NovelToon NovelToon
Istri Kecil Pak Dokter

Istri Kecil Pak Dokter

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Dokter / Pernikahan rahasia
Popularitas:95.6k
Nilai: 5
Nama Author: Safira

Jodoh itu unik.

Yang selalu diimpikan, tak berujung pernikahan. Yang awalnya tak pernah dipikirkan, justru bersanding di pelaminan.

Lintang Jelita Sutedjo dan Alan Prawira menikah atas dasar perjodohan kedua orang tuanya. Selisih usia 10 tahun tak menghalangi niat dua keluarga untuk menyatukan anak-anak mereka.

Lintang berasal dari keluarga ningrat yang kaya dan terpandang. Sedangkan Alan berprofesi sebagai dokter spesialis anak, berasal dari keluarga biasa bukan ningrat atau konglomerat.

Pernikahan mereka dilakukan sekitar empat bulan sebelum Lintang lulus SMA. Pernikahan itu dilakukan secara tertutup dan hanya keluarga yang tau.

Alan adalah cinta pertama Lintang secara diam-diam. Namun tidak dengan Alan yang mencintai wanita lain.

"Kak Alan, mohon bimbing aku."

"Aku bukan kakakmu, apalagi guru bimbelmu yang harus membimbingmu!" ketus Alan.

"Kak Alan, aku cinta kakak."

"Cintaku bukan kamu!"

"Siapa ??"

Mampukah Lintang membuat Alan mencintainya? Simak kisahnya.💋

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 - Sebuah Foto

"Kita juga sempat ngobrol sebentar," ucap Alan.

"Astaga Alan, eling kamu Nak. Dia itu udah punya laki alias bojo. Kamu juga udah punya Lintang-garwamu. Suami dia itu sahabatmu dewe loh, Lan."

"Tadi, Lintang juga ngajak bicara Gendhis kok."

"Hah, apa maksudmu?"

"Lintang dan Gendhis masih kerabat. Ya, mereka ngobrol pas gak sengaja bertemu."

"Mereka kerabat? Kok bisa?" Mama Dian semakin terkejut mendengar fakta lain.

"Alan pikir mama udah tau hubungan kekerabatan antara Gendhis dan Lintang," ucap Alan. "Justru aku menyimpulkan mama sembunyikan hal penting ini dariku," tuduhnya pada sang ibu.

"Enggak, Lan. Mama enggak tau kalau mereka masih kerabat. Memangnya Gendhis apanya Lintang?"

Alan pun menjelaskan perihal hubungan kekerabatan Lintang dengan Gendhis. Memang bukan kerabat dekat. Tapi mereka masih punya hubungan keluarga dari mendiang kakek Lintang.

"Beneran mama enggak tau, Lan."

"Bukankah mama dan Mami Sinta teman dekat. Kok bisa gak tau hal ini?" Alan menatap ibunya secara intens penuh selidik.

"Mama enggak bohong sama kamu, Lan. Kalau keluarga inti Jeng Sinta, mama tau betul. Seperti saudara kandung kedua orang tua Lintang, mama tau. Tapi kalau sudah sepupu jauh dari mendiang kakeknya Lintang, mama gak tau. Kan mama enggak berteman dengan kakeknya Lintang, tapi orang tuanya. Masa mama harus sensus penduduk seluruh keluarga besar Lintang dari Sabang sampai Merauke!"

Alan pun memilih untuk menyudahi pembicaraan antara mereka berdua tentang Gendhis. Mama Dian juga tak melanjutkan obrolan dengan Alan perihal Gendhis, khawatir didengar oleh menantunya.

Faktanya, Mama Dian memang tak tau hubungan kekerabatan antara Gendhis dengan keluarga Lintang. Maklum karena Gendhis kerabat jauh keluarga Sutedjo.

Sedangkan suasana dalam toilet wanita di mana Lintang berada di dalamnya saat ini benar-benar sepi.

Ceklek...

Derit pintu salah satu bilik toilet pun terbuka. Lintang keluar dari sana dan berjalan menuju wastafel.

Lintang mengambil selembar tisu dari dalam tas selempangnya. Lalu, ia menghapus jejak air mata yang masih membekas di wajah sayunya.

"Aku hari ini melihat cinta di matamu, Kak. Sayang, cinta itu bukan untukku tapi milik wanita lain. Mbak Gendhis," batin Lintang sendu.

Kemudian, Lintang mengambil bedak dan lipstik yang dibawanya. Ia membubuhkan bedak ke area wajahnya terutama bagian mata dan pipinya guna menyamarkan bahwa dirinya baru saja menangis.

Lintang tak ingin Alan maupun Mama Dian mengetahui hal ini.

Sejak dulu Lintang terbiasa seperti seorang artis. Tersenyum bahagia dan riang di depan banyak orang, walaupun hatinya menyimpan luka sebagai seorang ABK. Lintang tak mudah membagi kesedihannya pada siapapun.

Seperti sekarang ini, Lintang memilih menyimpan semua pekat luka ini sendirian. Karena ia tak suka dikasihani orang lain.

Setelah itu polesan terakhir yakni lipstik warna mauve agar bibirnya lebih mempesona dan tak terlihat pucat.

"Aku tak tau masa lalu kalian seperti apa dan tak mau tau. Yang pasti saat ini dan di masa depan, Kak Alan-suamiku. Aku dan kakak sudah berjanji di hadapan Tuhan untuk merajut masa depan sama-sama. Aku akan buat dia jatuh cinta dan hanya menatapku. Semangat Lintang," batinnya yang berusaha menyemangati dirinya sendiri yang sedang terluka hati karena ternyata suaminya mencintai wanita lain yang masih kerabatnya sendiri. Sungguh miris.

Ya, Lintang mengetahui jika Alan mencintai Gendhis.

Sejak kapan Lintang tau fakta menyakitkan itu ?

☘️☘️

Malam pengantin di hotel, Jogja.

Apa kalian masih ingat, perkara Alan meng0m_pol di hotel pagi hari setelah malam pengantin tanpa malam penyatuan ?

Ya. Setelah Alan membersihkan diri dengan mandi wajib karena pria itu baru saja mimpi basah, Lintang masuk karena harus bergantian untuk mandi.

"Dompet siapa ini?" gumam Lintang yang tak sengaja melihat sebuah dompet warna hitam berada di atas meja dekat wastafel. Dompet model pria.

"Apa ini punya kakak?" gumamnya kembali seraya menyentuh dompet hitam tersebut.

Sejenak Lintang memandang ke arah pintu kamar mandi yang sudah ia tutup dan kunci rapat sebelumnya. Lalu, kedua matanya menatap secara intens dompet yang diduga milik Alan.

Ada perasaan aneh yang hinggap di hati Lintang. Sebuah rasa penasaran akan isi dompet pribadi milik suaminya tersebut.

"Buka enggak ya?" Lintang pun jadi galau.

Akhirnya rasa ingin tau yang muncul di hati jauh lebih besar daripada logikanya. Dengan tangan sedikit gemetar bak mirip pencuri yang takut ketahuan, Lintang perlahan membuka dompet tersebut.

"Ah, syukurlah. Tak ada yang aneh-aneh. Hehe..." cicit Lintang seraya terkikik geli melihat tingkahnya sendiri yang awalnya gemetaran tak karuan dengan pikiran berkecamuk yang tidak-tidak tentang suaminya. Lintang pun bernafas lega.

Lintang sempat ketakutan jika di dalam dompet itu, Alan masih menyimpan foto kenangan bersama mantan kekasih atau wanita lain.

Setahu Lintang menurut informasi dari Mama Dian, Alan tak pernah punya pacar sebelumnya. Lintang sangat mempercayai ucapan ibu mertuanya itu.

"Dompet pria isinya apa saja ya?" gumam Lintang yang hatinya tergelitik untuk mengobservasi isi dompet sang suami.

Perlahan tapi pasti jari-jemari lentik Lintang dengan wajahnya yang terus memancarkan senyum menggemaskan tersebut begitu antusias mengeluarkan benda-benda yang ada di dalam dompet Alan.

Sebelumnya Lintang telah menghafal letak-letaknya agar nanti jika ia kembalikan, Alan tak curiga.

"Banyak sekali kartu kakak," gumam Lintang seraya mengeluarkan beberapa kartu dari sana baik KTP, SIM, kartu ATM dan sebagainya. Tiba-tiba...

Plugg...

Sesuatu baru saja terjatuh ketika Lintang mengeluarkan beberapa kartu milik Alan. Lintang segera berj0ngkok untuk mengambil benda yang barusan terjatuh. Sebuah lembaran kecil mirip foto.

Kebetulan area tersebut tidak basah sehingga masih aman untuk benda-benda milik Alan tersebut.

"Oh, ini foto kakak waktu SMA. Lucunya kakak masih imut-imut kayak aku. Hehe..." ujar Lintang seraya terkekeh sendiri melihat wajah Alan yang masih tampak lugu saat remaja.

Pandangan Lintang lalu beralih pada wanita dan pria yang ada di samping Alan.

"Kayak mirip Mbak Gendhis. Apa kakak dan Mbak Gendhis satu sekolah?" batin Lintang.

Selembar foto usang yang sedang ditatap Lintang adalah foto tiga murid SMA yang sedang duduk di taman sekolah. Foto berukuran 2R tersebut adalah foto Alan bersama Gendhis dan Galih ketika mereka masih SMA.

Sejurus kemudian, tiba-tiba tangan Lintang tanpa dikomando membalik selembar foto jadul tersebut.

Deg...

Detik selanjutnya, pandangan dari kedua netra Lintang mendadak buram karena air matanya mulai menggenang dan membuat kristal-kristal bening terbit di sana.

Hatinya yang awalnya berbunga-bunga karena telah menikah dengan Alan dan tak menemukan foto aneh-aneh dalam dompet pribadi sang suami, kini semua gegap gempita itu seketika terjun bebas. Rasanya perih bagai disayat sembilu.

Semua itu karena sebuah kalimat yang tertera di belakang foto tersebut. Tulisan tangan yang ia kenal betul itu adalah tulisan Alan.

I love you, Gendhis.

Alan.

Bersambung...

🍁🍁🍁

1
Ruwi Yah
yg ada alan tambah kegeeran lin udah biarin aja sialan pergi biar otaknya sedikit encer
kiya
ya sudahlah klo bgtu kelakuan mu lin, terserahmu lah, terima aja nanti klo si alan sesuka hati memperlakukanmu
As Lamiah
emang outour solehot ku ini pinter banget mengulk hati para reders yg baca kisah di setiap karunya mu tour yg selalu nagih nunggu up mu tour
As Lamiah
yaaaa gitudeh kalo bucin akut mah gak bisa marah beneran yg ada takut kehilangan 🤭
FP
terbaik
Eni Istiarsi
namanya juga bocik 😄
kaylla salsabella
alan ada di kamar mandi lin🤭
Teh Euis Tea
hadeuhhh dasar bocil bknnya bikin si alan yg merasa bersalah, makin menjadi tyh si slan di hawatirin makin merasa di atas awan, besok2 pasti di ulang lg
gemes sm si lintang jdnya
Nurminah
kita yg emosi yg buat cerita bikin pelakunya klepek ama spagetti
Nurminah
hadeh
dyah EkaPratiwi
lintang ngambeknya kurang lama
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
ish Lintang ngapain sih nangis nangis...biarin aja siAlan pergi
Nena Anwar
ya nggak lah Lintang SiAlan mana berani marah sama Gendhis, mau bilang nggak suka ponselnya dipegang aja dia takut dengan alasan Gendhis lagi hamil muda masa iya tibang bilang aku gk suka ponselku dipegang kamu Gendhis trus Gendhis keguguran gitu karena kepikiran SiAlan ngomong begitu
Tuti Tyastuti
nah jawab lan
Zuhril Witanto
enggak
Zuhril Witanto
mau ngajak makan malam
Zuhril Witanto
bagus lah gak di kasih
Zuhril Witanto
bagus
Zuhril Witanto
kok Alan jadi pengganti galih
Sri I
keren pokoknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!