NovelToon NovelToon
Kau Rebut Suamiku, Ku Rebut Suamimu

Kau Rebut Suamiku, Ku Rebut Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Pelakor / Suami Tak Berguna / Tukar Pasangan
Popularitas:54.5k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

"Ambil saja suamiku, tapi bukan salahku merebut suamimu!"

Adara yang mengetahui pengkhianatan Galang—suaminya dan Sheila—sahabatnya, memilih diam, membiarkan keduanya seolah-olah aman dalam pengkhianatan itu.

Tapi, Adara bukan diam karena tak mampu. Namun, dia sudah merencanakan balas dendam yang melibatkan, Darren—suami Sheila, saat keduanya bekerjasama untuk membalas pengkhianatan diantara mereka, Darren mulai jatuh dalam pesona Adara, tapi Darren menyadari bahwa Adara tidak datang untuk bermain-main.

"Apa yang bisa aku berikan untuk membantumu?" —Darren

"Berikan saja tubuhmu itu, kepadaku!" —Adara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Sebelas

"Tentu saja aku yakin ini anaknya Galang. Aku dan Darren sudah dua bulan tidak berhubungan badan karena dia lagi di luar kota. Sedangkan kehamilanku batu lima minggu. Terima nasib saja, Adara. Kau itu mandul, dan pria boleh menikah lebih dari satu. Apa lagi dengan alasan kamu mandul!" seru Sheila.

Adara merasa dunianya berhenti berputar. Apa benar yang Sheila katakan, jika dirinya mandul? Pertanyaan itu berputar di kepalanya.

Adara menarik napas dalam. Dia mencoba meredakan emosinya. Tak boleh perlihatkan kalau dia lemah. Apalagi di depan dua pengkhianat tersebut.

"Apa benar yang Sheila katakan itu, Galang?" tanya Adara dengan suara penuh penekanan. Tak ada kata Mas lagi dalam memanggil nama suaminya.

"Aku bisa jelaskan. Tapi kamu duduk dulu. Kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik," ucap Galang dengan suara lembut. Tapi, bagi Adara suaranya itu tetap menusuk dada.

"Tak ada yang bisa dibicarakan baik-baik untuk dua orang pengkhianat seperti kalian. Sampah memang cocok dengan sampah!" seru Adara dengan suara lantang.

Sheila tersenyum sinis mendengar ucapan sahabatnya itu. Dia lalu mendekati Adara.

"Seharusnya kamu senang karena aku bisa memberikan keturunan pada suami yang kamu cintai. Aku memenuhi keinginannya yang tak dapat kau kabuli. Jika aku cerai dari Darren, kita bisa tinggal bersama, Dara. Aku janji akan mengikuti apa maumu!" kata Sheila dengan raut wajah memelas.

Emosi Dara sudah sampai ke puncak. Dia tak bisa lagi menahan amarahnya. Tanpa Galang dan Sheila duga, dia mengangkat tangan dan menampar wajah wanita itu dengan keras.

Sheila memegang pipinya yang terasa panas. Walau Adara bertubuh kecil, tetap saja membuat pipinya terasa sakit. Dia lalu meringis. Dan berusaha mengeluarkan air mata.

"Kenapa kau hanya menyalahkan aku. Galang juga ikut andil dalam perseling'kuhan ini. Dia yang menggodaku pertama kali. Saat ini aku sedang hamil anaknya. Jika tidak, aku pasti akan meninggalkannya. Kamu seharusnya tanyakan juga pada suamimu, siapa yang lebih dia cintai. Dan kamu seharusnya bersyukur karena Galang tak meminta cerai walau kamu mandul!" seru Sheila.

Adara menggelengkan kepalanya. Tak menyangka jika wanita dihadapannya saat ini bisa bicara ngelantur begitu. Di mana pikirannya.

"Galang, perutku terasa sakit. Ini pasti karena tamparan Adara. Kamu tak mau'kan anak yang kamu nantikan ini terluka," ucap Sheila dengan manja.

Adara menarik napas dalam. Dia melihat Galang mendekati Sheila dan mengusap perutnya.

"Dara, aku yang salah. Kamu boleh memukulku, menampar ku, atau apa pun itu yang membuat hatimu lega. Aku dan Sheila mengaku salah. Kami mohon maaf. Kita bicarakan ini di rumah saja. Sheila pasti juga akan mau melakukan apa saja asal tidak membahayakan janinnya. Aku tak bisa meninggalkan Sheila karena dia sedang mengandung darah dagingku," ucap Galang.

Adara langsung meludah mendengar ucapan suaminya itu. Sangat muak dan jijik. Tadi di depan Darren mereka berdua mengatakan mau berpisah, tapi sekarang tak rela.

"Aku memang tak meminta kamu berpisah dari Sheila. Justru aku ingin kalian berdua bersama. Sampah dengan sampah pantas bersama. Tunggu saja surat cerai dariku!" seru Adara.

Tanpa pedulikan lagi kedua orang itu, Adara keluar dari kamar. Tujuannya adalah rumah. Dia akan mengumpulkan semua baju dan barang milik Galang. Akan di serahkan padanya.

Saat Adara membuka pintu, Galang memanggil namanya karena masih ada yang ingin dia katakan. Sayangnya sang istri menolak dan langsung pergi.

**

Adara menatap rumahnya dengan penuh rasa sakit. Di luar, langit mendung, seolah turut merasakan perasaannya yang kelabu. Dia membuka pintu dan melangkah memasuki ruang tamu yang seharusnya hangat, namun kini terasa dingin dan hampa. Suara langkahnya hanya terdengar sedikit, seperti gema dari sebuah kehampaan yang tak terpuaskan.

“Selamat datang kembali, Adara,” bisik sebuah suara di dalam dirinya. Suara yang penuh celaan dan penyesalan. Dia menggeleng, berusaha mengusir suara itu. Bagaimana bisa dia kembali setelah semuanya yang telah terjadi?

Adara melangkah pelan menuju kamar tidur, di mana semua kenangan manisnya bersama Galang tersimpan. Dia membuka lemari pakaian, mengeluarkan kaos-kaos serta kemeja dan jas pria itu yang penuh aroma kenangan. Namun, kini aroma itu seakan berubah menjadi racun. Perlahan, setiap potong pakaian, setiap lembar kenangan, dia angkat dan masukkan ke dalam koper yang telah disiapkan. Gerakannya terampil, namun hatinya bergetar; rasanya seperti merobek jiwanya sendiri.

“Kenapa, Galang? Kenapa kau mengkhianatiku?” Adara berbisik, suara hatinya tercekat. Ingatan akan Sheila, sahabatnya yang paling dekat, menggigitnya dengan tajam. Empat tahun yang seharusnya penuh kebahagiaan kini terbalik menjadi luka menganga.

Ketika seluruh baju Galang tersimpan rapi dalam koper, dia menutupnya dengan keras. Suara tutup koper itu seakan menandai akhir dari hubungan yang telah dibangun. Adara merasakan berat di dadanya, namun ada semangat yang mulai bangkit. Tidak akan lagi memaafkan, tidak ada lagi peluang kedua. Apa yang terjadi adalah sesuatu yang tak bisa ditawar lagi.

“Bu Adara, apakah sudah siap?” suara seorang pria dari luar rumah memecah keheningan. Itu adalah Ari, supirnya. Adara mengangguk pelan, mencoba merangkai kembali keberanian yang terurai. “Ya, Pak Ari. Kita berangkat sekarang.”

Ari masuk ke dalam, melihat koper yang tergeletak di samping tempat tidur. Raut wajahnya berubah sedikit, tetapi ia menghormati keputusannya. “Mau langsung ke kantor, Bu?” tanya Ari sambil membantu mengangkat koper.

“Ya, Pak. Setelah itu antarkan aku ke rumah Atika,” ucap Adara dengan suara mantap. Atika adalah sahabat yang selalu ada di sampingnya, sebuah pelindung saat badai menerpa. Dulu, dia sangat dekat dengan Sheila, tetapi sekarang, Adara butuh dukungan, bukan pengkhianatan.

Di dalam mobil, keheningan menyelimuti. Hanya suara mesin yang mengisi ruang. Adara memandang ke luar jendela, melihat hujan mulai turun dengan lebat. Airnya mengalir, menciptakan aliran yang sama seperti air matanya—menghapus segalanya.

“Bu, mungkin ada baiknya jika Ibu bicara sama Pak Galang,” Ari mencoba mengeluarkan pendapat meski dia tahu situasi ini rumit. “Kadang, kita perlu klarifikasi. Siapa tau itu hanya fitnah atau Sheila saja yang kecintaan," ujar Pak Ari.

Ari hanya tahu kalau Galang berselingkuh dengan sahabatnya Sheila. Itu juga karena Adara yang bercerita.

"Pak, seling'kuh itu suatu penyakit. Dan akan kembali terulang di lain waktu. Perselingkuhan hanya akan terobati jika dia telah miskin, stroke, dan meninggal."

"Berarti Ibu sudah yakin berpisah dan tak ada kata maaf lagi," ujar Pak Ari.

Adara menatap Ari, melawan hujan yang berjatuhan. “Kalau dia bisa dimaafkan, Pak Ari, dia tidak akan melakukan ini. Selingkuh dengan sahabatku sendiri? Dia sudah memilih, dan aku harus mengambil pilihanku juga.”

Mobil memasuki area kantor. Sekilas, wajahnya melunak saat melihat gedung yang pernah membuatnya merasa bangga. Namun saat inilah dia dibelit kebimbangan. Dia menunggu Ari membawa koper dan mengantarkannya ke dalam gedung. Begitu koper telah diserahkan pada sekretarisnya untuk disampaikan pada Galang, Dara mengajak Pak Ari segera pergi. Takut jika Galang datang menghampiri.

1
Apriyanti
lanjut thor
Teh Euis Tea
sheila galang niatnya ingin mempermalukan darren adira malah kalian ber2 yg malu
ken darsihk
A a a a yyeeee skak match 🤣🤣🤣
Good Andara jangan mau di injak 2 sama nenek gombel Sheila
❤️Rizka Aulia ❤️
semoga dari sandiwara pacaran menjadi beneran pacaran dan menikah.
Ickhaa PartTwo
🤣🤣🤣
Apriyanti
semoga bisa beneran jadian nya BKN hanya pura²
Noey Aprilia
Gubrakkkkk....
kl mau pngsan,slakan aja....drpd mkin malu....😝😝😝
Hafifah Hafifah
🤣🤣🤣🤣🤣 ayo mau nyari alasan apa lagi nih
Muhammad Dimas Prasetyo
bener mereka yg kepanasan
Hafifah Hafifah
emangnya kenapa kok terkejut begitu ya terserah dara dong dia mau kekantor setiap hari apa enggak kan dia yg punya kantor
Susanty
aneh bgt, waktu di kantor puji sama Adara kelihatan akrab bgt, kok ini berasa baru kenal yah
Ida Nur Hidayati
hahaaa rencana apalagi yg kalian pikirkan Galang dan Shella
Teh Yen
lah skak matt
Reni
Jiaaaa ada yg kepanasan 😅😂🤣
Reni
berawal dari pura2 jatuhnya beneran cinta 🤩🤩🤩
Reni
Adara mulai merambah dunia film 🤩🤩🤩 dananya Adara yg jadi pemain kekasih wahhhh g kemana2 duitnya tambah bejibun
Reni
kannn kalo udah jauh udah berpisah baru merasa kehilangan tapi yg dirasa Galang skrg bukan cinta tulus untuk Adara tetai obsesi dan takut tambang emasnya lepas dari genggaman
Reni
egoisnya Sheila penyesalan yg terlambat demi nafsu demi uang demi gaya hidup rela berselingkuh haishhhh
Mrs.Riozelino Fernandez
sekali tepuk,lalat dan nyamuk langsung koit 🤣🤣🤣🤣
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!