Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....
Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.
Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....
Happy reading....😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 : Kamar 121
“Hari ini elo ceria banget, Jo?” tanya Lilian, melihat sahabatnya tersenyum lebar.
“Ah, masa sih. Perasaan biasa aja?” Jo memegangj pipinya sambil tersenyum manis.
“Apa ada yang buat elo seneng?” tanya gadis itu lagi.
“Biasa aja,” sahut Jo, tersenyum malu-malu.
“Jangan-jangan Kapten Tyo nembak elo?” tebak Lilian.
“Ish, jangan suka bikin gosip elo, Li. Gue dan Kapten Tyo nggak ada hubungan apa-apa?”
“Masa?” Lilian mencebik tidak percaya. Pasalnya, beberapa kali ia memergoki Kapten Tyo mencuri-curi pandang terhadap sahabatnya satu itu.
“Tapi gue rasa, kapten Tyo ada fair sama elo, Jo?”
“Cuma perasaan elo aja kale? Gue biasa aja. Nggak ngerasa apa-apa,” kata gadis cantik itu.
“Gue serius, Dodol? Elo aja yang nggak peka?” kata Lilian. Jo hanya mengedikan bahu acuh.
“Joanna….?” panggil seseorang.
“Tuh…..kan. Panjang umur dia? Baru juga diomongin. Datang orangnya….?” kata Lilian menunjuk pria bernama Tyo dengan dagunya.
“Eh, kapten Tyo. Ada apa ya?” Jo berusaha untuk bersikap biasa saja, meskipun sejujurnya dia tahu bahwa pria itu memang ada hati dengannya. Namun Jo berusaha untuk abai, karena ia sadar sudah memiliki suami.
“Sudah siap penerbangan ke Jepang?”
“Siap dong, Kapt! Alhamdulillah,” kata gadis itu mengulas senyum.
“Ini buat kamu biar kerjanya tambah semangat!” kata pria itu seraya menyerahkan paper bag kecil pada gadis cantik itu.
“Apa ini, Kapt?” tanya Jo.
“Vitamin dan makanan sehat, sangat baik untuk kita yang bekerja tak kenal waktu,” kata pria itu tersenyum manis.
Kapten Tyo memiliki aura yang kuat dan karismatik saat mengenakan seragam pilotnya. Kulitnya yang kecoklatan menambah kesan tangguh dan maskulin, sementara senyumannya yang hangat bisa membuat siapa saja merasa nyaman. Banyak penumpang, terutama wanita, yang tidak bisa tidak memandangnya dengan kagum dan takjub.
Di antara mereka ada beberapa pramugari cantik yang belum menikah, yang secara diam-diam mengidamkan Kapten Tyo. Mereka sering kali berusaha untuk mendapatkan perhatiannya, entah dengan menawarkan minuman tambahan atau dengan senyum manis saat memberikan pengarahan keselamatan. Namun, Kapten Tyo tetap profesional dan ramah, tanpa memberikan harapan lebih kepada siapa pun.
Keduanya sering bertemu dalam penerbangan, dan Kapten Tyo selalu menyambutnya dengan hangat. Meskipun banyak yang mengagumi Kapten Tyo, Jo hanya menganggapnya sebagai teman baik. Tidak ada getaran khusus atau perasaan romantis yang muncul dalam benak saat berinteraksi dengan pria tampan itu.
Joanna merasa nyaman dengan perhatian Kapten Tyo, tetapi dia tidak pernah memikirkan hubungan mereka lebih dari sekadar teman.
“Terima kasih banyak, Kapten. Aku rasa ini sangat berlebihan?” kata Jo.
“Sama sekali tidak berlebihan,” timpal pria itu.
“Lah, buat gue mana, Kapt? Masa cuma Jo yang dikasih….?” sela Lilian merasa iri.
“Maaf, Li. Tapi aku beli vitamin itu khusus buat Joanna,” kata pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Wah, ini sih nggak adil namanya,” kelakar gadis itu, guyon.
“Hehehe, sorry,” ucap kapten Tyo tersenyum manis.
“Ya udah. Saya duluan. Manasin mesin pesawat….!” pamitnya.
“Sekali lagi terimakasih ya, Kapt?” ucap Jo.
“Sama-sama,” kata pria itu, “Bye, Jo!”
Jo menganggukkan kepalanya, mempersilahkan pria itu pergi duluan. Setelahnya dia dan Lilian menyusul masuk ke dalam pesawat.
Sebelum pesawat lepas landas, pramugari memiliki tugas penting yang harus dilakukan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan penumpang, yakni diantaranya, pemeriksaan kabin.
Pramugari memeriksa kabin untuk memastikan semua barang dan peralatan berada di tempat yang aman dan siap untuk lepas landas.
Lalu selanjutnya, pengecekan sabuk pengaman. Mereka memastikan semua penumpang telah memasang sabuk pengaman dengan benar dan memberikan pengarahan tentang cara menggunakan.
Kemudian, pengarahan keselamatan. Pramugari memberikan pengarahan keselamatan kepada penumpang, termasuk cara menggunakan masker oksigen, jaket pelampung, dan pintu darurat.
Setelah itu, pemeriksaan darurat. Para pramugari memeriksa bahwa semua peralatan darurat, seperti kotak P3K dan peralatan keselamatan lainnya, tersedia dan siap digunakan.
Komunikasi dengan awak kabin lain juga tak ketinggalan untuk dilakukan, untuk memastikan semua prosedur keselamatan diikuti dan tugas-tugas dibagi dengan baik.
Pemberitahuan kepada penumpang tidak kalah penting, seperti rute, waktu penerbangan, dan prosedur keselamatan.
Terakhir, pemeriksaan pintu dan jendela kabin tertutup dengan baik dan semua penumpang siap untuk lepas landas.
Joanna terhenyak begitu salah satu penumpangnya sangat ia kenali.
Bram.
Ya, Saat Jo sedang bertugas sebagai pramugari, dia merasa sedikit terkejut ketika melihat suaminya, Bram, duduk di salah satu kabin tengah. Bram tidak pernah membahas tentang perjalanannya ke Jepang, padahal kemarin mereka menghabiskan waktu selama 3 hari, tapi Bram tidak memberitahukannya sebelumnya.
Meskipun mungkin hanya kebetulan belaka, Jo tidak bisa tidak merasa sedikit grogi ketika tatapan tajam Bram bertemu dengannya. Sebagai seorang pramugari, Jo berusaha untuk tetap profesional dan tidak membiarkan perasaan pribadinya mempengaruhi pekerjaan.
Dengan senyum ramah dan sopan, Joanna melayani para penumpang pesawat dengan baik. Dia menawarkan minuman, makanan, dan memberikan pengarahan keselamatan dengan jelas dan profesional. Meskipun dia merasa sedikit terganggu oleh kehadiran sang suami, Jo berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan dan memberikan pelayanan terbaik kepada semua penumpang.
Saat melayani Bram, Jo berusaha untuk tetap netral dan tidak menunjukkan perasaan apa pun. Dia menyambutnya dengan senyum ramah, lalu menawarkan minuman atau makanan dengan nada yang sama seperti saat melayani penumpang lainnya.
Perasaannya campur aduk, tapi Jo tetap berkomitmen untuk menjalankan tugasnya dengan profesionalisme yang tinggi.
Setelah setengah jam penerbangan, Jo melanjutkan tugasnya dengan baik, memastikan semua penumpang merasa nyaman dan aman selama perjalanan. Meskipun pertemuan tak terduga dengan sang suami sedikit mengejutkan, Jo berhasil menjaga profesionalismenya dan memberikan pelayanan yang baik kepada semua penumpang, termasuk suaminya sendiri.
-
-
Setelah perjalanan yang nyaman dan aman selama kurang lebih 7 jam, pesawat akhirnya mendarat dengan mulus di Bandara internasional Haneda. Para penumpang mulai bersiap untuk turun dari pesawat, sementara pramugari lainnya dengan sabar dan ramah mengarahkan mereka untuk meninggalkan pesawat dengan hati-hati.
"Terima kasih atas perhatiannya, selamat datang di Jepang!" ucap salah satu pramugari dengan senyum hangat.
Satu persatu pramugari juga turun meninggalkan pesawat, biasanya mereka akan menempati hotel yang terdekat dari bandara.
“Jo, elo sekamar sama gue ya?” kata Lilian saat mereka keluar dari pesawat bersamaan.
“Okey,”
Saat sedang berjalan dengan Lilian, tiba-tiba, ponselnya bergetar dan mengeluarkan suara notifikasi pesan masuk. Jo segera meraih ponselnya dan melihat layar yang menyala.
Dengan sedikit keingintahuan, Jo memeriksa siapa yang mengiriminya pesan. Ketika dia melihat nama Bram muncul di layar, Jo merasa sedikit terkejut.
“Daddy,” gumam gadis itu lirih, menatap layar ponsel yang menampilkan nama suaminya di sana.
Jo membuka pesan tersebut dan membaca isinya.
Dengan pikiran yang sedikit berantakan, Jo memandang Lilian yang sedang berjalan di sampingnya.
“Li, gue ke toilet dulu? Elo mau ke toilet nggak?” tanya Jo sedikit gugup.
“Ah, iya. Gue juga mau pipis. Nanti ngompol lagi?” katanya sambil terkekeh.
“Ya udah. Ayo!”
Mereka masuk ke toilet terdekat. Sambil duduk di kloset, Jo membalas pesan-pesan suaminya.
DADDY : Kamu langsung balik atau masih kerja? ( send )
Joanna : Masih ( send )
DADDY : Kamu menginap di hotel mana? ( send )
Joanna : Hotel X yang dekat dengan bandara. Kenapa? ( send )
Daddy, kenapa bisa di sini? Apakah Daddy memata-matai ku? ( send )
DADDY : Jangan kegeeran ( send )
Aku ada bisnis di sini ( send )
Membaca balasan dari suaminya,.Joanna pun terkekeh geli.
Joanna : Oh. Aku kira…( Emoticon tertawa )~ (send)
Padahal sudah berharap, Daddy sengaja mengikuti ku ( send )
Senyap sejenak. Karena saat itu Bram sedang memesan kamar hotelnya.
DADDY : Aku menginap di hotel yang sama dengan kamu. DI kamar 121. Datanglah nanti malam (Send)
Bola mata Joanna membulat, tapi tersenyum juga.
Joanna : Mau ngapain? ( Send )
DADDY : Datang saja. Ini perintah suami
Joanna : Modus ( Emoticon sebel)~ ( Send)
DADDY : Aku tunggu. Nggak suka denger penolakan ( Send )
Joanna : Nggak janji ( Send )
Setelah itu Bram tidak membalasnya lagi. Padahal Joanna sudah berharap sang suami membalas chat-nya. Entah kenapa hatinya berbunga-bunga ketika dirinya mendapatkan balasan chat dari suaminya itu.
Karena tak kunjung ada balasan lagi, Joanna pun memutuskan keluar dari toilet. Ternyata Lilian sudah berdiri di depan pintu toilet. Wajahnya cemberut karena sudah menunggu lama. Joanna pun hanya terkekeh kecil.
“Abis boker Lo?”
“Ish, apaan sih?” kesal gadis itu menutup mulut sahabatnya dengan tangan. Bukannya marah, Lilian malah tertawa terbahak-bahak.
*****
Malam harinya, disaat semua orang terlelap. Joanna meninggalkan kamar hotelnya, dia berjalan menyusuri lorong, dan menemukan nomor kamar tempat suaminya menginap.
Dengan pelan dia mengetuk pintu kamar hotel suaminya. Begitu pintu dibuka dari dalam, Bram langsung menarik tangan Joanna masuk ke dalam.
“Dad, kau mengagetkanku?” pekik Jo, gemas karena Bram menarik tangannya begitu saja.
“Kenapa lama?” tanya pria itu.
“Aku harus memastikan teman satu kamarku terlelap,” kata Jo, memberi alasan.
Jo menatap takjub kamar hotel suaminya yang langsung mengambil view dengan pemandangan yang sangat indah. Kelap-kelip lampu dari arah bandara terlihat sangat indah dan menakjubkan. Ditambah dengan pemandangan lampu kota di malam hari.
Tapi mungkin jika menjelang pagi, pemandangan di sana akan terlihat jauh lebih indah. Jo berkeliling hotel, melihat seluk beluk kamar suaminya yang lebih luas dari kamar hotelnya.
Sementara Bram diam hanya memandangi Jo yang berjalan kesana kemari.
Seolah terhipnotis, Bram langsung mendekat ke arah Jo, menarik tangannya, dan mendorongnya hingga telentang di tempat tidur ukuran big size.
Entahlah. Jerat perempuan itu benar-benar kuat sekali. Bram sama sekali tidak bisa menolaknya. Hanya menatap perempuan itu, adik kecil Bram sudah langsung berdiri.
Apalagi tadi saat di pesawat. Rasanya ia ingin sekali menerkam Jo. Istrinya itu begitu menggoda dan cantik. Pesonanya sudah membuat Bram berpaling ke lain hati.
Benarkah dia jatuh cinta dengan istri keduanya itu?
Ah, entahlah. Dia sendiri masih bingung dengan perasaannya.
Saat bersama dengan istri keduanya, gairah Bram begitu tak bisa terbendung. Dorongan nafsunya begitu kuat, hampir memabukkan, membuatnya lupa pada segalanya ketika mereka bersatu. Pintu kamar tertutup, dan dunia luar seakan terhapus. Bram, lepas kendali, larut dalam intensitas kebersamaan, yang terjadi berulang kali setiap malam.
Di sisi lain, Joanna, mampu memberi kenyamanan yang luar biasa tanpa banyak kata. Meski tanpa permintaan maupun keluhan, kehadirannya sukses meluluhkan hati Bram. Dan yang terpenting, tak ada rasa penyesalan yang mengendap di benak Bram, hanya ketenangan yang menyejukkan hatinya setelah badai gairahnya mereda.
Dengan perasaan yang bercampur aduk, Bram merasakan kulit halus Jo melalui ujung jari-jarinya. Saat memandangi istri yang mengenakan dress mini itu, hatinya berdetak kencang, seolah terhipnotis oleh keindahan yang tak terkatakan. Sepotong rasa takjub mengiringi napasnya yang tercekat. Jo, begitu memesona di matanya.
“Kamu cantik sekali, Honey?” ucap Bram penuh nafsu.
“Benarkah? Apa Daddy mencintaiku?” tanya gadis itu, merangkulkan kedua tangannya di leher kokoh sang suami.
“Ya, aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Tetaplah bersamaku, Sayang?”
Nafsu Bram sudah tak terkendali, libidonya benar-benar sudah meledak, hingga Bram bernafsu kepada istri keduanya itu.
Tangan Bram sudah magerayangi setiap lekuk tubuh sang istri.
Tatapan mereka saling bertemu, jantung keduanya sama-sama berdegup kencang. Perasaan yang pernah ada untuk Rosa, kini ia juga rasakan pada Joanna Alexandra, istri keduanya.
Dengan setiap tarikan napas yang mereka hembuskan, jarak antara mereka semakin menipis. Ketegangan menggantung di udara, membuat waktu seakan berhenti. Hingga tak ada yang tersisa di antara mereka selain hembusan nafas yang memanas dan desir hati yang tak terbendung. Pada akhirnya, bibir mereka bertaut dalam sebuah ciuman yang mencakar nyawa, membebaskan semua hasrat terpendam yang selama ini terkunci. Setiap sentuhan bibirnya adalah petir yang menyetrum jiwa, membuat keduanya terhanyut dalam samudera gairah yang tak terbatas.
TBC....
Komen ya jangan lupa!!!!!
Vote, Vote,.Vote......