mau minta tambahan uang bulanan?"

Haura spontan mengangguk. Kapan lagi ia bisa menghabiskan banyak uang demi kesenangannya sendiri? Bukankah tawaran seperti ini tidak boleh dilewatkan begitu saja.

"Berapa?"

Ditanya seperti ini Haura menjadi salah tingkah. Ia bisa saja menyebutkan asal nominal.

"Berapapun itu akan saya berikan. Tapi ada syaratnya." Banyu menatap Haura serius.

"Meskipun saya minta uang yang nolnya banyak? Kalau saya minta sekarang, Mas bisa berikan itu?"

Senyum miring terbit di wajah Banyu. Terlihat menyebalkan. Namun, Haura akan mengabaikan itu. Yang terpenting adalah menghabiskan uang Banyu seperti yang Banyu tantang. Lagipula salah sekali jika menantang hal seperti itu kepada mahluk bernama perempuan.

"Gimana? Syaratnya gampang."

"Apa?"

"Batalkan keinginan kamu membeli tiket dari Sagara. Batalkan juga keinginan kamu untuk pindah departemen dan tetap berada di tim saya. Gimana?"

Wajah antusias Haura meredup. Bahunya merosot. Syarat yang pertama mungkin bisa ia lakukan. Akan tetapi, yang kedua? Masuk ke departemen Sagara menjadi bagian impiannya. Ia sudah lelah bekerja di bawah kepemimpinan Banyu. Lebih tepatnya, untuk sementara ia ingin menjauh dari Hania.

"Jangan yang kedua deh, Mas. Aku udah siap banget kalau untuk pindah departemen. Malas banget dengerin omongan anak ruangan yang bilang aku anak emasnya Mas."

Banyu menghela napasnya. "Ya sudah. Kamu jadi asisten pribadi saya saja."

"Jangan dong. Pak Daffa bagaimana?" Membayangkan untuk mengurus ribetnya Banyu membuat Haura sudah pusing duluan.

"Daffa bisa ditempatkan di tempat lain. Gimana?"

"Jangan deh. Nggak enak lah aku sama orang kantor."

"Jadi gimana? Setuju nggak? Lagipula sejak kapan kamu jadi mikirin omongan orang begitu? Biasanya aja secuek itu."

"Risih aja dengarnya."

Banyu merapikan anak rambut Haura. Tangannya kemudian mencengkram pelan bahu istrinya. "Saya akan pastikan kamu nyaman di tim saya. Gimana? Mau dibatalin juga nggak apa."

"Enak aja. Jangan dong. Rugi banget itu. Tapi beneran dikabulin berapapun yang aku minta, kan?"

"Iya, Haura Salsabilla. Saya janji."

"Ya udah. Kirim sekarang." Tekadnya sudah terlalu kuat untuk menghabiskan uang Banyu.

"Anak baik," ucap Banyu sambil menepuk pelan puncak kepala Haura. "Tunggu sebentar." Banyu kemudian mengambil ponsel di saku celananya. Lelaki itu tampak begitu serius.

"Aku belum bilang lho mau minta berapa. Kalau ternyata kurang gimana?" protes Haura.

"Cek m-banking kamu. Kalau kurang nanti saya tambahin."

Haura segera mengejek m-bankingnya. Matanya langsung membulat saat melihat nominal yang tertera di situ. Jemarinya menghitung nol yang ada di sana dan terus memastikan takut ia salah lihat.

"Mas, ini kenapa nolnya banyak banget? Kalau kayak gini gimana ngabisinnya?"

*

*

*

Jangan lupa dukungannya, ya. Terima kasih :)

1
Teti Hayati
Gpp, asal si Hania jangan dibiarin menang... /Joyful/
Teti Hayati
Syafakillah ka...
Teti Hayati
Kasian Daffa... ayoolah cepet dibukakan matanya. Biar tau yg kebenaran bagaimana aslinya seorang Hania.
Kenapa Haura...?? yaa karena dia istrinya. lahh kamu siapa.. hanya masa lalu..
Teti Hayati
Good Job mas Air... jangan biarin celah sedikitpun.. Prioritas mu saat ini yaa istrimu, se-urgent apapun kerjaan usahakan gak menomorduakan Haura.
Pilihan yg tepat buat kembaliin projeknya Haura, dg begitu dia gak akan tantrum minta pindah departemen lagi. 😂
Satu buat Hania, emang enak. Udh ditolak terus Haura dipuji-puji lagi. makiin kebakaran gak tuuh... 😂😂
Ninik
wah ternyata hania diem2 licik jg ya mau JD pelakor dia
Teti Hayati
Basmi aja Raa...
kamu cantik jelas terlihat apa adanya.
sedangkan yg jadi bandingan kamu, cerdas kalem, tapi licik.. ada udangnya dibalik bakwan..
Teti Hayati
Khan khan.... mulai aneh2 ni cewek...
Teti Hayati
Nah lho.. khan ada bibit-bibit pelakoor...
gak kebayang gimana kalo Daffa tau tentang ini..
Gak dapet dua-duanya baru nyaho kamu Han.
Teti Hayati: Hayook lahh.. mending Ullya ..
biar nyahoo si Hania ni... 😂
Edelweis Namira: Kita jodohin ke Ullya aja, Kak
total 2 replies
Teti Hayati
Eiiih... ngapain mesti klarifikasi..?? penting bgt kah nama mu terlihat bersih dimata Banyu..??
Yang lain aja slow, ngapain km repot2 jelasin.. yaa kecuali km ada mksud lain..
maaf ya Han, sikap mu bikin saya su'udzon..
Edelweis Namira: Sabar Kak. Si Hania masih mode denial aja itu
total 1 replies
Teti Hayati
Lempar sini sebagian gpp Ra.. 😂
Edelweis Namira: harusnya sih gitu
total 1 replies
Teti Hayati
Rekomended... yuu baca..!!
Novel kedua yg aku baca setelah kemren Arsal-Ayra yg menguras esmosi... mari sekarang kita jadi saksi kisah Haura - Banyu akan bermuara dimana akhirnya. Karena pernihakan bukan berarti akhir kisah sepasang anak manusia. Jika bukan jodohnya mereka bisa saja berpisah, dan kembali mencari tulang pemilik tulang rusuk yang sesungguhnya. Jika sudah jodohnya, mungkin hanya maut yg memisahkan mereka di dunia.
Semangat ka... sukses selalu untuk karyanya.. ❤
Teti Hayati: Aamiin.. doa yg baik in syaaAllah kembali pada yg mendoakan...
Edelweis Namira: Kaaaak makasih banyak lho supportnya. Semoga segala kebaikan menghampiri kamu yaaa.
total 2 replies
Teti Hayati
Lanjuuuut kaka....
Teti Hayati
Kelamaan gamon sih.. jadinya fokus mu bukan ke istri..sampe hal kecil gini aja baru tau sekarang.
Berdoa aja, semoga Haura lupa sama ngambek dan traumanya..
Edelweis Namira: Wkwkwk. secuek itu emang dia.
total 1 replies
Teti Hayati
😂😂😂

Mahalan dikit napa, masa nyogok poligami cuma es kriim.. minimal nawarin saham ke..
Teti Hayati: Hayoook lahh, sampe kere pun gak apa.. biar gak berulah lagi...
Edelweis Namira: Nanti kita suruh Haura mintain uangnya Banyu aja yaaa
total 2 replies
Teti Hayati
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

Baru launching udh ketahuan sumber ghibahnya... anggota lain langsung pada ngaciiir kabuuuur ..
Edelweis Namira: hahahaha
total 1 replies
Teti Hayati
Ngalong up nya ka... 😁
makasih up langsung 2..
kalea rizuky
mending cerai ra laki bejat nganu la istri sebut cwek lain itu fatal lo jangan terbodohi
Teti Hayati
Jangan lupa doanya juga kencengin, karena harapanmu kayaknya terlalu berat..
Edelweis Namira: Iya emang /Proud/
total 1 replies
Teti Hayati
Waaah Kinan... 😂
Teti Hayati
😂😂😂
Good job Ra, saya dukung... ayooo buat Air semakin jatuh dalam penyesalan...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!