NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Seorang gadis muda yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke dalam laut lepas. Tetapi, alih-alih meninggal dengan damai, dia malah bereinkarnasi ke dalam tubuh putri buangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Selir Yang Aneh

Setelah meminum obat yang diberikan Mei, Putri Minghua tiba-tiba teringat kejadian semalam. Ia mengernyitkan dahi, lalu bertanya dengan nada penasaran, “Mei, kau tahu? Tadi malam rasanya sangat ramai di luar sini... memangnya ada apa? Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan Xiaolan?”

Wajah Mei langsung berubah cemas. Tatapannya menunduk, seolah ragu untuk menjawab. “Tadi malam... Putri Xiaolan tiba-tiba menghilang, Nona. Tanpa jejak sama sekali. Bahkan para penjaga pun tidak tahu ke mana dia pergi.”

Putri Minghua terkejut. “Apa? Bagaimana bisa?” Nada suaranya langsung naik. “Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Kenapa bisa tiba-tiba menghilang? Apakah ada yang menyinggungnya? Atau... apakah dia melarikan diri karena sesuatu?”

Mei menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab pelan, “Yang saya dengar... Putri Xiaolan akan dinikahkan dengan Kaisar dari Kerajaan Timur... yang katanya terkenal kejam terhadap para selirnya.” Ucapannya terdengar sangat hati-hati, dan wajahnya tampak takut menyinggung lebih jauh.

Putri Minghua mengepalkan tangannya, amarahnya memuncak. “Aku harus berbicara dengan Ayahanda,” gumamnya tegas. Sorot matanya menyala penuh penolakan dan keberatan.

Tanpa menunggu lebih lama, ia melangkah lebar dengan siluman kecil masih dalam gendongannya, menuju ruang utama sang Kaisar. Dengan penuh emosi, ia membuka pintu besar itu dengan keras hingga menimbulkan suara nyaring.

“AYAHANDA!” teriaknya lantang, membuat seisi ruangan terdiam.

Kaisar yang duduk di singgasananya tampak terkejut sekaligus geram. “Siapa yang menyuruhmu masuk dengan cara seperti ini?” suaranya menahan amarah, matanya menatap tajam ke arah putrinya.

Namun Putri Minghua tak gentar. Ia menatap ayahnya dengan penuh keberanian. “Mengapa Ayahanda memaksa Xiaolan menikah dengan Kaisar dari Kerajaan Timur?” tanyanya langsung ke pokok permasalahan.

“Kita harus menjalin hubungan kuat dengan Kerajaan Timur. Ayah sangat menyayangi Xiaolan, dan karena itu, ayah memilih menikahkannya dengan Kaisar Timur,” jawab sang Kaisar. Meski awalnya terdengar marah, nada suaranya mulai melunak, seolah menyiratkan bahwa keputusan itu bukan tanpa alasan.

Namun Putri Minghua tetap tidak bisa menerima alasan itu. Hatinya menolak keras. Ia terus membujuk, memohon, dan berusaha meyakinkan sang ayah untuk membatalkan pernikahan tersebut, karena dia tahu, Xiaolan tidak pantas dikorbankan demi aliansi yang penuh ketidakpastian.

Namun, setelah cukup lama membujuk, usahanya tetap sia-sia. Sang Kaisar bersikeras dengan keputusannya. Pada akhirnya, Putri Minghua diusir dari ruang istana oleh para penjaga atas perintah langsung dari ayahnya.

Ia kembali dengan wajah memerah, bukan hanya karena lelah, tapi juga karena amarah dan perasaan ditolak. Siluman kecil masih berada dalam pelukannya, menatap sekeliling dengan wajah cemas, seolah ikut merasakan kegelisahan yang terpancar dari tubuh Putri Minghua.

Sesampainya di depan kamar, ia mendapati Mei masih setia menunggunya di sana.

“Mei... ikut aku keluar. Sepertinya aku butuh sedikit liburan,” ucapnya pelan, namun terdengar tegas, penuh beban yang ingin diluapkan.

“Baik, Nona. Tunggu sebentar,” jawab Mei, segera berlari masuk ke dalam kamar dan kembali dengan membawa sebuah syal tebal.

“Pakai ini, Nona. Kondisi Anda belum sepenuhnya pulih,” katanya lembut sambil memakaikannya di leher Putri Minghua dengan penuh perhatian.

“Baiklah,” jawab Putri Minghua singkat, namun senyum tipis menghias wajahnya sebagai tanda terima kasih.

Mereka pun berjalan perlahan menuju gerbang istana, namun langkah mereka terhenti ketika beberapa penjaga menghadang. Wajah para penjaga tampak kaku dan tegas.

“Maaf, Putri Minghua tidak diperbolehkan keluar. Ini adalah perintah dari Yang Mulia Kaisar,” ucap salah satu dari mereka dengan nada kaku.

Putri Minghua menatap mereka dengan tajam, nada suaranya tidak meninggi, tapi penuh penekanan yang menusuk.

“Aku tetap ingin keluar. Lagipula... bukankah aku ini hanya Putri Buangan bagi kalian semua?” ucapnya pelan namun dingin. Tatapannya yang tajam seketika membuat para penjaga saling pandang dan tampak ragu untuk melanjutkan tugas mereka.

Tiba-tiba, seorang selir mendekati Putri Minghua. Penampilannya mencolok dan penuh gaya, mirip seperti “pelakor” jika disandingkan dengan istilah di zaman modern, terlihat manis di luar, tapi menyimpan sesuatu yang sulit ditebak.

“Penjaga, biarkan dia pergi. Aku yang akan berbicara langsung kepada Yang Mulia Kaisar mengenai hal ini,” ucap sang selir dengan nada lembut yang tampak penuh kepedulian. Namun tak seorang pun bisa memastikan apa niat sesungguhnya di balik kata-katanya itu.

Para penjaga saling pandang sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan memberi jalan. “Silakan, Putri Minghua.”

Tanpa curiga, Putri Minghua langsung melangkah keluar dari istana, langkahnya ringan namun mantap. Udara luar istana menyambutnya, seolah memberinya sedikit kebebasan dari segala tekanan.

Di balik kipas kecil yang selalu dibawanya, selir itu menyembunyikan senyum licik. Matanya menyipit, ekspresi wajahnya jelas menyiratkan bahwa ini bukan sekadar bantuan biasa. Ada sesuatu yang sedang direncanakan… sesuatu yang mungkin akan membawa masalah bagi Putri Minghua.

Sementara itu, Putri Minghua berjalan santai menyusuri jalanan pasar. Ia memandang sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu. Suasana begitu ramai dan meriah. Berbagai makanan manis dipajang menggoda, aroma harum menguar dari gerobak para pedagang, dan beragam aksesoris cantik membuat matanya berbinar.

Ia menunduk menatap siluman kecil yang masih nyaman berada di dalam pelukannya. “Kalau boleh tahu, siapa namamu?” tanyanya lembut.

Siluman kecil itu menatapnya dengan mata bulat polos, lalu menjawab tanpa ragu, “Aku... Tantan.”

Putri Minghua tersenyum kecil, matanya memancarkan kehangatan. “Nama yang lucu,” ucapnya sembari mencolek pipi Tantan dengan lembut. Wajah mungil itu tampak semakin menggemaskan saat tersipu malu, membuat hati Putri Minghua terasa lebih ringan untuk sesaat.

Putri Minghua segera berhenti di depan seorang penjual manisan yang tampak begitu menggoda. Aroma manisnya menyeruak dan membuat air liur hampir menetes.

"Saya ingin mengambil tiga," ucapnya sambil menunjuk manisan yang dibungkus rapi.

Tantan menatap manisan di tangan Putri Minghua dengan mata berbinar, jelas menunjukkan bahwa ia juga menginginkannya.

Putri Minghua tersenyum geli melihat ekspresi polos Tantan, lalu menggoda sebentar sebelum akhirnya menyerahkan satu manisan kepadanya.

Ia juga membagi satu lagi untuk Mei, menggunakan sisa uangnya yang jumlahnya sudah sangat sedikit. Meskipun sederhana, ia merasa puas bisa berbagi.

Mereka berjalan perlahan menyusuri pasar, melihat-lihat barang dagangan yang berderet di kiri-kanan jalan.

"Mei, sepertinya aku butuh uang tambahan," gumam Putri Minghua sambil berpikir serius.

Mei pun ikut berpikir keras, mencoba mencari pekerjaan yang sesuai untuk seorang putri yang sedang berusaha bertahan hidup.

Beberapa saat kemudian, sebuah ide terlintas di benaknya. Ia menatap Putri Minghua ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, "Apakah Nona keberatan jika... bekerja menjadi seorang pelayan?" tanyanya hati-hati, khawatir pertanyaannya akan menyinggung perasaan sang putri.

1
Cha Sumuk
ap ga ada ingatan yg tertggl hemmm
Murni Dewita
double up thor dan tetap semangat
Nfzx25r: Iya, makasi
total 1 replies
Murni Dewita
next
Murni Dewita
nyimak
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!