"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19. Rahasia Besar Di Balik Pernikahan
Justru saat yang sangat penting baginya, Clara bersikap seolah semua ini hanya main-main. Akad akan digelar, tapi anak itu bermalas-malasan di kamarnya. Rewel dan banyak mau hingga mua pun dibuat mengelus dada.
"Clara, kenapa masih belum siap?" tanya Mila lembut ketika masuk ke kamar Clara. Dia sendiri telah bersiap sejak tadi, sedang menunggu Danu yang entah sekarang ada dimana. Ponselnya tidak aktif, bahkan kata Ratih, sejak pagi Danu berkunjung ke beberapa wilayah untuk bersilaturahmi dengan kader partainya.
Mila, meski kesal tetap membiarkan Danu. Entah kenapa, rasanya setelah Danu terang-terangan mengakui pernikahannya, Mila merasa kalah dan sesak terus menerus. Jika saja tidak dinasehati oleh kakaknya, Mila pasti sudah mencari wanita simpanan Danu itu. Pasti staf kemarin itu yang dinikahinya! Siapa lagi memangnya?
Beruntung hari ini hari baik putrinya, kalau tidak, wanita itu sudah habis ditangannya.
Mila mendekati Clara yang manyun di depan cermin. Riasan wajahnya tampak bagus, sisa sentuhan terakhir saja dan berpakaian sesuai dengan apa yang Clara mau. Mila menyentuh pundak Clara kalem. "Nak, Papi sibuk hadapi pileg, nanti kalau sudah selesai semuanya, kita resepsi, kata Papi kamu boleh minta apa saja untuk hari bahagiamu itu."
Clara membuang ponselnya ke meja, menatap ibunya kesal. "Mi, aku pengen banget Beby lihat akad ini, tapi kemarin Papi marahin aku pas aku ketemu Beby! Nyuruh aku pulang segala, padahal—"
"Sudah!" potong Mila sabar. "Papi hanya ingin kita semua menahan diri, tau kan Papi sekarang tuh sibuk banget?"
Mila mengedipkan matanya sebagai kode agar Clara diam untuk sementara waktu. Bagaimanapun juga, disini ada banyak orang yang tidak dikenal baik oleh Mila, jadi lebih baik menjaga sikap.
Clara lagi-lagi cemberut.
"Udah, siap-siap gih, Revan dan ayahnya sudah datang." Mila mendudukkan paksa Clara dengan gerakan halus, "ingat, manten nggak boleh cemberut."
Mila menatap Clara di cermin, "semua teman kantor Revan sudah pasti datang, kamu jangan khawatir."
Tentu saja, karena Mila juga sudah menghimbau Galih agar mengundang semua teman kantor Revan untuk datang, dengan dalih untuk menjadi saksi hari bahagia Revan. Lagipula Revan atasan mereka, bisa dipastikan seorangpun tidak akan absen, termasuk Beby.
Tidak peduli seberapa dalam luka di hati Beby, yang pasti baik Galih maupun Mila punya motif masing-masing.
...
"Mas, Clara tidak bisa menjadikan saya wali nikahnya, karena saya bukan ayah kandung Clara. Saya hanya ayah sambung yang kebetulan menikahi ibunya. Lebih baik saya mengatakan hal yang jujur meski menyakitkan, daripada pernikahan ini tidak sah."
Hasan dan penghulu yang sedang menegosiasikan perihal administrasi pun dibuat kaget dengan nimbrungnya Danu dalam obrolan mereka tanpa basa basi. Ia menatap penghulu sembari menghela napas.
"Mila ...," panggil Hasan kemudian, "lalu siapa ayah Clara? Acara akan digelar tak lama lagi, Dan! Kenapa kamu baru bilang?"
"Jika saya bilang sebelumnya, pernikahan Clara tidak akan pernah terlaksana. Mas Hasan tau—"
Danu tidak melanjutkan ucapannya demi menjaga marwah keluarga, jadi dia segera membuang muka.
Hasan menghela napas. "Meski ada ayah kandungnya, Clara tetap tidak bisa dinikahkan oleh ayahnya karena—"
Hasan sampai tidak bisa meneruskan kalimatnya. Dulu, Hasan belum punya ilmu agama yang mendalam, jadi ia pikir setelah menikah dengan Danu, semua urusan bisa dibereskan, tapi rupanya ....
"Kalau begitu, Clara kita nikahkan secara siri saja dulu, nanti tinggal sidang isbat nikah untuk mendapat dokumen dan surat nikah," saran penghulu yang terpaksa diangguki Hasan sembari menarik napas dalam-dalam. "Nanti Clara akan diwalikan pada wali hakim, Pak Hasan."
Hasan menatap Danu penuh emosi, tetapi akhirnya ia bisa memahami apa yang Danu pikirkan. Toh, dia juga salah karena tidak berpikir panjang sebelum semua terlanjur jauh. Kini, ia menghadapi problem yang sangat kompleks. Danu yang mulai goyah, dan hari bahagia Clara pun diwarnai dengan insiden terbongkarnya rahasia yang dikubur dalam-dalam.
"Baik, Pak Penghulu, mari segera kita mulai saja acaranya," ujar Hasan setelah menatap Mila dengan helaan napas berat.
Penghulu menuju meja, lalu memulai acara dengan begitu khidmat. Hasan mendekati Mila dan menatap Mila penuh dukungan.
"Kamu harus kuat untuk sekarang, Dek."
Mila mengangguk pelan. Air matanya turun perlahan. Apalagi setelah penghulu meminta Clara untuk menyerahkan perwalian pada wali hakim atau penghulu, semua orang berbisik-bisik dengan pandangan tak percaya. Mila bisa tahu apa yang mereka bicarakan dengan suara rendah itu.
"Saya terima nikah dan kawinnya Clara Divarani binti Milaning Nur Astuti dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"
"Bagaimana saksi, sah?"
"Sah!"
Muka Mila belum pernah semerah ini. Malunya belum pernah sedalam ini. Rasanya ia sedang menaburkan kotoran ke wajahnya dengan tangannya sendiri. Bisa-bisanya Danu mengatakan hal yang sebenarnya mengenai nasab Clara pada hakim maupun Hasan.
Semua keluarga yang hadir termasuk Hasan pun hanya bisa menunduk menahan malu. Musibah ini mungkin tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.
...
Meski diwarnai insiden memalukan, acara tetaplah berjalan semestinya. Clara menyalami tamu yang hadir penuh sukacita. Ia menikmati momen dimana Beby tengah menatapnya dari sudut bersama teman-teman mereka.
"Van, kita temui Beby, yuk! Kita lihat apa dia benar-benar sudah nikah sama kakek-kakek." Clara memberi cibiran mengejek. Tentu saja, Clara ingin mendesak Beby mengenalkan suaminya pada Clara.
"Kamu aja, aku lelah," tolak Revan malas.
"Kenapa sih? Kan nyapa doang, kamu gamon, ya?"
Revan berdecak. Mukanya benar-benar tidak enak dilihat.
"Kan bener gamon!"
Sekali lagi Revan melirik Clara yang mendengus sinis saat berdiri.
"Mending segera cerai aja kalau gamon, kan aku tinggal minta balik uang yang mami kasih ke ayah kamu!" ucap Clara seraya melangkah pergi.
Revan seolah tidak punya pilihan selain ikut apa kata Clara. Uang itu sudah jadi mobil baru dan mobil baru itu sudah ringsek menubruk pohon trembesi besar bawah tanjakan Marcopolo Bar. Tentu karena Revan semalam mabuk berat dan tidak bisa mengendalikan laju mobil.
___
Jadi dua bab biar nggak kepanjangan, tapi masih nunggu entah nanti malam atau esok pagi ya. Aku lihat jumlah like dan jumlah pendukung sebagai indikator perolehan retensi di 20 bab. Jadi setelah mencapai like yang berkesesuaian dengan bab sebelumnya, maka bab baru akan meluncur. Biar sama-sama enak ya, semoga segera tercapai sehingga saya segera update🥰 terimakasih 🫶
sampai Danu mencerailan mila dan clara sadar diri bahwa dia hanya anak sambung yg menyianyikan kasih sayang ayah sambungnya 💪
mila mila sombongnya tdk ketulungan sm Danu
merasa dulu cantik anak pejabat