Mayor Arsenio yang bertugas sebagai pasukan kontingen Garuda telah mengalami patah hati sebelum dirinya pergi satgas ke Lebanon. Sang tunangan tidak mau menunggunya dalam jangka waktu lima tahun, Mayor Arsenio sempat trauma untuk kembali menjalin kasih dengan seorang wanita.
Setelah lima tahun bertugas di Lebanon, sang Mayor kembali ke Indonesia dan dipertemukan dengan seorang wanita bernama Ainun. Ainun sendiri telah mengalami kehidupan yang pahit ketika suaminya ditembak mati secara misterius oleh seseorang yang tidak dikenal.
Ainun meminta bantuan Mayor Arsenio untuk mengusut tuntas kematian suaminya. Sang Mayor yang masih trauma dengan pengalaman masa lalunya, awalnya ragu-ragu untuk terlibat dalam kasus ini. Namun, setelah mengetahui Ainun dan kasus yang dialaminya, Mayor Arsenio mulai merasa tertarik dan ingin membantu.
mampukah Sang Mayor mengusut kasus ini?
akankah ia kembali menemukan cintanya bersama dengan Ainun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku akan selalu melindungimu, Ainun
Selama dalam perjalanan menuju arah Batalyon, Ainun telah di buntuti oleh seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam dan mengendarai sepeda motor, Ainun mencoba melirik dari arah kaca spion motor miliknya, dan ia pun menyadari ada yang tidak beres, pada akhirnya ia berusaha menaikan kecepatan laju motornya di atas 100Km/jam.
Dan seseorang yang mengikutinya dari arah belakang melakukan hal yang sama, ia pun menaikan kecepatannya, sampai akhirnya ia bisa sejajar dengan motor Ainun, dan sosok misterius itu, malah berusaha menyenggol motor yang ainun bawa dengan cara memepetnya, agar Ainun kesulitan mengendarai sepeda motornya dan pada akhirnya orang misterius tersebut menendang body motor milik Ainun bagian samping, hingga akhirnya Ainun oleng dan...
Gubrak!
Motor pun terjatuh, Ainun terseret cukup jauh, tubuhnya mengenai jalan aspal, sialnya saat ini Ainun melintas di jalan yang cukup sepi.
Akhirnya nasi box sebanyak 150, jatuh berserakan di jalan dan Ainun pingsan tak sadarkan diri.
Mayor Arsenio yang pada saat itu sedang melintas, tak sengaja melihat motor yang ia kenal berada di atas jalan aspal dengan posisi motor yang sudah terbalik dan kaca spionnya pecah, Arsenio mendadak panik dan ia menghentikan laju mobilnya di bibir jalan, Ia melihat beberapa orang berusaha membantu korban yang sepertinya masih belum sadarkan diri.
Sambil berlari cepat ke arah korban, Mayor Arsen ingin memastikan bahwa korban bukanlah orang yang ia kenal, namun takdir berkata lain, saat ini yang ia lihat adalah sosok wanita yang di sukainya telah jatuh dan terbaring di jalan aspal dengan posis telungkup serta terdapat luka di hampir sekujur tubuhnya akibat terseret.
"Ainun...!" teriaknya sampai meraih tubuhnya yang sudah terkulai lemas.
Kemudian Arsenio membawa Ainun ke rumah sakit dan melaporkan kejadian ini kepada pihak yang berwajib untuk segera ditindaklanjuti.
Sedangkan Kayla yang saat ini berada di dalam rumahnya, tiba-tiba gelas yang ia pegang mendadak terjatuh, ia sampai memiliki firasat bahwa telah terjadi sesuatu terhadap Ainun, mengingat tadi ia sempat melihat sosok seperti seorang pria telah membuntutinya, dan Kayla terus mencoba menghubungi nomer ponselnya namun tak kunjung di angkat olehnya.
Saat ini Ainun sudah berada di dalam ruangan IGD Rumah Sakit, Arsenio tampak cemas akan kondisinya, ia sampai tak bisa diam dan terus saja mondar-mandir di depan pintu ruang IGD.
Tak lama Dokter yang memeriksa kondisi Ainun datang menghampiri.
"Bagaimana kondisi Ainun, Dok?" tanyanya cemas
"Kondisi pasien baik-baik saja, beruntungnya tidak terjadi patah tulang, hanya luka memar akibat terkena aspal jalan, dan saat ini pasien sudah sadarkan diri!"
Akhirnya Arsenio bergegas menemui Ainun setelah mendapatkan ijin dari Dokter.
"Nun!" sapa Mayor Arsen sembari menatap nanar Ainun yang terlihat pucat.
"Mayor Arsen!" jawabnya sampai melempar senyum ke arahnya.
Kemudian Arsen duduk di kursi samping ranjang tempat tidur, dan menghadap ke arahnya.
"Ainun, apa sebenarnya yang telah terjadi?" tanyanya cemas.
Ainun pun tanpa membuang banyak waktu, ia menjelaskan semuanya kepada Mayor Arsen, mulai dari adanya aksi pelemparan batu yang memecahkan jendela kaca rumah Kayla, serta diserangnya ia oleh seseorang yang tidak ia kenal samasekali.
Sang Mayor menjadi semakin cemas sekaligus geram setelah Ainun menjelaskan semuanya.
"Nun, kamu harus ekstra hati-hati lagi, sepertinya mereka sudah mengetahui keberadaan mu!" Arsenio berusaha memperingatkan.
Ainun yang mendengarnya, ia termenung dan menunduk.
"Sepertinya begitu, jika seandainya aku berhasil tertangkap ataupun terbunuh oleh mereka, apakah kau mau memberikan semua barang bukti yang kemarin aku berikan padamu? Aku hanya ingin mengembalikan nama baik mendiang suamiku, dan keluarganya yang sempat tercoreng."
"Ssttttt...!" Mayor Arsenio malah menempatkan jari telunjuknya di atas bibir Ainun, sontak Ainun terkejut tak percaya atas apa yang sudah di lakukan Mayor Arsen padanya.
"Jangan pernah kau berkata seperti itu, aku sudah berjanji akan selalu melindungi mu, bahkan aku rela mempertaruhkan nyawaku demi keselamatanmu!"
Deg!
Ainun merasakan debaran aneh ketika Arsenio mengatakan hal demikian dan menatapnya dalam, kini kedua mata mereka saling bertemu.
'Ainun, aku tidak akan pernah membiarkan kamu terluka lagi seperti ini, bagaimana caranya agar aku bisa selalu berada di sisimu dan kau selalu aman, serta para manusia terkutuk itu tidak akan pernah berani menyentuhmu? ' batinnya mulai berfikir.
Akhirnya Mayor Arsen memerintahkan beberapa anggota TNI untuk menjaga Ainun di Rumah sakit, sementara ia akan segera pergi menemui Letkol Suprapto, yang ia yakini bisa memberikan solusi atas kejadian ini.
Sedangkan Ainun, ia masih teringat momen saat sang Mayor berada di dekatnya, entah kenapa ia mulai merasa nyaman, Ainun sampai menepuk-nepuk kedua pipinya yang sudah seperti kepiting rebus.
"Apa yang terjadi padamu, Ainun? Kau tidak boleh terbawa perasaan terhadap pria itu, sampai kapanpun cintamu hanya untuk mendiang suamimu, ya hanya untuk Gus Firman!" ucapnya bermonolog.
Setibanya di Batalyon, Mayor Arsen pergi menuju ruangannya Letkol Suprapto, yang kebetulan saat ini beliau berada di dalam dan sedang mengerjakan sesuatu.
"Masuk dan duduklah, Mayor Arsenio!" Perintahnya yang langsung di angguki olehnya.
"Siap, terimakasih Letkol!" jawabnya dengan lantang.
Akhirnya Mayor Arsen duduk saling berhadapan dan hanya terhalang oleh meja kerjanya Letkol Suprapto.
"Baiklah Mayor Arsenio, apa yang membawa mu datang kesini? Pastinya ada hal yang sangat penting kan?" tanyanya berbicara serius.
Mayor Arsenio menyempatkan diri sejenak untuk menghela napas, dan mengumpulkan keberaniannya untuk menceritakan soal Ainun kepada atasannya ini, yang ia yakini bahwa Letkol Suprapto bisa ia percaya
Akhirnya Mayor Arsen mulai menceritakan tentang Ainun mulai dari awal sampai akhir, yakni kondisi dimana Ainun yang telah mendapatkan serangan dari orang yang tidak dikenal.
Letkol Suprapto sampai tercengang tak percaya atas penjelasan dari Mayor Arsenio.
"Kau yakin wanita itu telah berkata jujur?" tanyanya untuk memastikan.
"Sangat yakin sekali, Letkol Suprapto! Apalagi saya sudah mengantongi barang buktinya, Ainun hanya ingin mencari keadilan atas tuduhan yang menurutnya sangat kejam dan tak manusiawi, tak ada kesempatan untuk membela diri, padahal ia dan mendiang suaminya tak pernah melakukan hal yang menyimpang dan melanggar norma-norma di negara ini, dan menurut saya, Ainun patut mendapat kan perlindungan, walau bagaimanapun ia hanyalah warga sipil yang tak mengerti bahwa dirinya telah dijadikan kambing hitam!" imbuhnya.
Kemudian Letkol Suprapto menyandarkan kepalanya di atas standar kursi, ia masih mencerna soal kasus yang telah menimpa Ainun, yakni si wanita penjual nasi uduk.
"Setelah wanita itu sembuh dan keluar dari Rumah Sakit, aku ingin bertemu dengannya untuk memastikan bahwa ia telah berkata jujur atau tidak, dan mengenai permintaanmu untuk mengirim beberapa pasukan ke Rumah Sakit demi melindunginya dari seorang yang ingin menghabisinya, aku memberikan izin penuh sampai wanita itu keluar dari Rumah Sakit!" jawabnya secara tegas.
Mayor Arsen yang mendengarnya secara langsung ia merasa sangat bersyukur.
"Terimakasih Letkol Suprapto, semoga Ainun akan selalu berada dalam kondisi aman setiap saat." jawabnya penuh harap
Sedangkan Letkol Suprapto yang merasa sang mayor memiliki rasa yang lebih terhadap wanita bernama Ainun, ia malah sengaja ingin menggodanya.
"Jika kau ingin wanita itu selalu merasa aman, kenapa tidak kau nikahi saja? Pasti wanita itu akan jauh lebih aman berada di sisimu dan tak akan ada yang berani menyentuh istri dari seorang perwira, yakni Mayor Arsenio!" usulnya yang langsung ditanggapi oleh Sang Mayor.
"Apa, Letkol? Maksudnya saya menikahi Ainun, betul begitu?" tanyanya masih tak percaya.
"Betul sekali Mayor Arsenio, lagian kau juga sudah kelamaan membujang, teman-teman seangkatan mu sudah menikah semua dan di karuniai seorang anak, dan menurut ku ini adalah kesempatan emas agar kau segera memiliki seorang pendamping!" Letkol Suprapto sampai mengulum senyumnya yang mengembang, berharap Mayor Arsenio mau menjalankan usul darinya.
'Menikah? Aku menikahi Ainun agar bisa selalu melindunginya? Wah boleh juga idemu ini pak Letkol Suprapto!' batinnya sampai tersenyum seorang diri.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸
Semangat terus kak othor 💪💪❤️