NovelToon NovelToon
KUTUKAN MAUT PADMINI

KUTUKAN MAUT PADMINI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:108k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Padmini, mahasiswi kedokteran – dipaksa menikah oleh sang Bibi, di hadapan raga tak bernyawa kedua orang tuanya, dengan dalih amanah terakhir sebelum ayah dan ibunya meninggal dunia.

Banyak kejanggalan yang hinggap dihati Padmini, tapi demi menghargai orang tuanya, ia setuju menikah dengan pria berprofesi sebagai Mantri di puskesmas. Dia pun terpaksa melepaskan cintanya pergi begitu saja.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Benarkah orang tua Padmini memberikan amanah demikian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

02 : Layaknya suami pencemburu

“Jangan sentuh istriku! Dasar keluarga pembunuh!” Bambang menarik belakang kerah kemeja pria yang bekerja sebagai pengelola keuangan bisnis milik mertuanya, sampai empunya ikut berdiri.

“Suami?” Adi langsung menoleh kebelakang, kakinya bergerak sesuai arah kepala. Ia tepis tangan lancang yang mencengkram kain. “Apa maksudmu?!”

Bambang menatap sinis, ia seperti seorang suami pencemburu. Ditepuk-tepuknya telapak tangan. “Padmini adalah istriku! Kami baru saja menikah beberapa jam yang lalu.”

Pria berpeci hitam dan wajah lesu itu secepat kilat memandang sang kekasih yang sudah dipacarinya selama dua tahun lamanya. “Benarkah itu, Ami?”

Padmini yang dipanggil dengan nama kesayangan dan hanya kedua orang tua, serta Rahardi saja diperbolehkan, memilih bungkam. Dia mengais tanah gundukan, meremas kuat seolah menyalurkan rasa kesakitannya.

Diam berarti benar, hal tersebut bagaikan suara petir disiang hari tanpa badai maupun langit mendung. “Tolong jelaskan ke Kakang! Sebenarnya apa yang telah terjadi, Ami?”

Permintaan tanpa adanya pemaksaan dikarenakan dia paham wanita yang menyembunyikan wajah di lipatan lutut itu jiwanya tengah terguncang.

Bambang tak tinggal diam, begitu lancang melompati makam ibu mertuanya. Menarik sedikit kasar lengan sang istri hingga beranjak. “Ayo pulang! Kau bukan lagi seorang gadis! Wajib menjaga martabat keluarga!”

Wajah Padmini bersimbah air mata, menatap nelangsa sang kekasih hati. “Ma_af, Kang. Kisah kita sampai di sini saja, aku telah menikah dengan pilihan Ayah dan Ibuk.”

“Berhenti!” suara tegas Rahardi, menghentikan langkah Bambang yang setengah menyeret Padmini.

“Dia manusia bukan binatang! Kedua orangtuanya memperlakukannya bak berlian, mengapa kau lancang sekali menyeretnya seperti seekor hewan!” Didorongnya dada Bambang sampai dia mundur nyaris terjengkang. Kemudian ditarik lembut lengan Padmini, dia bawah agak menjauh.

“Sakit kah ini?” tanyanya parau kala melihat bekas cengkeraman di pergelangan tangan sang wanita.

“Kang, tolong jangan buat gaduh! Aku tak mau bila mereka lebih parah lagi menyalahkan Paman atas kecelakaan maut itu,” beberapa kali telinganya mendengar kasak kusuk entah siapa yang menyebarkan fitnah.

Selentingan kabar mengatakan kalau ayahnya Rahardi, sengaja mencelakai kedua orang tua Padmini – supaya bila putranya menikahi putri tunggal pemilik perkebunan tebu dan sawah terluas perkampungan Hulu, maka derajat keluarganya akan ikutan terangkat.

“Apa karena itu juga kau menerima pernikahan aneh ini, Padmi? Tolong jawab!” Dagu sang kekasih ia tahan menggunakan telunjuk dan ibu jari, lalu secepatnya dilepaskan. Ingin rasanya dihapus lelehan air mata itu, tapi dirinya tidak ingin menjatuhkan kehormatan gadisnya.

“Iya. Aku tak mau mereka menghina Paman, dan kalian,” aku nya jujur.

“Ya Tuhan, Padmi. Sudah berapa kali Kakang katakan! Jangan dengarkan mereka! Yang terpenting, orang tua kita merestui, itu saja sudah cukup!” betapa gemasnya dia melihat sifat tidak enakan Padmini.

Bambang menatap tak suka, tapi dia menahan diri untuk tidak menyerang.

Beberapa orang yang masih disana memandang rendah pasangan yang sebelumnya sudah digadang-gadang akan menikah dalam waktu dekat.

“Dasar tak tahu malu, di pemakaman pun berani mereka memperlihatkan kemesraan.”

“Si Padmini juga, jadi perempuan murahan sangat – telah menikah tapi masih juga menggatal!”

Cibiran disertai tatapan merendahkan tertuju pada dua sosok yang berdiri berhadapan dan sama sekali tidak lagi bersentuhan.

Namun di wilayah mereka, bila berduaan dengan lawan jenis sudah melanggar peraturan adat yang ketat.

“Aku pun bingung, Kang. Ayah dan Ibuk sudah tahu kalau kita saling mencintai, dan mereka merestui. Namun tiba-tiba _”

“Padmini!” Sumi mendatangi sang keponakan, menarik kuat lengannya. “Kau itu sudah bersuami! Jaga marwah mu sebagai seorang wanita dan istri!”

“Dan kau, Rahardi!” Tudingnya menggunakan jari telunjuk. “Mulai hari ini, engkau dipecat! Juragan Pandu sendiri yang mengatakan sewaktu di puskesmas desa tetangga, sebelum dilarikan ke rumah sakit kota.”

Adi tertawa geli, tatapannya merendahkan. “Oh, jadi ini rencana kotor kalian, ya? Menyebarkan fitnah menuduh ayahku sengaja bunuh diri dan mencelakai kedua orang tua Padmini, tak lain ingin menguasai harta gadis malang yang baru saja kehilangan ayah dan ibunya.”

Ada getar pada netra hitam Sumi. Sebisa mungkin dia mengatur ekspresi. “Jangan asal menuduh kau! Kalau tak percaya, bisa tanyakan pada suamiku, dan tim penolong sewaktu di kejadian!”

Padmini ditarik paksa sampai langkahnya terseok-seok. Sebelum keluar dari area pemakaman, sosok memprihatinkan itu menoleh ke belakang, menatap sendu pria yang ia cintai.

Ingin rasanya Rahardi menerjang, dan membawa pergi sang kekasih hati. Namun hal tersebut sama saja dengan menjatuhkan martabat keluarga Padmini, dan menodai kehormatannya sebagai seorang gadis dikenal baik hati, lemah lembut, berjiwa welas asih.

Pria yang juga tengah berduka akibat kehilangan sang ayah itu hanya bisa memandang nanar. Dia akan mencari tahu dalang dibalik musibah besar ini.

***

Pada malam hari – kediaman paling besar di kampung Hulu, terlihat terang benderang. Empat buah lampu petromax dinyalakan menerangi ruangan luas, tikar plastik dan pandan sudah digelar.

Sumi dan suaminya, Wandi, serta Bambang – terlihat menyambut para tamu yang hendak tahlilan. Senyum mereka sendu, sorot mata pilu. Sesekali bibinya Padmini menyeka air mata di pipi, ia seperti belum ikhlas akan kehilangan adik sepupunya.

Para pemuda dan bapak-bapak, duduk rapi bersandar pada dinding tembok. Mereka bercengkrama dengan suara lirih seraya menunggu kedatangan pak ustadz yang akan memimpin acara tahlilan.

Di bagian dapur luas, ibu-ibu tengah sibuk menyiapkan teh hangat, dan kudapan berupa kue tradisional.

Padmini tidak ikut acara tahlilan, memilih mengurung diri di kamar kedua orang tuanya.

Dipandanginya potret hitam putih ayah dan ibunya dan ada juga dirinya yang tergantung di dinding tembok. Air matanya kembali berderai, sesekali isak tangisnya lolos.

“Padmi.” Rinda dan Sundari masuk ke kamar bercahayakan lampu minyak.

“Kau tak ikut melantunkan doa untuk kedua orang tuamu?” Sundari merangkul sang sepupu yang duduk di atas tilam sambil memeluk lututnya.

Rinda meletakkan nampan berisi nasi dan lauk, serta teh hangat di meja rias kayu jati.

“Aku disini saja,” jawabnya lirih, masih dengan posisinya memeluk lutut.

“Padmi, aku suapi ya? Sedari siang ku perhatikan kau sama sekali tak ada makan apapun. Mau, ya?” tanya Rinda dengan nada membujuk.

“Aku belum lapar, sama sekali tak berselera.”

“Kalau tak mau makan, paling tidak minum teh hangatnya. Supaya tak lemas badanmu, dan perutmu pun menjadi hangat,” rayu Sundari penuh perhatian.

Akhirnya Padmini mengangguk. Menerima gelas kaca bening berisi teh. Ia meneguk sedikit minuman hangat itu, keningnya mengernyit kala lidahnya terasa getir.

“Kenapa?” tanya Rinda, memandang lembut.

“Rasanya lebih pahit dari yang biasa kuminum,” jawab Padmini, ia memperhatikan warna teh yang sangat pekat, lalu kembali meneguk minumannya.

“Ya itu karena gulanya dikurangi dan daun tehnya dibanyakin, jadinya sedikit pahit,” Sundari memberikan alasan masuk akal.

Segelas teh pun sudah tandas. Rinda mengambil wadah minuman dalam genggaman Padmini, kembali meletakkan di meja rias.

Tidak lama kemudian, pandangan mata Padmini mengabur, kepalanya terasa berat sekali. “Kenapa aku jadi pusing dan mengantuk, ya ...?”

.

.

Bersambung.

1
lyani
enaknya kalian menikmati aroma
ryvii putriee
balas dendam terkeren ini mah thor🤣
Salim ah
wkwkwkw ...ketawa jahat dulu lah baru komen😃😂
ini yg dinamakan pesta meriah Thor🤔 bukan pesta tapi ajang mencari WC atu kamar mandi mau buang hajat🙄😃
pasti ini ulah Padmini ,, betul begitu padmi , rasakan Sumi pingin disanjung ehh mlh pada minta pertanggung jawaban
Betri Betmawati
😄😄 pesta pernikahan Sundari JD pesta taik 🤮🤮
Fera Susanti
aku mual🤮🤮🤮
AFPA
bagus cerita karya ka cublik..
AFPA
Gak kepikiran huru haranya macam begini..
mantul thor...
dicerita satunya bikin mewek ga berenti
disini ngakak smp sakit perut
smangat kaka..sehat² sll
AFPA
haissh..bambang..aku merinding disko
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Sesuai harapan kalian kan, pestanya meriah🤣🤣 tapi meriah sama orang yg lari pontang panting sambil teriak² sakit perut dan nyari jamban🤣🤣🤣 puas aku😁
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ: 🤣🤣🤣🤣 asli ngakak, puas banget aku. gak kebayang gimana malunya mereka, bisa jadi gosip hot sepanjang masa itu🤣🤣🤣
total 2 replies
Aprisya
waah pesta pernikahan yang selalu dikenang untuk selamanya🤣🤣🤣🤣🤣
Cublik: Sampai ke anak cucu kisahnya 🤣
total 1 replies
Al Fatih
Tadi pas baca, mau langsung komen,, eh malah ketiduran 🤭.
Aq suka ide mu Kaka,, bener2 ga d sangka2..., biasanya kalo ad hajatan,, kericuhan yg d khawatirkan itu seperti tiba2 ad yg kesurupan,, atw ad yg mabuk trus berkelahi,, dan kalo pun ad yg keracunan makanan,, taunya setelah pulang k rumah.
Lha ini...,, keren ...,, keributan,, kepanikan,, ketegangan dan jangan lupa bau yg luar binasa bikin orang muntah2 serta pemandangan yang menjijikan. Benar kata Sundari...,, ini pernikahan yg terkutuk 🤣
Al Fatih: Dirimu niat banget bikin orang sekampung trauma seumur hidup yaa Kaka 🤣
total 2 replies
ora
Perut ku bergejolak membaca bab ini. Nggak kebayang baunya sampai berhari-hari🤢🤣
Cublik: Mana musim kemarau 🤣🤣🤣
total 1 replies
ora
Wah ... bakal sangat subur tu halamannya🤢😅
ora
Nggak kebayang sebau apa🤣
ora
😭🤣🤣🤣bangkai nggak tuh🤧
Sulis Wati
hueekkk, ga kebayang wkwkwkwkw
mana di kamar pengantin juga ada🤣🤣
Cublik: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Yanti Farida
ya ampun untung baca sekarang bukan pas lgi makan tapi ini jga enek perut bayanginnya🤭
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
rasain kalian emang enak diare berjamaah jd nikmatilah 😏😏
Cublik: Sakit perut berjamaah, kasihan Sundari 🤣
total 1 replies
Eli Rahma
lautan eek...🤣🤣🤣
Cublik: Sundari semaput 🤣
total 1 replies
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
tambang emas🤣🤣
Cublik: Astaga 🤣🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!