Mafia Itu Kekasihku

   Mbak Ning tampak berusaha keras mengangkat marmer lantai selebar setengah pintu itu, namun nampaknya marmer lantai itu cukup susah untuk diangkat.

   Dengan wajah gugup mbak Ning tampak beberapa kali melihat-lihat ke sekelilingnya untuk memastikan tidak ada orang yang melihat aksinya itu.

   Setelah beberapa saat, usaha mbak Ning untuk mengangkat marmer lantai itu pun berhasil.

   Tanpa menunggu lama, mbak Ning pun langsung masuk ke dalam lobang marmer lantai yang ia angkat tadi.

   Lobang marmer lantai yang ia angkat tadi ternyata merupakan pintu untuk menuju ruang bawa tanah.

   Mbak Ning pun menyalakan lampu dan mengambil kantong keresek warna putih dari dalam lemari kecil di samping meja, ia kemudian tampak bergegas ke menuju sebuah ruangan yang lampunya menyala.

   Beberapa saat kemudian, mbak Ning pun keluar dari ruangan itu dengan wajah yang tampak lega.

   Tak langsung naik ke atas, mbak Ning duduk sejenak di kursi di depan meja yang tampak penuh dengan botol-botol tidak jelas.

   Ia tampak menulis sesuatu di buku kecil warna coklat, tak lama setelah menulis selesai mbak Ning kembali ke atas.

   Setibanya di atas, dengan hati-hati mbak Ning menutup pintu rahasia itu dan meletakkan kembali marmer lantai yang ia angkat tadi.

   " heh, akhirnya selesai juga, kok bisa hampir lupa ya? " gumam mbak Ning dalam hati sambil mengosok-gosokan kedua telapak tangan ke ujung bajunya.

   Dengan ekspresi wajah tenang dan lega, mbak Ning pun kembali ke dapur.

   Saat tengah melanjutkan mengupas rempah-rempah, wajah mbak Ning tiba-tiba kembali berubah, " sampai kapan aku harus begini? " gumamnya dalam hati.

...***...

   Sementara di kota pangkalpinang, Jarwo tengah ribut besar dengan dua istri mudanya karena istri kedua Jarwo tidak sengaja membaca SMS penawaran pelunasan hutang oleh suaminya kepada beberapa nasabah dengan cara tak biasa.

   Hal itu sontak membuat istri kedua Jarwo naik pitam, ia pun memberitahukan hal tersebut kepada istri ketiga Jarwo.

   Tak terima dengan kelakuan sang suami, dua istri muda Jarwo itu berniat melaporkan hal tersebut kepada istri tua Jarwo.

   Beberapa kali mengirim SMS kepada istri tua, namun istri tua tampak belum merespon SMS dari mereka.

   Dengan wajah penuh amarah, dua istri muda Jarwo itu pun akhirnya pergi ke rumah istri tua Jarwo yang tidak jauh dari rumah dua istri muda Jarwo itu.

   " Ayo Rina, mbak Wartini harus tahu ini!!. " Ujar istri kedua Jarwo seraya menatap tajam suaminya lalu kemudian pergi.

   Tak lama kemudian, dua istri muda Jarwo itu pun tiba di rumah istri tua Jarwo.

   Tanpa basa-basi, dua istri muda Jarwo itu langsung memberitahu istri tua tentang kelakuan suami mereka.

   " Mbak harus lihat ini!! " ujar istri kedua Jarwo seraya memperlihatkan SMS di ponsel Jarwo kepada istri tua Jarwo.

   Istri tua pun membaca semua SMS tentang penawaran tak lazim suaminya itu, alih-alih marah, respon tak terduga istri tua membuat dua istri muda Jarwo heran dan beratanya-tanya.

   Tanpa membahas hal itu sedikit pun, istri tua memberikan kembali ponsel Jarwo kepada istri kedua.

   " Mbak baru saja masak sup jamur putih campur terong muda, ada sambal belacan dan tempe goreng juga, ayo kita makan dulu. " Ajak Wartini pada dua istri muda suaminya itu.

   Dua istri muda Jarwo itu tampak saling bertatapan, respon istri tua yang tidak memenuhi ekspektasi mereka membuat dua istri muda Jarwo tampak kecewa.

   " Sudah hampir jam 10 malam nih mbak, nanti badanku kembang. " Balas istri kedua Jarwo menolak halus ajakan istri tua.

   " Sesekali mah enggak apa-apa, ayo mumpung supnya masih hangat. " Ucap Wartini dengan senyum hangatnya seraya meletakan apel dan pisang ke atas meja makan.

   " Kok dia enggak marah? " gumam istri kedua Jarwo dalam hati dengan ekspresi wajah heran.

   Dengan lirikan tak biasa, istri ketiga Jarwo tampak menghela napas panjang.

   " Pasti sudah kena jampi-jampi mas Jarwo nih, aku harus bawa mbak Wartini ke dukun pokoknya, huhh. " Gumam Rina istri ketiga Jarwo.

   Mendapati dua madunya tampak diam dan bengong, Wartini mengibaskan tangan kanannya ke arah wajah mereka.

   " Huss jangan melamun nanti ditaksir mahkluk halus loh, ayo makan . " Canda Wartini sambil kembali mengajak dua madunya itu makan.

   " Enggak salah lagi nih, pasti sudah kena jampi-jampi si tua bangka itu!. " Gumam istri ketiga Jarwo dalam hati seraya berjalan menuju meja makan.

   Tiga istri Jarwo itu pun akhirnya makan malam bersama, meskipun sempat menolak ajakan makan istri tua namun istri kedua Jarwo tampak sangat menikmati masakan istri tua.

   Saking enaknya masakan istri tua, tanpa sadar istri kedua Jarwo telah menambah nasi tiga kali.

   " Supnya segar banget mbak, " ujar istri kedua Jarwo seraya menuangkan semua sisa kuah sup ke piringnya.

   Melihat sup jamur putih campur terong muda masakannya laku keras, Wartini tampak senang, ia beranjak dan mengambil lagi sup yang masih ada panci.

   Setelah makan malam selesai, dua istri muda Jarwo itu pun kembali menyinggung prihal kelakuan suami mereka di depan istri tua.

   Beberapa kali istri kedua Jarwo mencoba memprovokasi istri tua dengan cara membaca semua pesan bertanda kutip suami mereka di depan istri tua.

   Alih-alih marah, istri tua tampak tidak peduli dengan hal itu, sambil tersenyum ia menyodorkan apel dan pisang ke depan dua istri muda suaminya itu.

   " Nih, apel dan pisangnya dimakan dong. " Ucap Wartini sambil tersenyum hangat.

   Merasa respon istri tua tidak seperti yang mereka harapkan, dua istri muda Jarwo itu pun akhirnya pulang.

   Dalam perjalanan pulang, mereka dikejutkan dengan panggilan telpon dari kontak bernama tukang service AC di ponsel Jarwo.

   Dengan emosi yang masih tidak stabil, istri kedua Jarwo pun menjawab panggilan telpon itu.

   " Akhirnya kamu angkat juga mas, kamu ke mana sih?, aku rindu banget, sudah lama kita enggak olahraga bareng. " Ucap seorang wanita dalam panggilan telpon itu dengan manja dan suara sedikit aneh.

   Istri kedua Jarwo sengaja diam, ia ingin mendengar apa saja yang akan dikatakan oleh wanita itu.

   " Halo, halo mas, kok diam sih?, rumput-rumput di sawahku ini sudah mulai menghijau loh mas, enggak tahan banget pengen digarap sama kamu. " Sambung wanita itu dengan suara yang semakin terdengar aneh.

   Mendengar hal itu, istri kedua Jarwo pun terbakar cemburu, dengan tangan yang tampak gemetar ia memaki-maki wanita itu dengan kasar.

   " Cuih, asuu kau!!!, sudah berapa lama jadi lontay suamiku hah??? " tanya istri kedua Jarwo dengan nada tinggi.

   " ini siapa? " tanya wanita itu kaget.

   " Saya Indira istri yang punya HP. " Jawab Istri kedua Jarwo.

   Maksudnya kamu istri mas Jarwo? " tanya wanita itu lagi.

   " Menurutmu istri siapa lagi?, tolong jauhi suamiku kalau enggak mau menyesal!!!. " Bentak istri kedua Jarwo.

   " Istri mas Jarwo namanya Wartini, dan mulutnya sopan banget, enggak kayak comberan begini!. Jangan ngaku-ngaku deh, kamu yang harus jauhi mas Jarwo kalau enggak mau menyesal!!!. " Ujar wanita itu, mengancam balik istri kedua Jarwo.

   Ucapan pedas wanita itu membuat istri kedua Jarwo nyaris hilang kendali, ia pun mengakhiri panggilan telpon dan bergegas menuju rumah.

   " Tua bangka, sudah bau tanah, masih saja kegatalan, dasar anjing!!!. " Gumam istri kedua Jarwo sambil mempercepat langkahnya.

   Mbak, mbak..., mbak Indi tunggu!, " teriak Rina seraya mengejar madunya itu.

   Dengan napas yang tampak tak teratur karena emosi, dua istri muda Jarwo itu pun berlari, mereka tak sabar ingin memberi pelajaran pada Jarwo.

...***...

   Sementara di Jakarta, Ibunya Martin masih berjuang untuk kesembuhannya.

   Singkat cerita, seminggu sudah Ibunya Martin dirawat di rumah sakit namun belum juga menunjukkan tanda-tanda kesembuhan.

   Kondisi kesehatan sang Ibu yang semakin hari semakin menurun, membuat Martin semakin khawatir.

   Sementara, Anna adiknya belum juga ditemukan hingga saat ini. Martin merasa dunia tidak adil padanya, masalah bertubi-tubi menimpanya membuat ia kadang ingin menyerah.

   Namun Martin kembali tegar ketika mengingat bahwa Farrah, sang kekasih, tengah mengandung anak mereka, meskipun saat ini Farrah tidak tahu di mana rimbanya.

   Martin mengatakan pada dokter untuk melakukan tindakan terbaik pada sang ibu.

   " Dok, apa yang perlu dilakukan untuk kesembuhan Ibu saya lakukan saja, masalah biaya tidak usah khawatir. " Ujar Martin dengan wajah tampak sedih.

   " Baik, tapi Pak Martin perlu menandatangani surat persetujuan terlebih dahulu. " Balas dokter seraya menyerahkan beberapa lembar kertas pada Martin.

   Saat hendak menandatangani surat persetujuan itu, Martin dikejutkan oleh panggilan telpon dari nomor tak dikenal.

   Ia pun keluar dari ruang dokter, lalu mengangkat panggilan telpon itu.

   Ia tampak terdiam sejenak, lalu kemudian bergegas pergi meninggalkan rumah sakit.

   Dengan ekspresi wajah tak biasa, Martin menancap gas motornya. Tak lama kemudian, ia pun masuk ke dalam gang di pinggir jalan yang diapit hutan...