Diandra Aksara adalah seorang putri dari pemilik Tara Bumi Grup yang kaya dan terpandang, karena sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri, Diandra mengambil alih tanggung jawab yang diberikan oleh ayahnya untuk mengurus kediaman dan juga perusahaan milik keluarga mereka.
Dibawah tekanan dan iri hati sang ibu tiri dan juga saudari tirinya, Diandra berusaha menjalankan tugas yang diberikan oleh ayahnya dengan baik meskipun sebenarnya ia kerapkali menghadapi rintangan dan juga bahaya yang diciptakan oleh dua orang yang sangat membencinya.
Namun kehidupan Diandra yang penuh rintangan dan juga bahaya pelan pelan sirna ketika ia bertemu dan mengenal Abimana Narendra, Seorang CEO yang dikenal jujur,berani, dan juga tajir melintir.
Penasaran dengan ceritanya? Ikuti terus kisahnya hanya di novel Gadis Kecil Kesayangan Sang CEO.
noted🚨🚨🚨
dilarang baca lompat dan komentar jelek.
Yang suka boleh like, yang tidak suka, semoga suka.
Ingat dosa ditanggung pembaca☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Masalah ini tentu saja menjadi urusanku karena ini menyangkut tentangmu Diandra!" sahut Abimana tiba tiba dan membuat Diandra terdiam dan melirik ke arah Abimana dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
Setelah mengatakan hal itu, barulah Abimana tersadar akan sikapnya sendiri yang tanpa sengaja menunjukkan perasaannya dan apa artinya wanita itu untuk dirinya.
"M-maksudku... Ini tentu saja menjadi urusanku karena ini sudah menyangkut tentang nyawa manusia." ucap Abimana dengan terbata bata dan membuat Diandra menganggukkan kepalanya, berusaha percaya dengan apa yang laki laki itu ucapkan meskipun sebenarnya tidak.
"Terima kasih untuk kepedulian pak Abimana, tapi biar urusan ini menjadi urusanku. Pak Abimana tidak perlu khawatir, aku akan mengatasi masalah ini semampuku." ucap Diandra.
Setelah beberapa saat beristirahat untuk meredakan pusing di kepalanya, Diandra dan Santi pun akhirnya pulang ke rumah dengan diantar oleh Abimana.
Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit, baik Diandra maupun Abimana tidak ada yang mengobrol. Mereka terlalu sibuk dengan berbagai pertanyaan yang ada di dalam diri mereka masing masing mengenai apa yang terjadi hari ini. Dan Santi yang melihat reaksi mereka berdua dari kursi belakang, hanya bisa menggelengkan kepalanya karena dua orang yang saling memiliki perasaan di pertemuan pertama mereka, lebih memilih untuk tidak mengungkapkannya.
Karena jarak perjalanan menuju ke rumahnya cukup jauh, serta tubuhnya yang dilanda rasa kantuk dan juga lelah, tanpa sadar Diandra pelan pelan jatuh tertidur sampai mobil yang dikendarai oleh Abimana berhenti di depan gerbang rumahnya yang besar.
"Diandra?"
Mendengar suara Abimana yang dalam dan terasa samar di telinganya, membuat Diandra yang semula terbuai di dalam alam mimpi, bergerak, kelopak matanya berkedip kedip lalu terbuka. Diandra melihat sepasang mata dengan sorot tajam yang tak malu malu memandangnya dari balik jendela mobil yang terbuka.
Diandra yang sadar kalau dirinya tertidur sepanjang perjalanan pulang, segera duduk dan merapikan rambutnya.
"Aku rasa, aku telah membangunkan mu dari tidur malam mu yang nyenyak itu. Jika kau tidak keberatan, aku bisa kok menggendong mu masuk ke dalam rumah, seperti yang telah aku lakukan saat aku menggendong mu masuk ke dalam rumah sakit." ucap Abimana yang diam diam membuat Santi tersenyum akan godaan manis yang dilontarkan Abimana kepada Diandra.
Diandra melihat ke sekelilingnya, mobil itu berada di depan gerbang rumahnya. Bila Abimana menggodanya seperti itu terus, Diandra merasa akan sulit untuk mengendalikan dirinya dari sosok laki laki itu.
"Tidak perlu pak Abimana, saya bisa jalan sendiri." ucap Diandra yang segera keluar dari mobil Abimana.
"Ini kartu namaku, jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa menghubungiku. Aku harap kau tidak akan merasa sungkan untuk meminta bantuan ku, dan satu hal lagi, setelah sampai didalam, kau harus segera beristirahat. Kau baru saja mengalami kecelakaan, dan tubuhmu masih perlu untuk memulihkan diri pasca kecelakaan itu." ucap Abimana dengan penuh perhatian.
Ucapan Abimana membuat wajah Diandra memerah. Menurut Diandra, sikap Abimana terhadapnya lebih terlihat seperti sikap seorang suami yang tengah memberikan nasihat kepada istrinya. Dan Diandra merasa marah kepada dirinya sendiri karena ia mau mau saja dinasehati seperti itu oleh Abimana.
"Terima kasih atas bantuan dan juga tumpangannya, pak Abimana. Saya permisi dulu. Ayo Santi!" pamit Diandra yang segera masuk ke dalam rumah setelah mengambil kartu nama Abimana dan pamit kepada laki laki itu.