Dalam diamnya luka, Alina memilih pergi.
Saat menikah satu tahun lalu, ia dicintai atau ia pikir begitu. Namun cinta Rama berubah dingin saat sebuah dua garis merah muncul di test pack-nya. Alih-alih bahagia, pria yang dulu mengucap janji setia malah memintanya menggugurkan bayi itu.
"Gugurkan! Aku belum siap jadi Ayah." Tatapan Rama dipenuhi kebencian saat melihat dua garis merah di test pack.
Hancur, Alina pun pergi membawa benih yang dibenci suaminya. Tanpa jejak, tanpa pamit. Ia melahirkan seorang anak lelaki di kota asing, membesarkannya dengan air mata dan harapan agar suatu hari anak itu tahu jika ia lahir dari cinta, bukan dari kebencian.
Namun takdir tak pernah benar-benar membiarkan masa lalu terkubur. Lima tahun kemudian, mereka kembali dipertemukan.
Saat mata Rama bertemu dengan mata kecil yang begitu mirip dengan nya, akhirnya Rama meyakini jika anak itu adalah anaknya. Rahasia masa lalu pun mulai terungkap...
Tapi, akankah Alina mampu memaafkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 16.
Rama melangkah pelan namun penuh tekanan mendekati Erika. Sorot matanya tajam, seperti bilah pisau yang siap menebas. Napasnya berat, menahan amarah yang mendidih di dalam dada.
“Jawab aku, Erika…” Suaranya rendah, namun setiap suku kata terdengar seperti petir menggelegar di langit kemarau. “Apa yang sebenarnya terjadi hari itu? Kau yang membius Alina? Kau yang membuka pintu untuk Zidan?!”
Wajah Erika pucat, nyaris kehilangan warna. “Aku… hanya… aku tak bermaksud__”
“Jangan beri aku alasan!” Rama membentak, suaranya membelah keheningan seperti pedang. “Kau tahu betul betapa aku mencintai Alina. Tapi hari itu… aku menghancurkan semuanya, hanya karena aku mempercayai mata kepalaku sendiri. Dan semua itu... karena permainanmu, bukan?!”
Erika terdiam, terpojok. Bibirnya bergetar saat akhirnya ia bicara, pelan namun penuh racun.
“Aku mencintaimu, Rama. Sejak lama, jauh sebelum Alina masuk dalam hidupmu. Tapi kau terlalu buta untuk menyadarinya. Kau hanya melihat dia! Alina yang tiba-tiba merebut tempat yang selama ini... secara diam-diam kupeluk dalam harap. Dia merenggut perhatianmu dariku, rasa pedulimu... masa depan yang seharusnya untukku. Alina merebut semuanya!” Suaranya menggema dalam luka yang ia rawat sendiri.
Rama menggeleng, perlahan tapi pasti. Matanya nyalang, suaranya bergetar menahan kecewa.
“Erika, aku tak pernah mencintaimu... bahkan sejak awal. Kau tahu itu! Sebelum Alina hadir, bahkan saat aku terpuruk ditinggalkan Alina, meski kau selalu ada untukku… aku hanya menganggap mu sahabat. Tak lebih! Tapi kau malah memilih jalan pengkhianatan! Kau hancurkan hidupku… dan pernikahan yang aku perjuangkan.”
Alina melangkah maju, tatapannya menusuk antara luka dan keyakinan.
“Itu yang selalu kukatakan padamu, Mas. Sejak sebelum pernikahan kita, aku pernah bertanya… apakah benar tak ada rasa antara kalian berdua? Karena aku tahu, di antara laki-laki dan perempuan… persahabatan yang benar-benar murni jarang sekali ada. Tapi kau meyakinkanku, bahwa Erika tak pernah menyukaimu. Kau bahkan menuduhku cemburu… ketika kau tetap teguh menjadikannya sekretaris mu. Menemanimu dari pagi hingga malam. Sekarang, lihatlah sendiri… inilah hasil dari kepercayaan mu yang buta itu.”
Rama tercekat... wajahnya menegang, hatinya dihantam penyesalan yang datang terlalu larut.
Alina menoleh pada Erika, kini dengan sorot mata yang tak lagi menunjukkan amarah… tapi kehancuran.
“Kau hampir merenggut nyawa anakku, Erika. Bukan hanya rumah tanggaku yang kau hancurkan, tapi masa depan seorang anak yang bahkan belum sempat melihat dunia.”
“Itu karena aku terlalu mencintai, Rama…” lirih Erika.
Rama menatap Erika dengan pandangan dingin. “Jika itu yang kau sebut cinta, maka kau telah menodai makna cinta itu sendiri.”
Davin melangkah ke depan, berdiri kokoh di sisi Alina. Suaranya terdengar tenang, tapi menyimpan bara keadilan yang menyala.
“Erika, kau tak hanya bersalah secara moral tapi juga secara hukum. Aku punya bukti, rekaman CCTV hari itu. Dan aku bisa meminta pengacaraku menyiapkan berkasnya. Kau akan bertanggung jawab… sepenuhnya.”
Wajah Erika membelalak, panik. “Tidak, Tuan Davin! Tolong… kita bisa bicarakan ini baik-baik__”
“Tidak ada hal yang baik-baik saja! Kau menjebakku, menelanjaangiku dengan fitnah, menjatuhkan martabatku… cukup sudah! Sekarang, giliranmu berdiri di hadapan keadilan.” Timpal Alina dengan nada berat.
Davin melanjutkan, dia menatap Erika tanpa kompromi. “Cinta bukan alasan untuk menghancurkan orang lain, kau telah melewati batas! Dan... tak seorang pun berhak melukai orang lain dengan mengatasnamakan perasaan.”
Erika gemetar, bibirnya ingin berkata sesuatu… namun lidahnya kelu. Ia menoleh sejenak ke arah Dita, seolah meminta perlindungan namun akhirnya ia tetap bungkam. Ia masih berharap… bahwa Rama akan kembali padanya, sebab ia yakin Alina tak akan mungkin memaafkan kesalahan Rama. Terlebih, kini Alina sudah bersama Davin.
Rama tak berkata apa-apa, ia hanya menatap Erika dengan tatapan kosong... lalu memalingkan pandangan pada Daffa yang berdiri tak jauh, diam menyaksikan segalanya meski sepertinya anak itu tidak mengerti.
Dan saat itu juga, Rama sadar.
Sepertinya ia telah kehilangan bukan hanya istri dan anak. Tapi kepercayaan dari Alina yang mungkin... takkan pernah kembali.
Nyonya Ayunda yang sedari tadi menyaksikan adegan itu tanpa bersuara, akhirnya melangkah maju. Sorot matanya tajam, tubuhnya tegak dan setiap langkahnya membawa aura kuasa seorang wanita yang tak bisa dipermainkan. Ia berdiri tepat di hadapan Dita, lalu menarik lengan mantan madunya itu dengan sikap penuh pengendalian namun jelas berisi amarah.
“Pergilah!" Ucapnya dingin, namun setiap katanya terasa seperti gemuruh. “Bawa serta anakmu dan wanita yang satu jenis denganmu yang menjadikan cinta sebagai permainan murahan! Aku akan menyelidiki semuanya... termasuk, apakah kau ikut bermain dalam fitnah keji terhadap calon menantuku lima tahun lalu!”
Wajah Dita memucat, matanya membelalak panik. Ia tahu, jika rahasianya terbongkar maka Rama akan tahu kebenaran yang selama ini ia sembunyikan. Dengan gugup ia meraih tangan putranya dan mencoba menyeretnya pergi, dibuntuti oleh Erika yang sejak tadi hanya diam menunduk.
Namun Rama menahan langkah, melepaskan tarikan Dita dengan tegas lalu menatap Alina.
“Aku belum selesai! Alina, aku ingin bicara berdua denganmu… sebentar saja.” Suara Rama rendah namun mengandung gejolak.
Alina berdiri tenang, tapi sorot matanya membeku. “Jika kau ingin meminta maaf, sayangnya... aku belum siap memaafkan mu.”
Rama menggeleng pelan, suaranya sedikit gentar. “Bukan itu... aku hanya ingin tahu tentang acara ini. kau benar-benar menerima lamaran pria lain?”
Tatapan Alina meredup, ada luka lama yang nyaris bangkit di matanya. Namun sebelum keraguan sempat tumbuh, Davin menggenggam tangan Alina dengan mantap.
“Alina…” suara Davin lembut namun menguatkan.
Alina menoleh dan dalam sekejap, keraguan itu lenyap. Meski cintanya pada Davin belum sempurna, namun ia tahu luka bersama Rama tak lagi layak diperjuangkan. Masa lalu telah terkubur, masa depan telah menanti.
“Ya... aku menerima pinangan Mas Davin. Kami akan segera menikah. Dan… semoga kau bisa datang di hari pernikahan kami, Mas.”
Wajah Rama mengeras, ada getir yang sulit ia sembunyikan. “Alina, urusan kita belum selesai. Aku__”
“Kisah kita... sudah berakhir sejak lima tahun lalu. Saat kau meragukan kesetiaanku dan dengan mudah menyuruhku menggugurkan darah dagingku sendiri.” Potong Alina, suaranya tenang namun menggores hati Rama begitu dalam.
Rama terdiam namun matanya membasah, luka di dadanya seperti ditoreh ulang. Namun sebelum ia sempat berkata lagi, Dita kembali menarik lengannya dan menyereettnya pergi dari sana dengan paksa.
Acara pun berlanjut.
Syukurlah, para tamu yang hadir adalah keluarga besar Tuan Yudistira dan sahabat-sahabat Viola yang menjaga suasana tetap hangat. Meski badai sempat menyapa, tapi hari itu tetap menjadi hari bahagia bagi Alina dan Davin, awal dari perjalanan baru yang mereka pilih bersama meski akan selalu ada bayang-bayang masa lalu menghampiri.
.
.
.
Bersambung__