Aylin Buana pergi ke klub malam untuk pertama kalinya karena ajakan dari sahabatnya setelah dia melihat tunangannya berciuman dengan seorang wanita di ruang kerja. Di meja bar ada seorang pria botak yang tertarik akan kecantikannya Aylin dan memasukkan obat ke minumannya Aylin. Namun, ada seorang pria ganteng yang berhasil menyelamatkan Aylin dari niat busuk pria botak hidung belang itu. Keesokan harinya Aylin membuka mata dan menemukan dirinya tidur di atas lengan kokoh dan dirinya memakai jubah mandi lalu dia bersitatap dengan senyuman seorang cowok ganteng. Aylin awalnya benci dengan cowok ganteng itu tapi kemudian menjalin kasih dengan cowok ganteng itu. Sayangnya pada akhirnya mereka berpisah karena ego masing-masing. Lalu Aylin dinikahkan dengan cowok pilihan mamanya. Aylin memiliki suami yang sempurna. Namun, Aylin tidak bahagia. Aylin selalu merindukan mantannya, si cowok ganteng itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit Hati
Gionatan berhasil mengejar Aylin dan menarik lengan Aylin.
Aylin memutar badan sambil menghempas tangan Gionatan.
"Aku akan terus mengejar kamu. Bodo amat kamu udah nikah dan punya anak, Ay. Aku yakin masih ada rasa untuk aku. Igauan kamu......igauan kamu......" Gionatan menepuk dadanya dengan linangan airmata.
Aylin menipiskan bibirnya lalu berkata dengan suara serak, "Oh kamu mau tahu banget kenapa aku ngigau, jangan pergi, Gio!"
Gionatan mengusap ingusnya dengan lengan kemejanya sambil menganggukkan kepala.
Aylin menunjuk dadanya dan menatap tajam mantan terindahnya, "Itu karena aku ingin memanjakan rasa sakit hatiku ke kamu. Boleh, kan, sekali-kali aku memanjakan rasa sakit hatiku ini? Bukan untuk mendendam, Gio!"
Gionatan menggelengkan kepala dan semakin deras airmatanya, "Aku tahu kamu bukan cewek pendendam. Kamu berhati malaikat, Ay. Kenapa kamu ingin memanjakan rasa sakit hati kamu ke aku, Ay?"
Aylin mengusap dadanya dan menatap Gionatan tajam di balik derai airmatanya, "karena terkadang rasa sakit hati ini mengingatkan aku bahwa aku pantas untuk dihargai" Aylin memberikan penekanan yang sangat tegas di kata terakhirnya.
Gionatan berhasil meraih tangan Aylin lalu dia menggenggam erat tangan itu sambil berkata, "Ay, kamu tidak bahagia. Suami kamu berlaku kasar, kan? Suami kamu itu........."
Aylin menarik tangannya dan melotot ke Gionatan, matanya Aylin tampak merah karena airmata yang terus keluar dan itu membuat Gionatan hampir gila. Dia sangat membenci airmata yang keluar dari dua kelopak mata indah perempuan yang sangat dia cintai. "Jangan menangis lagi, Ay!" Gionatan menarik Aylin ke dalam pelukannya dan mendekap Aylin erat. "Maafkan aku! Huhuhuhu! Maafkan aku ay!" Gionatan menyusupkan wajahnya ke pucuk kepalanya Aylin, "Aku sungguh-sungguh minta maaf, Ay!" Hembusan napas Gionatan terasa panas di pucuk kepalanya Aylin.
Aylin mendorong kasar dada Gionatan sambil berteriak kencang, "Aku sudah bilang jangan sentuh aku lagi!"
Gionatan bersimpuh di depan Aylin lalu cowok ganteng itu menunduk sampai keningnya membentur lantai terasa belakang kafe. "Maafkan aku!"
Aylin mendongak menatap langit-langit teras belakang kafe.
Kenapa rasanya lebih sakit daripada sebelum aku mengatakan semuanya ke Gio? Aylin mengusap pipinya dengan kasar lalu dia berbalik badan dengan cepat meninggalkan Gionatan yang masih bersujud dan terus menangis sambil bergumam, "Maafkan aku, Ay!"
Aylin dikejutkan dengan kemunculannya Tamara dan Bagas. Langit berada dalam gendongan dan dekapan hangatnya Tamara, "Anak kamu tidur" Dan Bagas menggendong anak kecil yang lebih tinggi dari Langit.
Tamara mengikuti arah pandangnya Aylin, "Terbukti aku tidak mandul, Lin. Ini anakku dan Bagas. Namanya Mada"
Tamara dan Bagas tidak menanyakan di mana Gionatan dan kenapa wajah Aylin sembab.
Tamara berkata, "Aku akan antar kamu pulang!"
"Tidak usah. Aku ada supir. Supirku menunggu di parkiran depan" Aylin merengkuh Langit ke dalam gendongannya lalu berkata ke Tamara, "Terima kasih sudah menahan Langit. Aku pulang dulu"
Tamara mengusap lembut pundak Aylin sambil berkata, "Aku akan berkunjung ke rumah kamu nanti malam sekalian kasih oleh-oleh"
Aylin menganggukkan kepala lalu Tamara mencium pipi Aylin dan Langit bergantian.
Aylin tersenyum ke Tamara dan menganggukkan kepala ke Bagas. Lalu, perempuan cantik itu melangkah ke pintu keluar.
Bagas menarik lembut pinggang istrinya lalu berkata, "Andai saja kita bisa memutar waktu dan kita tidak berada di Jepang saat itu"
"Semua sudah berlalu. Inilah yang namanya takdir. Tidak bisa kita hindari sekuat apapun kita berlari" Sahut Bagas.
Tamara menyandarkan kepala di bahu kekar suaminya lalu menghela napas panjang.
Sementara itu, Theo tengah berhadapan dengan tiga Abang kandungnya. Leo dan Bened. Leo dan Theo saudara kembar identik. Hanya Bened yang bisa membedakan yang mana Theo dan yang mana Leo.
"Kenapa kalian ke sini? Bukankah bisnis kalian tengah naik daun di Jerman sana? Kenapa kalian memiliki waktu menemuiku?" Tanya Theo dengan kening bergelombang. Dia merasakan ada sesuatu yang suram di kedua wajah Abang kandungnya.
"Kamu ingin menjauh dari bisnis kotornya The Colombo?" Suara dalam dan tatapan dinginya Bened menyerang Theo.
"Itu benar. Aku ingin memberikan hidup normal untuk anak dan istriku karena aku sangat mencintai mereka" Jawab Theo dengan wajah tenang dan datar.
"Kamu egois, Theo!" Geram Leo.
"Kenapa aku egois? Aku sudah menyelesaikan semua kewajiban aku di The Colombo dan aku juga sudah mencarikan penggantiku. Tinggal urusan legal aja yang harus aku selesaikan, perjanjian pemutusan hubungan bisnis aku dengan The Colombo"Ucap Theo santai.
"Cih! Not that easy, Man!" Geram Leo. "Sejak kecil kita selalu bersama dan mati pun kita harus bersama.
"Apa artinya?" Kening Theo semakin bergelombang dan mulutnya berkerut.
"Artinya selamanya kamu nggak boleh lepas dari The Colombo!" Sahut Bened.
Bened adalah kakak tertua dari The Colombo.
"Aku tidak akan melaporkan bisnis kotornya The Colombo ke pihak berwajib"
Brak! Leo menggebrak meja.
Theo sontak berteriak, "Kamu mau duel sama aku, hah?!"
"Ayo maju!" Teriak Leo sambil berdiri.
Bened menyahut cepat, "Percuma saja duel! Kalian hanya akan saling tonjok dan masuk rumah sakit. Tapi, permasalahan ini tidak akan selesai"
Leo menghempaskan badannya ke sofa dengan kasar dan mata berkedut.
"Permasalahannya sudah selesai. Aku sudah menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawabku di The Colombo. Aku hendak menemui kalian setelah legal selesai. Setelah itu jangan hubungkan aku lagi dengan bisnis kotornya The Colombo! Aku butuh ketenangan. Anak dan istriku butuh ketenangan" Ucap Theo dengan suara yang sangat dalam dan tatapannya memohon ke kedua Abang kandungnya.
"Tidak bisa, Theo" Bened yang lebih sabar karakternya, tidak salah! Bukan sabar. Emm, lebih tenang pembawaannya. Namun, Bened hatinya lebih hitam dan lebih kejam daripada Theo dan Leo meskipun pembawaannya paling tenang dan terkesan sabar.
"Kenapa tidak bisa?" Sembur Theo.
Leo hanya diam membisu dan memilih untuk menyalakan cerutunya.
"Kamu lupa bahwa kamu pernah membunuh tuan muda geng Kelabang......."
Theo dengan sigap memotong ucapannya Bened, "Dia mati? Akhirnya dia mati?" Theo memajukan badannya lalu menumpukan berat badannya ke kedua lengan kekarnya yang bersandar pada kedua pahanya.
"Iya. Dia mati. Aku dan Leo yang meredam amarahnya ketua geng itu. Aku dan Leo berkorban banyak demi kamu dan kamu dengan egoisnya ingin melepaskan diri dari The Colombo? Lagipula pengganti kamu itu tidak sepintar dan selicin kamu. The Colombo masih membutuhkan kepintaran dan kelicinan kamu dalam berbagai hal. Kalau kamu melepaskan diri dari The Colombo, aku terpaksa membongkar semua kejahatan kamu di masa lalu. Ingat, kamu mencintai keluarga kamu, kan? Kalau kamu masuk penjara karena masa lalu kamu itu, lalu apa yang akan terjadi pada anak dan istri kamu? Untuk kasus pembunuhan, jual beli narkoba, memproduksi narkoba, hacker, untuk semuanya itu, kamu akan diganjar hukuman mati"
Theo bangkit berdiri lalu berkata, "Lakukan saja yang kalian ingin lakukan. Aku hanya ingin bebas dari The Colombo. Aku tidak bodoh dan kalian sudah mengakui kepintaranku" Theo lalu melangkah pergi meninggalkan kedua abangnya.
Bened lalu menoleh ke Leo, "Berarti jalan satu-satunya adalah menghancurkan keluarga kecilnya Theo agar dia tidak meninggalkan The Colombo"
Leo menarik ke atas sudut bibirnya.
☕️ dulu buat ka author