Terpaksa Menjadi Pengganti Kembaranku

"Nona, tunggu!"

Langkah Angelika seketika terhenti saat ia mendengar seruan yang baru saja ia dengar, membalikkan badan dan menemukan sosok penuh seorang wanita bersurai hitam melangkah mendekat ke arahnya.

Selama beberapa saat, wanita itu terpana saat ia sudah berdiri di depan Angelika, mengagumi kecantikan yang Angelika miliki. Kulit seputih susu, surai coklat terurai indah, dengan mata amber yang menawan. Ia yang sesama seorang wanita tidak memungkiri bahwa wanita di hadapannya saat ini memiliki fisik sempurna.

"Kita bertemu lagi," wanita itu berkata sambil tersenyum.

"Apakah Nona tinggal di kota ini?"

"Maaf?" Angelika mengerutkan kening, menatap asing wanita bersurai hitam yang baru saja menyapanya.

"Kita pernah bertemu sebelum ini, saya hanya ingin menyapa Anda," dia berkata lagi.

"Bertemu?" ulang Angelika dengan kening berkerut.

Wanita itu mengangguk, tersenyum. Tetapi berbeda dengan Angelika yang memberikan tatapan asing pada si wanita.

"Pantai," wanita itu berkata lagi.

Kerutan pada dahi Angelika menajam, menggeleng sinis, lalu berbalik, bersiap untuk meninggalkan wanita asing itu, tetapi apa yang diucapkan wanita itu selanjutnya membuat langkah Angelika kembali terhenti.

"Aku pernah melihatmu di kantor Dean," ujarnya lagi menghilangkan sikap formalnya.

Angelika membalikan badan sesaat setelah langkahnya terhenti, menatap wanita lekat itu.

"Dean Leandro," dia berkata lagi, seakan ingin menegaskan tentang siapa yang dia maksud.

"Kamu mengenalnya?" Angelika balas bertanya.

Wanita itu melangkah mendekat tanpa menghilangkan senyum tipis di bibirnya. Suasana ramai di pusat perbelanjaan perlahan menguap, digantikan dengan keheningan singkat dengan tekanan yang wanita itu keluarkan.

Sayangnya, hal itu tak berpengaruh pada Angelika ketika wanita itu justru melipat kedua tangannya, membalik keadaan dengan memberikan tatapan intimidasi pada wanita asing yang tidak ia kenal.

"Apa yang kamu lakukan di kantor Dean saat itu?" dia bertanya.

Alis Angelika terangkat, tetapi mencatat dalam benaknya untuk meminta penjelasan pada Dean tentang siapa wanita itu.

"Kau siapa?" tanya Angelika.

"Aku kekasih Dean," dia tersenyum percaya diri, lalu mengulurkan tangan. "Natalia"

"Pft..."

Angelika tergelak singkat, sedikitpun tidak memiliki niat untuk menyambut tangan Natalia, dan menutupi dengan sempurna emosi yang kini menyusup ke dalam hatinya. Mengalah? Itu tidak ada di dalam kamus seorang Angelika.

"Dan kau berharap aku percaya? Atau kau sedang ingin mengatakan bahwa kau kekasih yang dicampakkan?" sarkas Angelika.

Kedua mata Natalia membulat sempurna, meruntuhkan dalam sekejap sisi pecaya diri yang ia miliki. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya kala Angelika justru mengucapkan kebenaran yang tidak bisa ia sangkal. Kalimat pedas itu tidak bisa terima, tetapi ia juga merasa ada yang aneh dari wanita yang kini berada di hadapannya.

Wanita yang ia temui di pantai saat itu mengaku sebagai penjaga pantai. Sikap lembut dan ramah wanita itu membuat dirinya merasa nyaman, bahkan ia mengaguminya saat ia melihat dengan matanya sendiri saat wanita itu menyelamatkan salah satu pengunjung pantai yang tenggelam. Akan tetapi, wanita dengan wajah sama yang kini ia hadapi sangat jauh bebeda. Tatapan intimidasi wanita di depannya terasa kuat dan mendominasi, seakan wanita di depannya ini mampu melakukan apa saja tanpa memikirkan resikonya.

"Bagaimana bisa wajah yang sama ini memiliki perbedaan sikap seratus delapan puluh derajat?" batin Natalia.

"Jaga bicaramu!" sergah Natalia tidak terima.

"Oh..." Angelika menutup mulut menggunakan satu tangan dengan gerakan angun.

"Sepertinya aku benar. Kau dicampakkan oleh Dean, dan sepertinya karena kelakuanmu sendiri," ucap Angelika lagi.

"Kasihan sekali."

"Kau..."

Jari tangan Natalia teracung di depan wajah Angelika, menunjukkan amarah yang begitu kentara. Akan tetapi, detik berikutnya Angelika menurukan tangan Natalia dari depan wajahnya, memberikan sorot sinis serta tatapan intimidasi yang begitu terasa.

"Aku paling tidak suka ketika seseorang mengacungkan jari di depan wajahku," desis Angelika menghempas kasar tangan Natalia.

"Percaya atau tidak, aku bisa saja menghancurkan apa saja yang kau miliki. Bisnis, karir, termasuk hidupmu."

Natalia melangkah mundur. Bisa ia rasakan wanita di depannya bukanlah orang yang bisa ia hadapi dengan mudah.

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Angelika kemudian.

"Apakah kau kekasih Dean?" tanya Natalia.

"Apakah itu penting bagimu?" Angelika balas bertanya sembari melipat kedua tangannya. "Dan kau ingin aku menjauh dari Dean. Begitukah?"

"Ya," jawab Natalia.

Angelika tertawa, tawa mengejak yang membuat hati Natalia kian mendidih.

"Kenapa kau datang padaku? Harusnya kau temui saja dia dan minta padanya untuk menjauh dariku," jawab Angelika.

"Dengan kau datang padaku hanya memperjelas akan posisimu bahwa kau sudah dicampakan olehnya."

Natalia terbungkam. Sungguh, ia tidak menyangka jika wanita yang pernah bertemu dengannya secara tidak sengaja di pantai setelah ia secara tidak sengaja juga melihat Angelika di kota ini sebelum ke pantai akan mengatakan kalimat pedas. Ia masih ingat dengan jelas saat ia bertemu wanita itu di pantai, wanita itu sangat ramah padanya.

"Kau hanya seorang penjaga pantai..."

"Siapa yang kau sebut penjaga pantai?" Angelika tersenyum sinis.

Kalimat terakhir yang Natalia ucapkan segera membuat Angelika mengerti bahwa Angelina-lah yang Natalia maksud. Namun, dari pertanyaan awal yang Natalia ucapkan, ia yakin Natalia belum mengetahui nama Angelina-saudara kembarnya.

"Jika kau ingin tahu siapa aku, cari tahu dengan benar. Dia tidak mungkin memberikan ini padaku tanpa alasan bukan?" ucap Angelika seraya menunjukkan kartu hitam yang Dean berikan padanya. "Dan... Satu hal lagi."

Kedua mata Natalia melebar sempurna, tidak percaya dengan apa yang ia lihat di tangan Angelika. Kartu hitam yang sama dengan kartu yang pernah Dean berikan padanya di masa lalu, tetapi ia justru mengabaikannya.

"Jika kau memang sebegitu inginnya kembali pada kekasihmu... berusahalah lebih keras," sambungnya diakhiri senyum mengejek.

Angelika berbalik tanpa menunggu jawaban, meninggalkan Natalia bersama kekesalan yang masih wanita itu rasakan.

.

.

.

Mood Angelika hancur dalam sekejap. Rencana untuk bersenang-senang dengan berbelanja sepuasnya gagal ia lakukan lantaran kehilangan minat untuk melakukannya. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah mendapatkan jawaban tentang siapa wanita bernama Natalia itu.

Suasana hatinya bertambah buruk saat ponselnya berdering dengan memperlihatkan nama seseorang yang tidak ia harapkan muncul pada layar ponselnya.

. . ..

. . ...

To be continued...