NovelToon NovelToon
Gairah Cinta Sang Mafia

Gairah Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Sugar daddy / Mafia / Romansa / Chicklit
Popularitas:67.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ibu.peri

Arsenio Wickley, seorang mafia yang berusia 39 tahun. Semenjak kejadian kekasihnya pergi karena kesalahan pahaman, semenjak itu Arsenio menutup hatinya untuk semua wanita. Tapi, kehadiran seorang gadis mengubah pendiriannya. Clara datang kepadanya, dan berniat menjadi sugar baby Arsen. bukan karena uang tapi karena ia butuh kasih sayang yang tidak ia dapat dari orang tuanya.
" Om, aku mau jadi sugar Baby om" ucap Clara sambil menatap wajah Arsen.

" Apa kau tahu, apa yang dilakukan Sugar Baby?" Arsen mendekati wajah Clara, membuatnya sedikit gugup.

" Memang apa yang harus aku lakukan?" tanya Clara yang penasaran, ia hanya tahu sugar baby itu hanya menemani makan, dan jalan-jalan.

" kau harus menemaniku tidur, apa kau mau?" Arsen semakin memojokkan tubuh Clara.

" tidak!! aku tidak mau.." Clara berlari saat mendengar ucapan Arsen.

" Dasar bocah ingusan" ucap Arsen seraya menggelengkan kepala.

Nantikan kisah kelanjutannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu.peri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sera

Malam itu, lampu-lampu neon berkelap-kelip menyala di antara dentuman musik yang menggema dari dalam sebuah klub malam di pusat kota. Sera melangkah anggun keluar dari mobil mewahnya, mengenakan mini dress merah menyala yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Di sebelahnya, Bella tertawa kecil sambil merapikan rambut panjangnya yang terurai.

“Kau yakin papamu percaya begitu saja?” tanya Bella sambil mengaitkan lengannya di lengan Sera.

Sera terkekeh pelan, penuh rasa puas. “Tentu saja. papaku terlalu bodoh untuk mencium kebohonganku. Aku bilang ada tugas kuliah, dan dia langsung menyelipkan uang tebal ke dalam tasku,” ucap Sera sambil melirik tas bermerek mahalnya yang baru saja ia beli.

Mereka memasuki klub dengan percaya diri. Lampu remang-remang dan bau alkohol menyambut mereka. Lantai dansa penuh sesak, dentuman musik EDM menggema memekakkan telinga. Namun mata Sera fokus menelusuri seluruh ruangan, seperti pemburu yang mencari mangsa.

“Sera, apa Bobby juga ada di sini malam ini?” Bella menoleh ke kiri dan kanan, mencari-cari.

Sera memutar bola matanya. “Bobby? Sudah habis masa pakainya. Dia itu kere dan membosankan. Bahkan di ranjang pun tak bisa bertahan lama. Aku butuh yang lebih… dewasa. Dan tentu saja, lebih tebal dompetnya.”

Ia tersenyum licik lalu matanya menangkap sosok pria yang duduk santai di sofa VIP, memegang segelas minuman keras. Pria itu terlihat lebih dewasa, mengenakan jas rapi, dan sorot matanya dingin namun mencuri perhatian. Tangannya bertato, dan jam tangan mahal melingkar di pergelangan kirinya.

“Pesankan minuman, aku akan berburu,” bisik Sera tanpa menoleh ke arah Bella, lalu melangkah penuh percaya diri menuju pria itu.

Sera duduk dengan santai di sofa di sampingnya, menyilangkan kaki dengan anggun, lalu tersenyum menggoda. “Hai om, boleh aku temani? Sendirian saja?.”

Pria itu menatap Sera datar, dari kepala hingga ujung kaki, lalu menyunggingkan senyum tipis yang tidak menyenangkan. Senyum itu bukan senyum hangat, tapi senyum milik seseorang yang terbiasa menguasai.

“Kau butuh uang?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi.

Sera terdiam sesaat, sempat tersentak, tapi dengan cepat menguasai dirinya. Ia tersenyum genit, lalu mencondongkan tubuh, mengelus pelan paha pria itu dengan ujung jarinya.

“Pasti om tahu cara membaca wanita,” ucapnya manja.

Pria itu meneguk minumannya, lalu menatap Sera lurus-lurus. “Tidur bersama?”

Sera tidak mundur. Senyumnya semakin lebar. “Dengan senang hati.”

"Pasti mereka akan lama, lebih baik aku pulang saja," ucap Bella saat melihat Sera pergi dengan seorang pria dewasa.

****

Kamar hotel itu terletak di lantai atas, mewah dengan pencahayaan temaram. Langit-langit tinggi, jendela besar menampilkan panorama malam kota yang berkilauan, dan aroma parfum maskulin memenuhi udara. Sera melangkah masuk lebih dulu, tumit tingginya mengetuk lantai kayu dengan irama menggoda. Jeremy mengikutinya dari belakang, menutup pintu perlahan.

"Tempat yang bagus," gumam Sera sambil membuka mantel tipis yang membalut gaunnya, memperlihatkan bahu halusnya.

Jeremy hanya mengamati, menyandarkan tubuh di pintu dan melonggarkan dasinya. "Kau terlihat seperti tahu apa yang kau mau."

Sera menoleh, tersenyum. "Tentu saja. Aku tak suka membuang waktu."

Tanpa berkata-kata, Jeremy melangkah mendekat. Sorot matanya tajam, mengamati setiap gerakan Sera seperti pemangsa yang menilai buruannya. Saat ia berada cukup dekat, tangan Jeremy terangkat dan menyentuh dagu Sera, mengangkat wajahnya.

"Aku tak suka gadis manja," gumamnya rendah.

Sera menatapnya balik tanpa gentar, lalu tersenyum. "Dan aku tak suka pria membosankan."

Mereka saling menantang dalam diam. Ketegangan di antara keduanya menggantung di udara. Jeremy menarik Sera dengan satu gerakan cepat, tubuh mereka saling beradu. Napas mereka bertemu di antara jarak yang nyaris lenyap.

Ciu man itu datang dengan ganas—penuh has rat dan dominasi. Jeremy mencengkeram pinggang Sera dan menekannya ke dinding, membuat gadis itu menge rang tertahan. Tapi ia tak melawan. Sera membalas dengan gai rah yang sama, seolah sedang bermain api, tahu bahwa api itu bisa membakar tapi tetap memilih untuk menyentuhnya.

Jeremy membawa tu buh Sera ke ranjang king-size di tengah ruangan. Setiap sen tu han di tubuhnya seperti kode: keras, cepat, tanpa banyak kata. Tapi di balik semua itu, ada perjanjian tak tertulis—ia membayar untuk malam itu, dan Sera menerima. Bukan karena terpaksa, tapi karena ia pun mencari pelarian.

"Akh... sakit, " de sah Sera saat Jeremy menghentakkan dengan keras. Tangannya yang kokoh, menarik rambut Sera dari belakang.

"Emmhh... kau begitu nik mat," sambil memejamkan mata, tangan Jeremy terus menampar kulit di tubuh sera.

Walaupun merasakan sakit, tapi Sera merasakan ke pu asan yang tidak pernah ia dapat dari pria-pria lain.

Setelah tubuh mereka melebur dalam keheningan malam dan napas yang me ma nas, Sera terbaring di ranjang dengan selimut menutupi separuh tubuhnya. Di meja kecil, satu bundel uang telah diletakkan Jeremy dengan rapi.

"Anggap itu... bentuk penghargaan," ucap Jeremy sambil mengenakan kembali kemejanya.

Sera menoleh, napasnya masih belum sepenuhnya teratur. "Kau bukan om-om biasa, ya?"

Jeremy menoleh sebentar, memberikan senyum misterius. "Dan kau bukan gadis biasa juga."

Lalu pintu tertutup perlahan, meninggalkan Sera dalam keheningan kamar hotel yang samar diterangi lampu gantung.

****

Langit dini hari belum benar-benar terang ketika Sera membuka pintu utama rumah dengan sangat perlahan. Tumit tinggi dilepas, digenggam di tangan, dan langkahnya ringan seperti pencuri di rumah sendiri. Aroma parfum pria masih samar melekat di tubuhnya, dan bibirnya masih merekah merah meski sedikit berantakan.

Tapi langkahnya terhenti.

Klik.

Lampu ruang tengah menyala. Di sana, duduk Elisa dalam balutan daster satin warna gading, dengan tangan bersedekap dan tatapan tajam menusuk.

“Sera.” Suaranya datar tapi penuh ancaman.

Sera menghela napas pelan, lalu berbalik dengan wajah tenang. Namun, saat ia semakin mendekat, mata Elisa sempat membelalak—menatap kulit Sera yang terbuka oleh gaun mini tipis itu. Lebam-lebam merah—bekas cum buan liar—terpampang jelas di paha, bahu, dan leher putrinya.

“Kau… dari mana?” suara Elisa menegang, lebih karena keterkejutan dan rasa familiar akan luka-luka itu.

Sera tidak langsung menjawab. Ia hanya melempar clutch kecilnya ke atas meja, lalu mengeluarkan lipatan uang dolar dalam jumlah besar dan meletakkannya di depan ibunya.

"Cuma dari satu pria." ucapnya santai.

Elisa terdiam. Matanya berpindah dari wajah Sera, ke tumpukan uang, lalu kembali pada bekas-bekas liar di tubuh putrinya. Wajahnya sempat tegang, tapi lalu… mengendur. Bahkan, sudut bibirnya terangkat sedikit.

“Laki-laki itu kaya?”

“Sepertinya. Tapi lebih dari itu, dia rakus... dan suka membayar mahal,” Sera menjawab dengan senyum nakal.

Elisa bangkit dari sofa, berjalan mendekat, lalu menyentuh ringan bekas merah di pundak putrinya. Tatapannya berubah… bukan lagi kemarahan, tapi rasa… bangga yang aneh.

“Kau memang anakku. Darahku mengalir di tubuhmu, Sera. Dan wanita seperti kita—kita tahu cara bertahan… dengan tubuh dan kepala dingin.”

Sera hanya tersenyum samar, lalu membalikkan badan.

"Selamat malam, Mom," katanya sambil melangkah menaiki tangga.

Sedangkan Elisa, matanya masih menatap uang di meja, penuh arti.

1
Ra~~~~~
heboh sendiri kau liam 🤣
ollyooliver🍌🥒🍆
kenapa bukan papa..kalau daddy, disini posisinya arsen kek itu ayah tiri/sambung sedangkan matthew dibuat sama dengan panggilan clara..mama dan papa
Siti Amyati
lanjut kak
ollyooliver🍌🥒🍆
ikatan batin lebih kuat
partini
otw sakit hati kamu sen but is ok sih itu setimpal 😂😂😂
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 ponakan kurang asem ya begini ni 🤣🤣🤣🤣
partini
😂😂😂😂 dah tau Arsen mau buka puasa ngpain pada di situ
wah Liam di tunggu siapa bidadari mu nanti
Siti Amyati
wah kayak pengantin baru ngga mikir ada anak yg nunggu mommy sama daddy
Ndha28: hihihi.. iya kak, sampe lupa anak🤭🤭
total 1 replies
ollyooliver🍌🥒🍆
iya nih, jodoh liam kapan munculnya
Ndha28: kayaknya bentar lagi kak,😊
total 1 replies
ollyooliver🍌🥒🍆
udah ada pawangnya😌
Siti Amyati
wah melebihi pengantin baru ,bakal ada debay sebentar lagi
alin soebank
menggatal 22 nya🤣🤣🤣
vj'z tri
🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣 pelan pelan saja dad 🤣🤣🤣🤣
Ifah ifah
astaga arsen bener bener dah 😂😂😂😂
partini
sehhh dua" lost control 😂😂😂😂
ollyooliver🍌🥒🍆
momen itu paling disayangkan sih, karena ayah adalh cinta pertama anak perempuan. dan pasti lebih dekat dengan anak perempuan.
ollyooliver🍌🥒🍆
nah lohhhh😄
ollyooliver🍌🥒🍆
malaikat mautnya pulang kampung, gak jadi bawa mangsa😄
ollyooliver🍌🥒🍆
jijay..helppppppp🤧
partini
dia anakmu Arsen so no need to worry
jadi menghalu pas nikah yg bawa keranjang kecil dengan cicin di dalamnya itu anak mereka the next mafia queen ohhh so sweet ya Thor kaya di video" bule sana
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!