Asih begitu mencintai Rahmat, sampai sang biduan yang begitu terkenal dengan suara indahnya itu rela menyerahkan mahkotanya kepada pria itu. Sayangnya, di saat ada biduan yang lebih muda dan geolannya lebih aduhay, Rahmat malah berpaling kepada wanita itu.
Saat tahu kalau Asih mengandung pun, Rahmat malah menikahi wanita muda itu. Asih tersingkirkan, wanita itu sampai stres dan kehilangan calon buah hatinya.
"Aku akan membalas perbuatan kamu, Rahmat!"
Bagaimana kehidupan Asih setelah mengambil jalan sesat?
Gas baca, jangan ketinggalan setiap Mak Othor update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 7
"Anu, Yah. Kayaknya Mirna mau bobo bareng sama Ayah," jawab Mirna tanpa sadar.
"Hah? Bagaimana? Coba katakan sekali lagi?"
Mirna tersadar kalau apa yang dia katakan tidak patut diucapkan, dengan cepat dia memukul-mukul bibirnya. Dia takut kalau mertuanya itu akan marah terhadap dirinya.
"Maaf Ayah, tapi beneran Ayah ganteng banget. Ayah badannya oke banget, Mirna gak bohong kalau untuk itu. Maaf," ujar Mirna.
Pak Lurah diam sambil memperhatikan penampilan Mirna, wanita itu begitu seksi tetapi rambutnya masih terlihat tertata rapi. Itu artinya Mirna belum melakukan hal enak dengan putranya, karena jika perempuan dan laki-laki melakukan hal enak pasti keadaan Mirna saat ini akan berantakan.
"Rahmat tidak bisa memuaskan kamu?" tanya Pak Lurah to the poin.
"Hah? Kok Ayah tahu?"
Mirna sadar kalau dia tidak boleh dekat-dekat dengan mertuanya, karena dia sudah menikah dengan Rahmat dan dia harus sopan terhadap pria itu.
Namun, entah kenapa dia tidak bisa mengontrol dirinya. Kaki Mirna bahkan tiba-tiba saja melangkah mendekat ke arah pak Lurah, lalu kedua tangannya terulur untuk mengusap dada pria itu.
"Kamu tuh kenapa sih?" tanya Pak Lurah.
Pak Lurah merasa heran dengan tingkah dari Mirna, tetapi dia suka sekali dengan kelakuan dari wanita itu. Walaupun Mirna merupakan menantunya, tetapi dia juga tidak mengapa kalau memang Mirna mau melakukan hal enak dengan dirinya.
Murah sekali memang buaya buntung seperti pak Lurah itu, hanya memikirkan diri sendiri saja tanpa memikirkan orang lain. Bahkan, pria itu tidak memikirkan anaknya sendiri.
"Mirna sekarang baru sadar, kalau ternyata Ayah itu lebih tampan daripada Rahmat. Ayah juga lebih gagah dari Rahmat, sepertinya Mirna suka sama Ayah."
Tangan Mirna yang tadi mengelus dada pria itu kini turun untuk mengelus perut pak Lurah, bahkan tidak lama kemudian kedua tangan itu turun untuk mengusap milik pak Lurah yang masih terbungkus dengan celana jeans yang dipakai oleh pria itu.
"Emmmph!"
Pak Lurah memejamkan matanya mendapatkan perlakuan seperti itu dari Mirna, sapuan tangan yang begitu lembut dari tangan menantunya itu membuat dirinya bergelora.
Dia sampai lupa kalau dirinya sudah punya istri, dia sampai lupa kalau Mirna merupakan menantunya. Dia bahkan lupa kalau kini keduanya sedang berada di rumahnya sendiri, rumah yang dijadikan kerajaan untuk dirinya dan juga istrinya.
"Ayah," panggil Mirna lirih sambil menelusupkan tangannya ke dalam celana pria itu.
"Aduh!" pekik Pak Lurah tertahan karena merasakan miliknya yang dielus-elus oleh menantunya sendiri.
"Mirna jago loh kalau untuk bangunin dia, apalagi manjain dia. Tinggal pilih saja mau pakai cara yang mana," ujar Mirna yang membuat Pak Lurah begitu senang dengan apa yang dikatakan oleh Mirna.
Pak Lurah memang sudah berumur, tetapi kalau untuk penampilan memang pria itu selalu berpenampilan rapi dan juga menarik.
Saat ini saja pria itu memakai kemeja berwarna abu dipadupadankan dengan celana jeans yang sama, tubuhnya yang atletis begitu tercetak jelas. Mirna semakin klepek-klepek saja dibuatnya.
"Kamu itu sedang mencari pelampiasan?" tanya Pak Lurah karena dia berpikir kalau Mirna tidak puas dengan goyangan Rahmat di atas ranjang.
"Nggak, Yah. Nggak gitu, aku nggak lagi nyari pelampiasan. Tapi jujur saja wajah Ayah itu ganteng banget, Mirna juga nggak tahan lihat body Ayah yang atletis seperti ini. Mirna jadi pengen---"
Mirna tidak meneruskan ucapannya, dia malah mengagungkan kedua tangannya di leher pria itu. Lalu, tanpa ragu Mirna menyatukan bibirnya dengan bibir pria yang sudah menjadi mertuanya itu.
Pak Lurah dengan cepat membalas setiap pagutan dari Mirna, kedunya nampak bergelora. Tangan kanan pak Lurah nampak menekan tengkuk leher Mirna agar pergulatan bibir mereka makin panas.
Tangan kirinya nampak mengelus punggung Mirna dengan begitu lembut, tak lama kemudian tangan itu turun dan mere mas bokong Mirna.
"Emmmph!" lenguh Mirna.
Keduanya mengambil napas dalam setelah pagutan mereka terlepas, lalu keduanya tersenyum penuh arti. Tak ada rasa bersalah di wajah keduanya, justru keduanya malah semakin menggila.
Mirna dengan cepat membuka gesper yang dipakai oleh pak Lurah, tak lama kemudian wanita itu berjongkok dan bersiap untuk memanjakan milik mertuanya yang dirasa lebih besar dari milik Rahmat.
"Jangan di sini," ujar Pak Lurah yang dengan cepat menarik tangan Mirna untuk masuk ke dalam ruangan kerjanya. Dia bahkan mengunci pintu ruang kerjanya dengan begitu rapat.
Pria itu langsung membuka celana yang dia pakai, tanpa ragu dia duduk di atas sofa yang ada di ruang kerjanya tersebut, setelah itu dia meminta Mirna untuk duduk di hadapannya.
"Puasin Ayah, Sayang."
"Iya, Ayah."
Mirna yang sudah terkena pelet begitu menurut kepada ayah mertuanya itu, dia langsung memainkan milik sang ayah mertua dengan kedua tangannya.
Tangan itu begitu lihai naik turun pada milik pak Lurah, pria paruh baya itu sampai memejamkan matanya sambil mengusap-usap kepala Mirna.
"Masukin, Sayang." Pak Lurah berkata dengan lirih, dia membuka matanya sambil menatap wajah Mirna yang sangat cantik di matanya.
"Emm," jawab Mirna yang dengan cepat memasukkan milik pak Lurah ke dalam liang bergerigi miliknya.
Pak Lurah sampai mendesis seperti ular, Mirna begitu menyukainya. Wanita itu sesekali mendongakkan kepalanya, dia ingin melihat reaksi dari pak Lurah.
"Enak, Yah?"
"Sangat," jawab Pak Lurah.
Dia sampai lupa siapa wanita yang ada di hadapannya, yang dia pikirkan saat ini hanyalah kenikmatan semata.
"Mau yang lebih enak lagi?" tanya Mirna.
"Mau, Ayah ---"
Tok! Tok! Tok!
Belum sempat pria paruh baya itu melanjutkan ucapannya, dia dan juga Mirna dikagetkan dengan suara ketukan pintu yang cukup kencang dari luar.
"Siapa?" tanya Pak Lurah.
Mirna dan juga pak Lurah saling pandang, mereka tidak menyangka kalau malam-malam seperti ini masih ada yang bangun dan bahkan sampai mengetuk pintu ruang kerja milik pak Lurah itu.
"Ini Bunda, Yah. Kenapa pintunya pakai dikunci segala?"
"Mampusss!" pekik Pak Lurah.
semangat thor 💪💪
niat hati mau menutupi perbuatannya justru dengan kata-katanya malah menunjukkan kalau pak lurah ada sesuatunya dengan Mirna... ini kayak senjata makan tuan... wkwkwkwkwkwk....
jadi bukannya Rahmat percaya, dia malah makin curiga...
banyak-banyakin minum air putih kak...