jadi laki laki harus bisa membuktikan kepada dirinya sendiri kalo ia bisa sukses, sekarang kamu harus buktikan kalo kamu gak mati tanpa dia, kamu gak gila tanpa dia, dan kamu gak kelaparan tanpa dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17.
"Berisik!" ketus Dita membuat temannya itu galeng-geleng.
"Serah dah Dit ... Dit." lanjutnya lalu ia meninggalkan Dita begitu aja.
Dita melirik jam tangannya ia melihat hari menunjukkan pukul 12 siang artinya sebentar lagi semuanya akan istirahat.
"Oh shit! Si Erik pasti marah ini ngeliat kantor begini." gumam Dita lalu merapikan kembali berkas-berkas di depannya tersebut.
"Dit...!"
"Tuh kan belum apa-apa suaranya udah dimana-mana." sambung Dita.
"Astagfirullah! Apa yang engkau kerjakan
Ditaaaaa..."
"Berisik banget sih, gak ada aku cuma nyari berkas keselip kemaren," jawab Dita, detik kemudian ia melihat nama Alvin
terpampang di map.
'Lah ini dia perasaan dari tadi dicariin kok gak ada.' ucap Dita dalam hati lalu ia
menepikan map Alvin.
"Kamu ke lapangan sono enak banget ngaso-ngaso mulu di kantor, yang lain kasian itu." Omel Erik membuat Dita menghela nafas panjang.
"Iya Erik yang baik hati saya kesana sekarang ya," jawab Dita seperti anak kecil membuat Erik tersenyum puas.
Setelah melihat Dita keluar ia langsung merebahkan tubuhnya.
"Dan kamu!"
Erik kembali membuka matanya kaget dengan suara Dita.
"Apa lagi sih?" kesalnya membuat Dita tersenyum miring.
"Kamu ngapain disini?" tanya Dita membuat Erik langsung gelagapan.
"Istirahat dulu tadi perutku mulas." jawabnya berbohong membuat Dita lagi-lagi harus menahan sabar.
"Alasan!"
"Udah sana keluar, berisik banget sih kalo gak keluar aku pe--
"Aku apa? Kamu mau ngapain?!" bentak Dita membuat Erik mati kutu lalu kembali memejamkan matanya.
"Dasar! Bisanya ngamcem-ngamcem doang, di bentak diam." lanjut Dita lalu ia keluar dari kantor.
Sampai di lapangan ia langsung mencari tempat aman untuk membuka berkas-berkas Alvin mencarinya nomor ponselnya.
"Aku kenapa sih gini banget sama mahasiswa baru itu, padahal dia juga gak peduli samaku." gumam Dita tapi ia tetap melanjutkan aktivitasnya.
Setelah selesai mendapatkan nomor ponsel Alvin ia kembali merapikan semuanya.
Disisi lain Alvin sedang bermain dengan Guntur yang tempak gembira karena ada dirinya.
"Anak Ayah mau apa sayang? Mau bola ini?" ucap Alvin memberikan bola kecil itu Pada Guntur yang sedang duduk bersandar.
Drt... Drt... Drt
Alvin melihat ke arah meja lalu ia
mengambil ponselnya.
"Siapa ini?" gumamnya sambil matanya melihat ke arah Guntur yang sedang mendongak melihat dirinya.
Ntah kenapa ia langsung mematikan ponselnya lalu kembali ke dekat putranya.
"Oh sayang Ayah ini cepat sembuh ya Nak, biar kita main bola iya." gumam Alvin sambil menggelitiki perut Guntur dengan kepalanya membuat anaknya itu tertawa.
Drt Drt... Drt
"Duh... Ponsel Ayah berisik banget deh, sebentar ya sayang." ucap Alvin lalu ia kembali mengambil ponselnya.
[Halo]
[Kamu kenapa sih? Malah dimatiin!] Alvin langsung menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya lalu ia melihat Guntur sekilas.
[Maaf siapa ya?]
[Gak usah sok formal, kamu gak kenal saya siapa?] omel Dita membuat Alvin langsung berpikir sejenak.
[Mbak Dita ya]
[Iya]
[Oh iya Mbak kenapa?] tanya Alvin membuat Dita berjalan menjauh sedikit dari orang-orang karena sedari tadi banyak yang memandanginya.
[Kenapa kamu gak ikut ospek?]
[Em... Ini Mbak Guntur masuk rumah sakit]
Deg!
[Hah? Demi apa?] tanya Dita tidak percaya.
[Iya Mbak, anak saya masuk rumah sakit makanya saya gak bisa ikut ospek tadinya udah mau berangkat tapi tiba-tiba mantan istri saya, buat mood saya hancur di pagi hari] jawab Alvin membuat Dita mangut-mangut.
[Rumah sakitnya dimana?] tanya Dita membuat Alvin menaikkan alisnya sebelah.
[Em... Gak usah Mbak Guntur gak apa-apa kok]
[Apaan sih kamu, saya nanya rumah sakit doang biar jelas keterangan kamu gak masuk itu kenapa] cerocos Dita membuat Alvin menepuk jidatnya karena terlalu kepedean.
[Em... Ini Mbak rumah sakit Asih jaya, sekalian sama nomor kamarnya kah?] lanjut Alvin.
[Iya]
[Nomor 30] jawab Alvin.
[OK]
[O iya Mbak gak ngawas yang Ospek?] tanya Alvin membuat Dita langsung menyandarkan tubuhnya ke tembok.
[Menurutmu?] tanya Dita membuat Alvin kembali menggaruk tengkuknya sekilas.
[Em ... Lagi istirahat ya, kalo gitu semangat ya Mbak] lanjut Alvin.
[Hem]
Tut!
"Buset... Main matiin aja." gumam Alvin
kembali meletakkan ponselnya lalu mendekati Guntur.
"Guntur bobo dulu Nak, biar cepat sembuh
Hem?" gumam Alvin lalu ia membaringkan putranya pelan-pelan lalu mengusap-usap kepala Guntur lembut, sambil ia bersholawat.
Tidak lama kemudian Guntur tertidur sambil memeluk mainan mobil-mobilannya yang dibelikan oleh Maya dan Burhan.
Disisi lain, Dita fokus mengawasi yang sedang ospek hingga tanpa sadar gerimis turun membuat Dita menoleh ke atas lalu melihat jam tangannya.
"Udah jam 4."
"Guys mentor-mentor sini dulu
...
kumpul." panggil Dita membuat anggotanya berkumpul didekatnya.
"Sekarang kalian kasih satu tugas lagi setelah itu pulang sepertinya ini bakal hujan lebat." ucap Dita yang dibalas anggukan oleh para mentor.
Hari menunjukkan pukul 4 lebih Dita memilih pulang terlebih dahulu walaupun
Erik sudah melarangnya namun ia tidak peduli.
Di rumah sakit, Alvin sedang menyuapi
putranya makan pelan-pelan karena Maya dan Burhan ada urusan malam ini jadi tidak bisa menjaga Guntur.
"Makan yang banyak Nak, biar cepat sembuh." ucap Alvin sambil menyuapi Guntur.
Ia melihat keluar jendela hujan begitu deras sesekali kilat terlihat begitu terang.
"Ayah tutup gordennya dulu ya." ucap alvin lalu ia menerima gorden tersebut.
Tok! Tok! Tok!
"Wah sepertinya Bu Maya sama Pak Burhan sudah sampai." gumamnya lalu berjalan membuka pintu.
Ceklek!
"Udah selesai Bu--
"Mbak?" ucap Alvin kaget saat melihat Dita datang dengan baju sedikit basah mungkin saat berjalan dari parkiran masuk ke rumah sakit.
"Hem."
"Mbak ngapain kesini sampe basah gini?"
Tanya Alvin.
"Gak ngapa-ngapain sekalian lewat aja tadi." jawab Dita lalu matanya menoleh ke dalam. Alvin yang mengerti hal itu langsung melebarkan pintu lalu mempersilahkan Dita masuk.
"Masuk Mbak." ajak Alvin.
Setelah Dita masuk, Alvin kembali menutup pintu lalu ia berbalik rasanya ia tidak percaya Dita sampai datang ke rumah sakit.
"Hey... Anak ganteng lagi ngapain? Kamu
sakit?" ucap Dita sambil mengusap pipi Guntur membuat Guntur mendongak lalu memegang tangan Dita.
"Aduh gemesnya aku." ucap Dita lalu mencium pipi Guntur membuatnya memejamkan matanya kaget.
Alvin yang melihat itu malah tersenyum lalu ia mengambil sesuatu di dalam tasnya.
"Udah selesai makannya sayang?" tanya Dita lagi lalu ia mengusap bibir Alvin yang masih ada sisa sun.
"Mau tante suapin?" lanjut Dita, Guntur hanya diam bengong karena tidak mengenali Dita sedangkan Alvin yang melihat putranya bingung malah tersenyum.
"A...
.... Buka mulutnya nanti Anty kasih
hadiah loh sama Guntur." bujuk Dita membuat
Guntur perlahan membuka mulutnya lalu
menerima suapan Dita.
"Duh... Anak pintar."
"Mbak." panggil Alvin membuat Dita menoleh.
"Ini ganti baju dulu, sepertinya baju Mbak basah." ucap Alvin membuat Dita langsung jaga image.
"Em... Gak usah deh saya kan sebentar aja." tolak Dita membuat Alvin bingung.
"Iya gak apa-apa Mbak, takutnya Mbak masuk angin." lanjut Alvin membuat Dita terdiam sejenak.