Mengisahkan tentang Alvero Bramasta CEO sombong yang dikutuk oleh Dewa Agung karena sikapnya yang arogan. Kutukannya itu menyebabkan kehidupannya yang normal seketika berubah drastis. Ia tiba-tiba memiliki kekuatan mata batin yang dapat melihat mahluk tak kasat mata.
Vero lalu di pertemukan dengan Kayla Angelica salah satu pegawai baru di perusahaannya yang juga memiliki kekuatan mata batin yang dapat membantunya mengatasi rasa takutnya.
Kebersamaan mereka pun akhirnya menumbuhkan cinta, namun perjalanan cinta mereka memiliki banyak rintangan dan mereka juga dihadapi oleh kehadiran roh jahat yang mengganggu ketentraman dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arie Cybermon Susy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Vero
Vero hanya mengemasi sebagian pakaian dan barang-barangnya yang penting saja agar muat dalam tas koper miliknya.
Ranti yang tak ingin putranya itu pergi dari rumah itu lantas menunggunya di ruang tamu bersama dengan Vallen dan Robby yang tengah duduk di sofa sembari membaca buku.
"Ver jangan pergi,, mommy nggak mau kamu pergi dari rumah ini,," ucap Ranti lirih sembari memegangi tangan putranya itu.
"Iya kak jangan pergi,," Vallen yang juga tak ingin kakaknya pergi dari rumah lantas ikut berusaha menghentikan kakaknya itu.
"Maafkan aku mom,, Vallen,, aku juga nggak mau berbuat seperti ini tapi ini semua aku lakukan karena keinginan Daddy,," balas Vero.
"Apa,,? Keinginan Daddy katamu,,? kalau kamu mau menuruti perkataan Daddy untuk memperbaiki hubunganmu dengan Clara Daddy nggak mungkin mengusir mu seperti ini,, apa susahnya sih kamu turutin keinginan Daddy yang satu itu,," timpal Robby yang masih kekeuh pada pendiriannya.
"Mungkin itu mudah bagi Daddy tapi bagiku nggak Dad,, karena hidup dengan orang yang tidak aku cintai bagiku bagaikan hidup di neraka,, aku ini udah besar udah bisa mandiri jadi Daddy nggak perlu ikut campur dengan hidupku lagi,," balas Vero yang lalu pergi meninggalkan rumah orangtuanya itu.
"Ver tunggu,," panggil Ranti namun tak dihiraukan oleh putranya itu.
Air mata Ranti pun lalu jatuh tak terbendung, ia begitu sedih melihat putranya pergi meninggalkan rumahnya. Begitu juga dengan Vallen yang melihat mommy nya menangis jadi ikut meneteskan air matanya.
Robby yang melihat istri dan putrinya yang menangis seperti itu membuatnya kesal lalu mengomeli keduanya.
"Untuk apa kalian menangisi anak yang tak tahu balas Budi sepertinya,, dibesarkan dan disekolahkan tinggi-tinggi giliran sudah mapan malah lupa balas budi pada orangtua." ucap Robby penuh kesal yang lalu melemparkan buku yang dibacanya tadi ke atas meja kemudian pergi menuju ruang kerjanya.
******
Vero yang belum memiliki tempat tujuan lantas memutuskan untuk bermalam di hotel yang letaknya tak jauh dari perusahaannya.
Begitu tiba di kamar hotel ia pun lalu memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum tidur.
Dibukanya tas kopernya lalu diambilnya sebuah piyama hitam dengan corak garis-garis halus dan kemudian diletakkannya di atas kasur.
Setelah selesai mandi pemuda itu pun lalu mengenakan piyamanya tadi lalu mengaplikasikan serum wajah khusus pria ke wajahnya dan terakhir ia pun lalu merebahkan tubuhnya ke kasur.
"Ah seger banget rasanya setelah mandi,," gumamnya lalu mengambil ponselnya yang ia letakkan di sebuah kabinet mini dekat kasur.
Begitu menyalakan layar ponselnya ia pun langsung mencari kontak Fandi sekertarisnya.
"Halo iya pak,," jawab Fandi dari seberang telponnya yang langsung mengangkat panggilan telpon dari atasannya itu.
"Fan tolong kamu carikan aku sebuah apartemen yang letaknya tak jauh dari kantor,, kalau bisa carikan yang posisi berandanya menghadap ke timur,," titah Vero.
"Apartemen,,? Apa bapak sekarang ingin tinggal di apartemen,,? Bukankah orangtuanya bapak melarang bapak untuk tinggal sendirian,,?" tanya Fandi penuh selidik.
Ia yang telah lama mengenal Vero sangat tahu bagaimana dari dulu atasannya itu ingin tinggal sendiri di sebuah apartemen namun dilarang oleh kedua orangtuanya karena mommy nya tak ingin jauh dari putra kesayangannya itu.
"Ceritanya panjang besok saja aku ceritakan dikantor,, oiya besok pagi jemput aku di hotel Viva di kamar 203,, dan sekalian belikan aku sepasang sepatu kerja di toko langgananku,," ucap Vero.
Vero yang pergi dari rumahnya hanya membawa satu koper membuatnya tak bisa membawa sepatu kerjanya yang lain, sedangkan sepatu kerja yang ia gunakan kemarin telah kotor dan berdebu.
"Baik pak besok pagi aku kesana membawakan sepatu pesanan bapak,, oiya apa bapak ingin dibawakan sarapan sekalian,,?" tanya sekertarisnya itu lagi.
"Nggak perlu nanti aku akan pesan layanan kamar saja,," balas Vero yang lalu mematikan sambungan teleponnya begitu sekertarisnya itu menjawab iya pak dari seberang telponnya.
******
Sepulang kerja Kayla menyempatkan waktu untuk mampir ke sebuah swalayan guna membeli bahan-bahan masakan seperti sayuran, ayam dan beberapa bahan lainnya.
Setelah selesai berbelanja ia pun lalu mampir sebentar ke sebuah ATM untuk menarik uang. Tanpa ia sadari seorang pria dengan tubuhnya yang dipenuhi oleh tato kini tengah memperhatikannya dan mengikutinya secara diam-diam.
Begitu sampai di sebuah gang sepi pria itu pun lalu menghadangnya dan menodongkan sebilah pisau kepadanya.
"Cepat berikan handphone dan dompetmu sekarang kalau kamu nggak mau kehilangan nyawa mu." ancam pria itu hingga membuat Kayla panik.
Wanita itu pun lalu membuka tas nya lalu mengambil handphone dan dompetnya lalu memberikannya pada pria itu.
"Bagus,," pria itu pun lalu berjalan menyamping dengan tangannya yang masih menodongkan pisau pada Kayla lalu berlari dan membawa kabur handphone dan dompetnya tadi.
"Brukk,,"
Tiba-tiba terdengar suara terjatuh dari dekat gang tersebut. Kayla pun lalu berlari mencoba mengeceknya dan dilihatnya ternyata pria bertato tadi itulah yang terjatuh.
"Sialan beraninya kamu mendorongku hingga membuatku terjatuh,," ucap pria bertato tadi penuh emosi.
"Sorry sengaja,," balas pemuda itu menyeringai.
Pemuda tampan bertubuh tinggi itu ternyata tadi melihat pria tersebut telah memalak seorang wanita. Ia pun lalu mendorong pria bertato itu begitu ia berlari pergi meninggalkan gang tersebut.
"Benar-benar cari mati nih orang,," ucapnya lalu mengambil sebuah pisau lipat yang dipakainya tadi dari saku celananya.
Pria itupun lalu mengarahkan pisau tersebut kesana kemari karena pemuda itu selalu berhasil menghindarinya.
Tak lama pemuda itu pun lalu memukul tangan pria tadi hingga ia menjatuhkan pisaunya kemudian menghajarnya.
"Ampun maafkan aku,," rintih pria itu kesakitan dengan wajahnya penuh luka lebam.
"Baik akan aku maafkan tapi cepat serahkan barang-barang wanita itu,," titahnya lalu diiyakan oleh pria bertato tersebut dan lalu pergi meninggalkan tempat itu begitu telah menyerahkan barang-barang yang dirampasnya tadi pada pemuda itu.
"Ini handphone dan dompetmu,, coba cek dulu aku harap isi dompet mu masih utuh tak ada kurang satu pun,," ucap pemuda itu sembari memberikan handphone dan dompet tersebut pada Kayla.
Kayla pun lalu membuka dompetnya dan mengecek isi dompetnya itu yang ternyata masih utuh belum sempat di ambil isinya oleh pria bertato tadi.
"Terimakasih karena telah membantuku mengembalikan barang-barangku,," ucap Kayla penuh syukur.
"Sama-sama,, lain kali sebaiknya mbak berhati-hati sebab daerah ini sering rawan dengan rampok dan tukang begal sepertinya. Kalau mbak jalan sendiri sebaiknya jangan jalan di gang sepi seperti ini karena dapat memudahkan mereka menjalankan aksinya,, sebaiknya mbak lewati jalan besar atau jalan yang ramai dengan pengguna jalan,," terang pemuda itu menasehati.
"Iya mas sekali lagi terimakasih atas bantuannya,," ucap Kayla lalu melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah.