NovelToon NovelToon
Mimpi Aqila

Mimpi Aqila

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda
Popularitas:320
Nilai: 5
Nama Author: Ai_va

" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?

Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayah Amanda

Aqila pun juga terkejut melihat luka di sekujur tubuh Amanda.

" Ini pasti ulah ibu tiri nya."

" Bantu aku bawa ke rumah sakit aja Yan. Ambil visum."

" Iya Han."

Aqila membenahi pakaian Amanda dan kemudian Ryan menggendong tubuh Amanda untuk dibawa ke rumah sakit.

" Qila ikut ya kak."

" Ayo."

" Papi kak Manda kenapa??"

" Leon di rumah sama oma sama opa ya."

" Leon mau ikut."

" Papi mau ke rumah sakit lo."

" Iya. Gak papa. Leon mau ikut aja."

" Nanti kalau Leon ikut Atlas di rumah sama siapa??"

Leon menatap ragu ke arah Atlas dan Aqila. Di lihatnya Atlas yang merendahkan diri di dekat Leon.

" Ya udah Leon di rumah aja sama Atlas."

" Good boy."

Aqila dan Abizam bergegas menyusul Ryan dan Dokter Johan. Di rumah sakit langsung dilakukan visum menyeluruh untuk Amanda. Aqila menunggu Amanda yang terbaring di atas bankar. Cukup lama Aqila menunggu Amanda, sampai akhirnya terdengar rintihan Amanda.

" Eugh.."

" Kamu sudah bangun???"

" Aku di mana??"

" Di rumah sakit."

" Aku kenapa??"

" Kamu pingsan. Waktu dokter Johan ke rumah dan meriksa kamu, setiap kali dia nyentuh kamu, kamu selalu kesakitan. Akhirnya baju kamu di buka dan kami lihat semua luka-luka kamu."

" Ka..kalian tahu??"

" Iya. Apa yang terjadi sebenarnya?? Kenapa sampai seperti ini?"

" Sejak ancaman dari Om Ryan, ibu tiri ku gak berani lagi nyiksa aku secara terang-terangan. Dia menggunakan ayah ku untuk mengancam aku."

" Maksud nya??"

" Dia akan mencelakai ayah ku kalau aku melaporkan semuanya sama Om Ryan. Aku udah bilang sama kamu kan kalau aku akan meninggalkan rumah ketika aku sudah lulus?? Tapi sepertinya aku harus mengurung kan niat ku itu. Aku harus melindungi ayah ku."

Setetes air mata mengalir dari pelupuk mata Amanda. Aqila pun juga ikut merasakan kesedihan sahabat nya.

" Hasil visum sudah keluar."

Ryan masuk dan menatap tajam ke arah Amanda.

" Di mana ayah mu bekerja?? Aku akan menemui nya."

" Tapi Om.."

"Aku akan menyelesaikan tanpa menimbulkan masalah yang baru lagi. Percaya saja sama aku."

Ryan masih menatap tajam ke arah Amanda untuk meyakinkan Amanda supaya menyerahkan semua permasalahan kepadanya. Pada akhirnya Amanda meyebutkan sebuah perusahaan tempat ayah nya bekerja.

" Aku akan mengurusnya. Ayah mu harus tahu dan kalau dia menyayangi kamu, dia pasti akan menceraikan ibu tiri kamu itu. Kalau enggak aku yang akan membiayai hidup kamu seluruh nya."

Amanda tidak dapat berbicara apapun. Dia hanya menatap Ryan yang sudah mengatupkan rahang nya menahan amarah. Ryan pun pergi dari rumah sakit bersama Abizam. Aqila berada di rumah sakit untuk menunggu Amanda.

" Apa yang kamu perbuat sampai ibu tiri kamu benci sama kamu??"

" Gak ada. Sama sekali gak ada. Dia hanya ingin hidup bersama ayah ku tanpa adanya aku.

" Kalau gitu kenapa nggak nikah sama bujang aja."

" Qila, apa kamu bisa mencintai Leon seperti anak kamu sendiri??"

" Leon anak yang baik. Kak Abi mendidik Leon dengan sangat baik. Jadi gak ada alasan buat aku untuk nggak menyayangi Leon."

" Qila...."

" Apa??"

" Jadikan aku anak tiri mu."

" Ogah. Masak iya aku harus nikah sama ayah kamu."

Mereka berdua pun terkekeh membayangkan nya saja sudah konyol.

" Udah sana tidur. Kamu ujian tinggal empat hari lagi. Kamu harus sembuh kalau mau ikut ujian."

" Iya..iya.."

Amanda memejamkan matanya dan langsung terlelap.

...****************...

Abizam dan Ryan sampai di perusahaan tempat ayah Amanda bekerja. Mereka disambut dengan sangat baik. Bahkan oleh pemimpin perusahaan.

" Suatu kehormatan bagi kami bisa dikunjungi oleh Pak Abizam dan Pak Ryan. Apa ada yang bisa kami bantu??"

" Terima kasih Pak Adit. Saya hanya ingin bertemu dan berbicara sebentar dengan Pak Abram di bagian keuangan di perusahaan anda. Apakah anda bisa membantu saya untuk menemui beliau."

" Pak Abram bagian keuangan ya. Sebentar saya tanyakan kepada sekretaris saya. Nina..."

" Iya Pak."

" Pak Abram bagian keuangan ada??"

" Ada pak. Beliau yang paling lama bekerja di bagian keuangan."

" Tolong panggilkan ke sini Nin."

" Baik Pak."

" Ada perlu apa kalau saya boleh tahu."

" Hanya masalah keluarga saja."

" Pak Abram masih keluarga nya Pak Ryan?? Atau Pak Abimana??"

" Maaf kami tidak bisa menceritakan detailnya."

" Oh.. Oke."

Tak berapa lama kemudian sekretaris Pak Aditya datang bersama dengan lelaki-paruh baya yang masih terlihat tegas dan berwibawa.

" Ini Pak Abram bagian keuangan pak."

" Selamat siang. Saya Abram. Apa saya mengenal anda??"

" Apa putri anda bernama Amanda??"

" I..iya...ada apa dengan putri saya??"

" Pak Adit. Apa saya boleh mengajak Pak Abram pergi?? Saya ada keperluan dengan Pak Abram."

" Oh silahkan. Nggak apa-apa Pak. Diselesaikan dulu urusan keluarga nya."

Ayah Amanda pun mengikuti Abizam dan Ryan. Mereka meninggalkan perusahaan tempat ayah Amanda bekerja diiringi tatapan dari para pekerja yang lain. Siapa yang tidak mengenal Abizam dan Ryan. Pengusaha muda yang terkenal dan disegani oleh semua perusahaan raksasa lainnya.

" Ada apa sebenarnya?? Apa yang terjadi."

" Apa anda tahu bahwa selama ini istri anda sudah menyakiti Amanda?"

" Hah? Nggak mungkin."

" Sangat mungkin. Sekarang Amanda berada di rumah sakit dengan berbagai macam luka di sekujur tubuhnya. Ini laporan visum nya. Tidak ada kekerasan seksual. Hanya di beberapa tubuhnya ada memar-memar yang cukup parah. Bahkan ada yang berwarna biru."

Ayah Amanda membuka laporan visum milik Amanda.

" Saya mau lihat keadaan Amanda dulu."

Mereka pun menuju ke rumah sakit tempat Amanda. Saat memasuki ruangan inap Amanda,mereka melihat Aqila yang tertidur di samping Amanda. Amanda pun juga terlelap karena efek obat pereda nyeri. Abizam menepuk pundak Aqila. Aqila mengejap-ngejapkan matanya. Dilihatnya Abizam, Ryan dan juga ayah Amanda ada di ruangan itu. Aqila pun beranjak dari duduknya.

" Qila..."

"Iya Om."

Ayah Amanda pun menghampiri Amanda yang masih terlelap, wajahnya terlihat pucat walaupun tidak sepucat tadi. Aqila membantu ayah Amanda membangunkan Amanda.

" Ada apa?"

" Bangun. Ada ayah kamu."

Amanda mengarahkan pandangannya ke arah sebelah kanan di mana ada ayah nya berdiri di sana.

" Ayah...."

" Mana yang luka??"

Amanda masih diam saja.

" Manda..."

Akhirnya Amanda pun menunjukkan bekas luka yang sebagian berada di dalam tubuhnya. Luka memar berwarna biru dan kemerahan seperti bekas di pukul kemoceng ada di punggung Amanda. Melihat luka di punggung Amanda, ayah Amanda pun meneteskan air matanya.

" Maafkan ayah. Ayah gak tahu Manda seperti ini selama ini. Ayah gak tahu kalau Manda menderita."

" Nggak apa-apa Yah. Manda minta izin setelah Manda lulus sekolah, Manda mau nge kost atau menyewa rumah saja. Manda belajar hidup mandiri."

" Manda mau meninggalkan ayah?? Manda marah sama ayah? Manda nggak mau tinggal sama ayah?"

" Bukan begitu Yah...."

" Ayah menikahi Martha supaya dia bisa menjadi ibu pengganti buat kamu. Kalau dia nggak gak bisa merawat kamu dengan baik, untuk apa ayah mempertahankannya?? Ayah akan menceraikan dia segera dan menuntutnya karena sudah menganiaya kamu."

" Tapi yah..."

" Jangan halangi ayah untuk melakukannya. Selama ini ayah bekerja untuk kamu. Kalau dia nggak bisa merawat kamu, tidak bisa memperlakukan kamu seperti anaknya sendiri, untuk apa juga ayah mempertahankan pernikahan ayah?? Selama ini juga ayah bertahan karena ayah mengira dia baik sama kamu. Kalau dia nggak baik sama kamu, berarti tugasnya sudah selesai."

Amanda hanya terdiam dan menganggukkan kepalanya. Ayah Amanda berpaling ke arah Aqila dan yang lainnya.

" Terima kasih sudah memberi tahu saya tentang hal ini. Kalau nggak ada kalian,saya tidak tahu apa yang terjadi. Dan anak saya bisa semakin menderita."

" Amanda sebenarnya sudah lama menderita Om. Tapi Manda melarang Qila bilang ke Om. Karena menurut Manda, Om juga butuh seseorang di samping Om."

" Kalau sudah seperti ini, om gak butuh siapa-siapa. Bagi Om, kebahagiaan Manda segalanya buat Om."

Setelah beberapa menghabiskan waktu di rumah sakit, Abizam, Ryan dan Aqila meninggalkan rumah sakit. Memberikan kesempatan kepada Amanda dan ayah nya untuk saling bercerita.

" Aku balik duluan Bi."

" Iya."

" Om Ryan. Terima kasih sudah bantu Amanda."

" Sama-sama Qila."

Mereka berpisah di parkiran rumah sakit. Aqila dan Abizam kembali ke rumah mereka.

" Kok diem aja."

" Hu??"

" Kamu kok diem aja. Apa yang kamu pikirkan??" Abizam mengusap lembut kepala Aqila.

" Qila lagi berpikir."

" Berpikir apa??"

" Qila hanya lebih bersyukur saja dengan keadaan Qila saat ini. Walaupun keluarga Qila nggak sekaya keluarga teman-teman Qila yang lain, tapi Qila memiliki keluarga yang mendukung Qila apapun yang Qila lakukan. Ayah, ibu, Kak Alvi dan juga kak Abi dan semuaaaa nya deh pokoknya. Semua sangat menyayangi Qila. Nggak ada alasan bagi Qila untuk bersedih saat ini."

" Maka dari itu Qila harus selalu bahagia sama kakak ya. Senyum nya mana??"

Aqila mengulas senyumnya dan menatap ke arah Abizam.

" Iya kak."

" Qila setelah ujian baru boleh ke rumah ayah dan ibu kamu ya. Kakak harap kamu fokus belajar dulu saat ini."

" Ita kak. Nanti Qila juga akan memberitahu ayah dan ibu kalau Qila akan ke rumah setelah ujian nasional."

" Pinter."

Aqila tersenyum dan merasa bahagia dengan segala perlakuan manis Abizam kepadanya. Tidak ada alasan baginya untuk bersedih dan khawatir.

1
luisuriel azuara
Bagus banget, semoga mendapat banyak pujian dan dukungan!
Tri Wahyuni: makasih kak 🙏
total 1 replies
María Paula
Characternya bikin terikat! 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!