Kisah Seorang Buruh kasar yang ternyata lupa ingatan, aslinya dia adalah orang terkuat di sebuah organisasi rahasia penjaga umat manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Bab 2. Astra Bank adalah bank yang paling misterius di Negeri Aerion.
Skala penyebaran bank mereka tidaklah besar, tapi dikatakan bahwa jumlah tabungan yang mereka terima tidak boleh kurang dari puluhan miliar.
Dengan kata lain, Astra Bank adalah bank yang hanya membidik orang kaya!
Bukanlah sebuah keanehan bahwa Astra Bank bisa bertahan bahkan dengan jumlah nasabah yang sedikit. Itu dikarenakan nasabah-nasabah mereka adalah penggerak ekonomi negara. Dengan pelayanan yang luar biasa, terutama dalam hal keamanan dan kerahasiaan, bank ini menjadi pilihan banyak orang kaya.
Setelah Rangga berlari begitu jauh dan bertanya kepada beberapa orang di jalanan, dia akhirnya menemukan lokasi bank tersebut.
Sungguh memalukan bila mengingat bagaimana orang-orang yang ditanyakan menatapnya seperti seorang yang gila. Dengan penampilan Rangga, tentu saja mereka tak habis pikir mengenai urusannya dengan Astra Bank.
Sesampainya di hadapan pintu masuk Astra Bank, Rangga menghembuskan napas dan berjalan masuk. Baru dua langkah Rangga mendekati pintu bank tersebut, seorang penjaga keamanan menghentikannya di depan pintu.
Penjaga keamanan tersebut mengerutkan kening dan menatapnya, ada kewaspadaan dan tatapan merendahkan dari pandangannya.
“Ini adalah Astra Bank. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk!”
Rangga berkata dengan cepat, “Saya di sini karena ada urusan.”
“Urusan?” Satpam itu memandang Rangga sambil tersenyum. “Apa kamu tahu Astra Bank itu bank macam apa?”
Pandangannya menyorot penampilan Rangga yang sangat tidak senonoh. “Kamu bisa ada urusan apa di sini?”
Sebagai penjaga keamanan Astra Bank, pria itu telah melihat berbagai macam nasabah bank tersebut. Ada yang datang ke bank untuk melakukan setoran, melakukan transfer, dan banyak lagi. Kesamaan yang dimiliki orang-orang tersebut adalah … pakaian mereka yang glamor serta kendaraan mewah yang mereka pakai. Tak ada barang tak bermerek yang melekat di tubuh para nasabah itu.
Lalu, bagaimana dengan Rangga?
Rangga baru saja keluar dari lokasi konstruksi, seluruh tubuhnya kotor, rambutnya berlumuran abu semen dan wajahnya terlihat kusam. Lihat saja pakaiannya! Rompi putih terlihat termakan usia dan mulai menghitam, sepatu yang dia pakai saja sudah begitu usang! Kalau ada yang bilang Rangga adalah seorang pengemis, maka penjaga keamanan itu akan percaya!
Lalu, bisakah orang semacam Rangga memiliki urusan dengan Astra Bank?
“Rangga?” Pada saat ini, suara seorang wanita tiba-tiba terdengar di belakang Rangga.
Mendengar suara ini, seluruh tubuh Rangga sekejap membeku. Tangannya bergetar ketika meresap ke dalam otaknya mengenai pemilik suara tersebut.
Rangga menoleh perlahan, dan benar saja, itu adalah mantan istrinya, Liana.
Terlihat tidak jauh dari sana, sebuah mobil mewah yang terlihat sangat baru berhenti di parkiran khusus. Seorang pria dan seorang wanita baru saja turun dari mobil tersebut. Penampilan wanita itu sangat cantik dengan riasan tipis yang menonjolkan fitur wajah rupawannya yang alami.
Liana berjalan menghampiri pintu masuk Astra Bank sembari bergelayut manja pada lengan pria tampan di sebelahnya. Keduanya terlihat begitu intim!
Melihat hal tersebut, Rangga merasa emosinya kembali menggebu-gebu. Sungguh luar biasa! Dari keintiman kedua orang itu, entah sudah berapa lama mereka berhubungan di belakangnya.
Tiga tahun menikah, tapi ujung jarimu saja tidak pernah kusentuh, batin Rangga dengan pahit.
“Ini Rangga?” Pria tampan berpenampilan seperti seorang eksekutif itu menatap Rangga dengan senyum tipis, terlihat dia sedang merendahkannya. “Mantan suamimu?”
“Hanya status saja,” Liana mengerutkan bibirnya, menatap Rangga dengan jijik. “Dia bahkan tidak menyentuh jariku sekali pun, jangan terlalu banyak berpikir!”
Setelah itu, Liana melihat ke arah Rangga dan berkata,
“Rangga, ini pacarku, Rafael Voss.” Dia tersenyum. “Kamu pasti sudah dengar, ‘kan?”
Ya, Rangga memang pernah mendengar tentang orang ini. Rafael Voss, putra dari seorang pengusaha kaya terkenal di Kota Veluna. Bahkan sebelum dia sepenuhnya memegang kendali atas perusahaan ayahnya, nama Rafael sendiri sudah mampu menggetarkan seisi Kota Veluna. Hanya saja, walau kebanyakan orang di kota itu tahu reputasinya, tapi bukan reputasi positif yang tersebar di seantero kota.
Rangga tidak menyangka pacar baru Liana adalah pria itu!
Rafael menatap Rangga sambil menyeringai,
“Terima kasih telah membantuku merawat Liana selama tiga tahun terakhir.”
Liana melengkungkan bibirnya dengan tidak senang,
“Menjagaku? Apa yang bisa dia jaga untukku? Dalam satu bulan bekerja keras, tapi dia hanya bisa mendapatkan kurang lebih dua puluh juta. Beli tas saja tidak bisa! Kamu berkali-kali lipat lebih baik dari dia!”
Sungguh tidak tahu malu!
Rangga menundukkan kepalanya, tapi dia tidak bisa berkata apa-apa. Yang bisa dia lakukan adalah menahan emosi sambil mengertakkan giginya.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” Liana mengerutkan kening dan bertanya.
“Ada urusan,” jawab Rangga dengan tenang.
“Hmm?!” Pada saat ini, Rafael mencibir dan berkata, “Ada urusan? Memangnya kamu bisa masuk pintu ini?”
Baru saja Rafael mengatakan hal tersebut, petugas keamanan segera tersenyum.
“Pak Rafael, silakan masuk!” ucapnya seraya mempersilakan pemuda tersebut. Sungguh jauh berbeda pelayanan yang dia tawarkan untuk Rangga.
Liana melirik Rangga dengan tatapan menghina. Lalu, dia berjalan masuk ke bank dengan tangan masih menggandeng lengan Rafael.
Saat dirinya melewati Rangga, suara Rafael bisa terdengar berucap,
“Liana, mobil mewah itu untukmu, hanya satu miliar. Cukup untuk menunjukkan ketulusanku, ‘kan? Aku tak ingin kamu pulang malam setiap hari.”
Mendengar hal ini, Liana tersenyum manja seraya menganggukkan kepalanya.
“Ya.”
Melihat adegan ini, tangan Rangga terkepal erat. Dia melirik penjaga keamanan itu dan berjalan menuju pintu masuk lagi.
“Berhenti!” Penjaga keamanan itu melihat ke arah Rangga dan mengeluarkan tongkat listrik di tangannya. Dia menunjuk ke arah Rangga dan mengancam,
“Pergi dari sini! Kamu tidak memenuhi syarat untuk masuk ke dalam tempat ini!”
“Aku benar-benar di sini karena ada urusan!” ulang Rangga, tak lagi menggunakan bahasa sopan.
Pada saat ini, di belakang mereka, suara dingin terdengar,
“Ada apa?”
Rangga menoleh. Di belakangnya, entah sejak kapan, ada wanita tinggi dengan pakaian formal yang melekat di tubuhnya tengah berdiri. Wanita itu menatap Rangga dan kemudian ke penjaga keamanan, alisnya sedikit mengerutkan kening.
Pada kemeja wanita cantik itu, terdapat sebuah tanda pengenal yang bertuliskan sebuah nama, Selena Ward.
“Orang ini mengatakan dia ada urusan,” kata penjaga keamanan sambil menunjuk ke Rangga. “Namun, saya curiga dia merencanakan kejahatan, jadi saya tidak membiarkan dia masuk!”
Selena melirik Rangga, wajahnya juga menunjukkan sedikit kewaspadaan, tapi dia masih bertanya,
“Anda bilang Anda di sini karena ada urusan, benar? Apa Anda ingin melakukan penyetoran, penarikan, atau sesuatu yang lain?” Dia masih mempertahankan sikap profesional.
“Saya ingin periksa saldo,” kata Rangga jujur.
Petugas keamanan berkata,
“Bu Selena, untuk apa masih membuang waktu menanggapinya? Dari pakaiannya saja terlihat dia bukan nasabah kita!”
Selena melotot ke arah penjaga keamanan itu.
“Diam!” Dalam hatinya, dia memaki sikap tak profesional penjaga keamanan tersebut. Lalu, dia mengalihkan pandangannya kembali pada Rangga.
“Untuk periksa saldo, Anda pasti memiliki kartu, benar? Apa bisa tunjukkan pada saya?”
Rangga mengangguk, dia mengeluarkan kartu bank berwarna biru kusam dari sakunya. Karena ada debu, dia dengan hati-hati menyekanya di tubuhnya. Namun, alih-alih bersih, kartu bank tersebut malah menjadi lebih kotor. Hal tersebut membuatnya sangat malu dan tersenyum canggung.
Namun, pada saat ini, Selena sama sekali tidak memedulikan betapa kotornya kartu tersebut. Dia terbelalak dan membeku di tempat.
Dengan tergagap, Selena menatap kartu bank itu dan berkata,
“B-berlian. Itu kartu berlian!”
Rangga terkejut dan berkata dengan curiga di dalam hatinya,
Serius? Jadi, wanita tadi tidak berbohong? Aku dulu orang berada?
Selena mencoba untuk menenangkan dirinya, tapi napasnya sedikit tersendat. Dengan usaha keras, Selena mencoba menunjukkan sebuah senyum profesional.
“Selamat datang, Pak! Mohon maaf atas pelayanan keamanan kami yang buruk! Saya akan memastikan karyawan kami yang telah menyinggung Anda ini mendapatkan hukuman yang sepantasnya!”
Di samping Selena, wajah penjaga keamanan sekejap memucat.
Tang!
Tongkat di tangan penjaga keamanan itu jatuh ke tanah. Lalu, pria itu membelalak dan menatap Rangga dengan terkejut. Dia membungkuk dengan cepat.
“S-selamat datang, Pak! S-saya ….”
Meskipun hanya seorang penjaga keamanan, tapi pria itu juga tahu apa maksud sebenarnya dari nasabah kartu berlian. Menghentikan seorang nasabah dengan tingkat yang begitu tinggi, kemungkinan besar dia akan kehilangan pekerjaannya! Tak hanya itu, bisa-bisa dia diberikan hukuman dengan harus membayar ganti rugi karena menyinggung nasabah kartu berlian!
Selena melirik tajam penjaga keamanan tersebut. Namun, dia tahu kalau pelanggan di hadapannya tak mau berurusan panjang lebar dengan seorang penjaga keamanan. Oleh karena itu, dia tersenyum dan berkata,
“Silakan Bapak ikut dengan saya! Saya secara pribadi akan melayani Anda!”
Rangga sedikit menundukkan kepala, sedikit sungkan dengan perlakuan Selena. Dia pun mengikuti wanita itu dengan kebingungan bercampur keterkejutan. Lebih kaget lagi dirinya ketika Selena mempersilakannya untuk duduk di kursi VIP!
Pada saat itu, tidak ada banyak pelanggan di Astra Bank. Kebetulan, hanya ada Liana dan Rafael di lobi. Melihat Rangga benar-benar bisa masuk dan berjalan menuju kursi VIP, kedua wajah itu menunjukkan ekspresi keheranan.
Dua menit kemudian, semua karyawan dari seluruh bank membuat sensasi. Salah satu dari mereka terlihat sedang menelepon kepala bank cabang itu dengan wajah panik.
“Halo, Bu, cabang kita kedatangan nasabah berlian! Tolong segera datang ke sini!”
Liana dan Rafael mengerutkan kening mendengar hal tersebut. Liana memandang staf di konter dan bertanya,
“Apa level nasabah berlian ini tinggi?”
Wanita di konter tersenyum manis padanya.
“Kartu bank kami memiliki sistem penilaian. Misalnya, kartu Tuan Rafael adalah kartu tingkat perak. Itu berarti Pak Rafael memiliki deposit sekitar dua miliar. Untuk kartu emas, maka depositnya sekitar dua puluh miliar. Kartu platinum memiliki deposit dua ratus miliar, dan kartu berlian…”
Perkataan wanita itu berhenti seraya dirinya menghela napas.
“Kartu berlian paling jarang diterbitkan. Sejak bank didirikan, hanya ada sembilan kartu berlian yang diterbitkan. Entah berapa banyak deposit dari kartu tersebut.”
“Apa!?” Liana tertegun, dan kemudian melihat ke arah kursi VIP dengan takjub!
Rangga, seseorang yang tidak memiliki apa pun selain tenaganya yang besar, bisa memiliki kartu berlian?!
“Tidak mungkin!” Liana berkata kepada wanita di konter dengan kening berkerut. “Orang itu adalah mantan suamiku. Aku tahu persis orang seperti apa dia itu. Dia adalah pekerja migran dan tidak memiliki keterampilan sama sekali. Jangan tertipu olehnya!”
Wanita di konter tersenyum, merasa sedikit aneh dengan betapa besarnya reaksi Liana.
Jangan-jangan, dia menyesal menceraikan suami yang ternyata kaya? tebak wanita di konter itu. Namun, dia mempertahankan sikap profesional dan berkata,
“Masalah ini bukanlah sesuatu yang dapat saya campuri. Kepala Bank sedang dalam perjalanan, dia akan menerima nasabah itu secara pribadi.”
“Sudah, Liana. Kamu cukup tahu siapa dia sebenarnya. Untuk apa ikut campur begitu jauh?” Rafael memandang ke arah Rangga dengan jijik. “Jangan pedulikan dia. Kita tidak mau kencan kita kacau karena dia, ‘kan?”
Liana mengangguk patuh. Namun, sebelum dia pergi, dia berkata kepada wanita di konter,
“Kamu harus memeriksanya dengan hati-hati. Pria itu mungkin pembohong, jangan tertipu olehnya!”
Wanita di konter itu tersenyum dan mengangguk. Lalu, dia membatin, Ya ampun.
Rangga sedang duduk di atas sofa yang sangat nyaman. Di depannya, Selena menyerahkan sebuah tablet dan berkata,
“Silakan masukkan kata sandi Anda, dan Anda dapat memeriksa saldo kartu bank Anda!”
Rangga menghela napas, lalu memasukkan kata sandi berupa ulang tahunnya, sesuai dengan ucapan wanita di lokasi konstruksi tadi.
Kemudian, layar tablet di depan wajahnya sedikit berubah, dan serangkaian angka panjang tercetak di depan matanya!
Bersambung.