NovelToon NovelToon
Istri Kecil Dokter Dingin

Istri Kecil Dokter Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Alin Aprilian04

Amira, wanita cantik berumur 19 tahun itu di jodohkan dengan Rayhan yang berprofesi sebagai Dokter. Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Namun Amira dan Rayhan tidak menginginkan perjodohan ini.

Rayhan pria berumur 30 tahun itu masih belum bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena kecelakaan, juga Amira yang sudah memiliki seorang kekasih. Keduanya memiliki seseorang di dalam hati mereka sehingga berat untuk melakukan pernikahan atas dasar perjodohan ini.

Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin Aprilian04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ciuman pertama

Amira mengangguk, "Sana pergi sama adik ipar kamu!" ujarnya.

Rayhan menghela nafas, namun bibirnya tetap menampakan senyuman.

"Maafkan saya, Amira. Saya tidak bermaksud membuat mu sakit hati. Dan maafkan juga Azzura, dia gak tahu kalau kamu istri saya. Dia menganggap kamu adalah saudara sepupu saya."

"Alesan!" Amira memutar bola matanya malas.

"Saya berkata apa adanya, Amira."

"Yaa udah kalau gitu, nikahin aja tuh adik ipar kamu. Kamu kan sangat mencintai Kak Khadijah. Mumpung adiknya lagi jomblo tuh. Pasti shalihah juga, gak kaya aku!"

"Astagfirullah, ya nggak mungkinlah, Amira. Saya kan sudah punya kamu."

"Yaa kan Mas gak cinta sama aku. Pasti Mas mau sama mantan adik ipar, Mas!" ucapnya kesal.

"Gak tahu kalau istrinya dari tadi sakit hati pas di restauran. Aku didiemin, kalian asyik aja ngobrol berdua. Aku tahu Mas gak mau ngenalin aku karena malu kan. Makanya lebih baik aku pergi aja dari pada sakit hati karena gak di anggap," sambungnya.

"Aku dari tadi naik, Bus. Baru kali ini lagi aku naik Bus karena terpaksa. Sampai jadinya sesak nafas lagi. Udah tahu istrinya punya penyakit Asma, sensitif dengan debu. Suaminya gak peka, malah asyik ngobrol membicarakan perjodohan." Amira mendelik kesal.

"Udah bicaranya?"

"Udah!" bentak Amira dengan nada tinggi.

"Pertama maafin Mas yaa. Mas gak tahu kalau kamu punya penyakit asma."

"Yaa makanya sekarang di kasih tahu."

Rayhan menarik nafas dalam. "Boleh suaminya berbicara dulu jangan di potong?"

"Iya!" Amira mengerucutkan bibirnya.

"Pertama Mas janji gak akan mengulangi kesalahan yang sama. Dan harus kamu tahu, bahwa Mas tidak berniat menikah lagi selagi memiliki istri. Mas tidak tega menduakan dan menyakiti hati wanita."

"Oohh jadi... "

Rayhan menempelkan telunjuknya di bibir Amira agar wanita itu diam tidak memotong pembicaraannya. Ia bahkan tak bisa dengan tenang menjelaskan. Istrinya itu sangat cerewet.

"Kedua, Mas akan berusaha mencintai kamu setiap harinya. Walau memang benar kita belum saling mencintai, tapi perlahan seiring berjalannya waktu Allah akan menghadirkan rasa di antara kita asalkan kita berada di jalan yang lurus."

"Ketiga, Mas gak akan menikahi adiknya Khadijah.  Dia sudah anggap Mas sebagai adik Mas sendiri. Meskipun itu adalah wasiat dari Khadijah, tapi Mas yakin beliau juga akan mengerti dengan situasi saat ini."

"Mengerti?" Rayhan menatap Amira lembut.

Amira terdiam, masih ada rasa kesal dalam hatinya.

"Hmmm... "

"Yang benar jawabnya, Amira!"

"Iya, iya ngerti!"

"Dan satu hal lagi yang mau Mas dari kamu. Komunikasi dalam rumah tangga itu penting. Jangan sampai hal kecil menjadi sangat besar karena ketertutupan masing-masing. Mas mau kalau ada apa-apa bicarakan dengan baik, duduk dan saling bicara dari hati ke hati. Mencari jalan tengahnya dan solusi yang tepat. Jangan sampai di pendam apalagi marah tanpa jelas kesalahannya. Karena itu akan menjadi bom waktu, tidak baik untuk keutuhan rumah tangga."

"Iyaa baik, Pak Ustadz." Amira mengangguk-anggukkan kepalanya.

Meski terlihat bercanda, tapi Rayhan yakin istrinya itu mendengar dan menyerap apa yang di katakannya.

"Ya sudah sekarang istirahat dulu yaa. Mas akan kasih kamu obat."

"Iya."

***

Suasana begitu sepi, suara rintikan hujan kembali menghiasi jendela kaca Apartemen tersebut. Amira melihat Rayhan yang kini sudah tertidur lelap kelelahan. Jam kini menunjukan pukul dua malam. Amira bangun dari tidurnya, ia menyingkap selimut berwarna putih dari tubuhnya  lalu beranjak menuju kamar mandi untuk berwudhu.

Entah ada apa, hatinya terasa tergerak untuk melaksanakan shalat tahajud. Dengan perasaan bahagia Amira menghamparkan sajadahnya lalu memakai mukena berwarna biru itu dan mulai melakukan gerakan shalat. Sujud demi sujud yang ia lakukan terasa sangat nikmat. Ada getaran dalam hatinya yang baru ia rasakan kembali sekarang.

Amira tak tahan, ia menangis sesegukan. Meratapi segala dosa yang selama ini telah ia perbuat. Terutama dosa pada kedua orang tuanya dan juga dosa Zina. Selama di Paris ia selalu bertemu dengan Noah. Meski hanya berpegangan tangan, namun itu tetap termasuk dosa besar.

Amira mengadahkan tangannya, berdo'a penuh harap agar di ampuni segala dosa-dosanya dan di beri ketenangan hidup. Semuanya terasa nikmat.

"Mashaallah, istri Mas shalat tahajud!"

Suara Rayhan seketika mengagetkan jantungnya. Matanya melirik ke arah sang suami yang kini sudah terbangun dari tidurnya. Pria itu menatapnya dengan senyuman hangat yang seketika membuatnya malu.

"I-iya, Mas!" Amira salah tingkah.

Rayhan menghampiri Amira, lalu duduk di sebelah wanita yang terlihat sangat cantik itu, "Istri shalihah, terimakasih yaa udah mau lebih baik!" Rayhan mengusap lembut pipi Amira.

Deg

Entah mengapa, jantung Amira terasa berdetak lebih kencang dari biasanya. Dadanya berdebar tak karuan saat tangan besar itu menyentuh pipinya.

"I-iya, Mas." Amira menunduk malu.

"Mas juga mau shalat tahajud, Mas ke air dulu yaa!"

Amira mengangguk menatap kepergian Rayhan dengan perasaan yang masih tak menentu.

Tak lama kemudian Rayhan kembali, pria itu mengganti bajunya dengan pakaian gamis khusus untuk ia shalat. Lalu ia menghamparkan sajadahnya di depan Amira.

"Mau shalat lagi?" tanyanya menatap Amira.

"Boleh!" Amira mengangguk.

Dengan penuh kebahagiaan Rayhan semangat menjadi imam. Ia masih tak menyangka istrinya itu mau shalat tahajud secara sukarela. Do'a-do'anya yang di panjatkan ternyata menembus langit. Ia lebih bersemangat mengajarkan Amira dan akan selalu membimbingnya.

"Assalamualaikum warahmatullah!"

Rayhan menyudahi shalatnya, ia memutar badannya menjadi ke belakang. Menatap wajah yang terlihat lebih cantik dari biasanya. Entah hatinya yang tengah berbunga-bunga atau memang Amira yang terlihat begitu bercahaya.

Tanpa di minta Amira kini menyalami tangan Rayhan. Membuat Rayhan seketika terkejut, bahkan tangannya sedikit kaku. Wanita muda itu mencium tangannya dengan ikhlas tanpa menggerutu seperti biasanya.

Rayhan pun tersenyum, ia bahagia melihat perubahan baik Amira. Setelahnya ia pun memegang ubun-ubun Amira lalu memanjatkan do'a baik disana. Setelahnya ia mencium kening Amira untuk pertama kalinya.

Deg deg deg

Jantung Amira semakin saja berdebar. Seolah ada aliran listrik yang menyetrum seluruh tubuhnya. Getaran itu terasa di setiap aliran darahnya. Pipinya kini memerah, menandakan betapa malunya dirinya.

Tiba-tiba saja lampu mati, seluruh ruangan itu menjadi sangat gelap. Amira refleks memeluk Rayhan karena ia phobia kegelapan. Lampu mati berbarengan dengan petir yang menyambar membuat rasa takut itu menjadi berkali-kali lipat.

Saat ini jantung Rayhan yang berdetak tak menentu. Dadanya berdebar saat wajah Amira berada di dadanya. Selama keduanya bersama, baru kali ini ia dan Amira berpelukan dengan begitu sadar. Sebagai laki-laki normal, tentu saja hasrat Rayhan bergejolak. Apalagi wajah Amira yang begitu cantik, dan kulit yang halus dan seputih susu.

Rayhan kini menangkup pipi Amira, sehingga wanita cantik itu mendongak menatapnya. Rayhan tersenyum, menatap manik mata yang terlihat indah itu meski dalam kegelapan.

Wajah Rayhan semakin mendekati wajah Amira, keduanya merasa debaran yang tak biasa dalam hatinya. Rayhan mengecup bibir Amira untuk pertama kalinya. Ia mencium bibir ranum itu dengan penuh kelembutan. Amira tak membalas, wanita itu belum mengerti dengan hal yang seperti ini. Dan  Rayhan pun memaklumi itu.

Setelahnya Rayhan memeluk Amira dengan erat. Lalu mencium keningnya dengan lama penuh kasih sayang.  Pipi Amira memerah panas, jantungnya berdetak lebih cepat. Untung saja kamar ini gelap, sehingga wajahnya yang merah tak terlihat.

"Tidur duluan gih, Mas takut kelepasan!" ujar Rayhan menelan salivanya berat.

Amira pun mengangguk mengerti, lalu berjalan menuju ranjang dengan cepat. Ia bersyukur Rayhan menghormati keputusannya yang belum siap untuk memberikan kehormatannya selama ini. Mungkin kelak di waktu yang sudah tepat ia akan dengan sukarela memberikan hak suaminya.

Kini  tubuhnya terasa melemas akibat ciuman pertamanya dengan Rayhan. Ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!