Suatu rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna milik Juliette. Bermula dari pertemuan dengan seorang pria yang bernama Ronald sehingga mereka menjalin hubungan asmara yang diisi dengan suka duka, up and down, intrik dan terkuatnya sebuah rahasia. Mampukah Juliette mempertahankan hubungan asmaranya yang tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka?
Di rangkaian kata - kata kisah cinta milik Juliette inilah tertulis sehingga terbentuk Alenia Cinta Milik Juliette.
Happy reading 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencanaku
Sang surya memancarkan cahaya terang benderang yang menghangatkan bumi dan seisinya. Sinarnya menyusup celah-celah gorden dan ventilasi udara ke dalam studio apartment yang disewa oleh Juliette sehingga pencahayaan di ruangan itu tampak temaram. Silau cahaya matahari tidak mengusik tidur lelapnya Juliette yang masih betah berada di alam mimpinya. Tubuhnya Juliette berada di dalam selimut tebal dengan posisi telentang.
Kringggg ....
Kringggg ....
Kringggg ....
Jam weker klasik berbunyi nyaring yang memekakkan telinga. Bergetar di atas nakas sebelah kanan tempat tidur. Kedua kelopak matanya bergerak sayup-sayup, kemudian mengerjap dengan perlahan untuk menyesuaikan dengan cahaya temaram di dalam kamarnya. Dia menggeliatkan tubuhnya dengan kedua mata yang masih belum terbuka sempurna. Tangan kanannya meraba-raba untuk menggapai jam weker yang masih berbunyi berisik.
Juliette berhasil meraih jam wekernya. Memencet sebuah tombol untuk memastikan alarmnya.. Menaruh jam wekernya ke tempat semula. Dia bangun dari posisi telentang ke posisi duduk dengan menyandarkan punggungnya di headboard.. Kedua tangannya mengusap-usap daun telinganya yang terasa berdenging karena bisingnya bunyi alarm jam weker tadi.
Kedua kelopak matanya masih terkantuk-kantuk ketika smartphone miliknya bergetar. Juliette menoleh ke smartphone itu yang berada di atas nakas sebelah kiri tempat tidur. Menyambar smartphone miliknya, lalu tersenyum senang melihat tulisan Ronald di layar ponselnya. Menyentuh ikon hijau untuk menjawab panggilan telepon itu. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.
"Hallo," sapa Juliette dengan suara khas orang yang baru bangun tidur.
"Hallo cantik, kamu baru bangun tidur ya?" ucap Ronald lembut dan hangat.
"Iya, ada apa Ronald?"
"Nanti malam kamu ada jadwal praktek di klinik?"
"Nggak ada."
"Nanti malam aku jemput kamu untuk makan malam ya."
"Ok, kamu sudah tahu alamat tempat tinggal yang sekarang?"
"Memangnya kamu pindah ke mana?"
"Di sebuah apartement kecil yang berada di dekat klinik. Nanti aku share lokasinya."
"Ok aku tunggu. Kenapa kamu pindah Cantik?"
"Ehm.... beberapa hari yang lalu aku bertengkar dengan keluargaku sampai aku di usir dari mansion. Mereka tidak setuju dengan keinginanku yang ingin tinggal di sebuah tempat yang dekat dengan Cedars-Sinai. Aku tetap mempertahankan keinginanku."
"Kamu benar-benar wanita yang berprinsip. Tapi kamu tidak apa-apa kan berpisah dengan mereka?"
"Selama ini aku baik-baik saja. Ro, udah dulu ya, aku mau ke kamar mandi."
Tiba-tiba sambungan telepon itu dimatikan secara sepihak oleh Juliette. Menjauhkan smartphone miliknya dari telinga kirinya. Menyentuh beberapa ikon di layar smartphone miliknya untuk menghubungi Ryan yang berada di markasnya. Mendekatkan benda persegi panjang itu ke telinga kirinya. Mendengar beberapa kali nada sambung hingga panggilan telepon itu dijawab.
"Hallo Bro?" ucap Ryan santai.
"Bagaimana perkembangan pengiriman barang kita?"
"Masih belum ada kabar dari Eddy. Oh ya, bagaimana perkembangan hubungan kamu dengan Juliette?"
"Belum ada perkembangan apa-apa."
"Berarti semalam kalian tidak jadi bercinta?"
Dengan kesal Ronald menjauhkan benda pipih itu dari telinga kirinya. Menyentuh ikon merah untuk mematikan sambungan telepon itu. Ronald menaruh smartphone miliknya ke atas meja kerjanya. Memutarkan kursi kerjanya sehingga dia melihat pemandangan kota New York. Memikirkan keberadaan barang-barang ilegal milik organisasi kartelnya yang masih belum jelas dan memikirkan cara mengatasi jika barang-barangnya itu disabotase sehingga kepalanya pusing tujuh keliling. Memijat pelipisnya dengan perlahan.
Tok ... tok ...
"Tuan, ini saya Leo!"
"Masuk Leo!" ucap Ronald.
Ronald memutarkan kursinya ketika pintu ruang kerjanya terbuka lebar sehingga memperlihatkan Leo yang sedang membawa beberapa berkas. Leo masuk ke dalam dengan langkah tegap. Menghentikan langkah kakinya di depan meja kerjanya Ronald. Leo memberikan semua berkas itu ke Ronald dengan sopan. Ronald menerima semua berkas itu., lalu menyimpan semua berkas itu di atas meja.
"Itu semua laporan dari setiap divisi perusahaan di sini Tuan," ucap Leo sopan.
"Baik Leo, oh ya kamu sudah memesan tempat di salah satu restaurant wilayah Armonk?"
"Sudah Tuan, saya sudah menyiapkan semuanya, semua ruangan restaurant itu sudah dipesan atas nama Tuan. Nama restaurantnya The Beehive."
"Ok, terima kasih Leo."
"Sama-sama Tuan, saya pamit pergi Tuan."
Ronald menganggukkan kepalanya sebagai respon dari ucapan Leo. Leo memutarkan badannya. Melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerjanya Ronald. Pintu ruangan itu ditutup oleh Leo. Leo melipat kedua tangannya di atas meja. Tersenyum miring ketika mendapatkan ide untuk mendapatkan Juliette seutuhnya malam ini. Dia tidak mau acara malam ini batal ataupun tidak sesuai dengan rencananya.
"Aku harus merealisasikan rencanaku."