Dara Clarita yang baru saja keluar dari rumah sakit setelah kecelakaan yang menimpanya hingga membuatnya lumpuh di paksa untuk menandatangani surat perceraian yang di berikan suaminya saat itu juga.
Bagaimana dia bisa menjalani kehidupannya setelah di ceraikan oleh suaminya karena kelumpuhan yang di deritanya?
Sanggupkah Dara melewati semua ini dan menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terapi
" Hey, turunkan aku. Aku tidak ingin di gendong seperti ini." Dara semakin menjerit ketika Jordan yang menggendongnya.
Bukan hanya saat ini saja, tapi pria itu tadi juga sudah menggendongnya di pengadilan hingga membuat Antonie menatap penuh permusuhan padanya.
" Kau harus berlatih lebih dulu untuk menjadi istri ku Dara jika sudah menjadi istriku nanti, karena aku akan selalu membahagiakanmu dan memanjakan mu seperti ini agar kau tidak kaget nantinya."
Plak!
Dara memukul dada Jordan saat pria itu entah mengatakan apa di sini.
" Waw, pukulan cinta darimu aku terima Dara. Entah mengapa aku merasa bahwa saat ini kau sudah mulai merasakan jatuh cinta padaku. Itu beru permulaannya saja dan nantinya kamu akan semakin jatuh cinta padaku yang tergila-gila padaku."
" Kamu kembali mengatakan hal yang tidak masuk akal. Aku tidak akan pernah menjadi istri mu. Lagi pula--"
" Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini Dara. Tangan Tuhan jauh lebih indah dari mujarab dari pada ucapan mu. Jadi percayalah bahwa kita akan bersatu suatu saat nanti." Ucap Jordan yang membuat Dara semakin tidak percaya dengan apa yang pria itu katakan.
Entah bagaimana bisa pria itu mengatakan tentang hal seperti itu tanpa beban sama sekali.
" Tidak masuk akal."
" Masukan saja. Apa kau ingin di masuki? tidak jangan sekarang Dara, karena kita belum sah. Tapi aku berjanji jika kita sudah sah nanti aku akan memberikannya."
" Berhenti mengatakan hal tidak amsuk akal seperti itu tuan. Jangan membuat ku malu. Lihat, mereka semua melihat ke tah kita." Ucap Dara yang merasa malu dengan apa yang lakukan terhadapnya.
Mendengar apa yang Dara katakan membuat Jordan yang tadinya hanya fokus pada Dara saja kini mengalihkan pandangannya pada sekeliling mereka yang melihat mereka saat ini.
Benar saja apa yang Dara katakan bahwa mereka saat ini tengah menjadi pusat perhatian banyak orang yang berada di rumah sakit.
Melihat hal itu bukannya membuat Jordan berhenti membuat Dara merasa malu malah semakin membuatnya malu bukan main.
" Kenapa? apa ada yang salah dengan calon istri ku? dia sedang marah pada aku jadi aku menggendongnya saat ini. Lagi pula dia terlalu manja, jadi aku harus menggendongnya." Imbuh Jordan.
Dia mengatakan hal seperti itu tanpa rasa malu sedikit pun. Bahkan dia dengan begitu mudahnya mengatakan bahwa dia adalah calon istrinya.
" Berhenti membuat ku malu seperti ini. Entah apa lagi yang kamu katakan tentang kita. Seharusnya tidak perlu mengatakan hal begitu. Itu membuat ku tidak memiliki muka lagi di hadapan mereka."
" Biarkan saja, kita tidak perlu memikirkan tentang mereka Dara. Kita hanya perlu memikirkan bagaimana kita ke depannya. Pernikahan seperti apa yang kamu inginkan." Ucap Jordan yang semakin membuat Dara tidak habis pikir dengan pria itu.
" Sudahlah. Bicara dengan kamu tidak akan ada habisnya lagi." Jawab Dara.
Jordan pun langsung membawa Dara menuju ruangan tempat mereka akan bertemu dengan dokter saraf yang sudah menunggu mereka.
Saat Dara masuk ke ruangan dokter tersebut, ada dua orang dokter serta beberapa perawat yang sudah menunggu mereka.
Jordan langsung mendudukkan Dara di tempat yang sudah di sediakan.
Saat Jordan hendak meninggalkan Dara untuk di periksa, tangannya langsung di tarik oleh wanita itu hingga membuatnya melihat ke arahnya.
" Ada apa Dara?" Tanya Jordan yang merasa bahwa Dara merasa tidak nyaman saat ini.
" Mau kemana?" Tanya Dara yang melihat bahwa Jordan ingin pergi meninggalkannya.
" Aku hanya ingin duduk di sana saja Dara. Kau harus di periksa lebih dulu agar mereka bisa mengambil tindakan untuk diri mu. Kau harus tau apakah kau bisa jalan lagi atau tidak." Dara tetap menggelengkan kepalanya karena dia tidak di tinggalkan oleh Jordan.
" Sebentar saja Dara. Aku tidak akan meninggalkan mu." Tapi Dara tetap saja menggelengkan kepalanya karena dia tidak ingin di tinggalkan oleh Jordan.
Pria itu yang membawanya ke sini, jadi pria itu juga yang harus menemaninya.
Bahkan Dara juga tidak pernah meminta untuk di bawa ke rumah sakit. Pria itu sendiri yang berinisiatif untuk membawanya ke dokter saraf seperti ini.
" Kamu yang membawa ku ke sini, jadi kamu juga yang harus menemani ku. Kamu harusnya di sini menemani ku." Pintanya dengan mata yang berkaca-kaca.
Dara sangat takut dan merasa trauma dengan tempat ini karena terakhir kali dia masuk rumah sakit akibat kecelakaan parah hingga menyebabkannya lumpuh.
" Baik lah, aku akan di sini menemani kamu." Akhirnya Jordan menemani Dara.
Dari mulai pemeriksaan hingga selesai, pria itu terus saja menggenggam tangan Dara agar wanita itu tidak ketakutan lagi.
Di saat seperti ini, Jordan merasa bahwa mereka sudah seperti pasangan suami istri yang saling mengasihi.
Senyum tidak pernah luntur dari wajah tampannya saat Dara yang terus saja menganggap tangannya seperti ini.
Sungguh, dia merasa jika hidupnya benar-benar merasa sempurna saat ini. Apalagi dengan interaksi mereka yang seperti ini.
" Jangan takut oke, aku akan memberikan mu hadiah jika kau tidak takut lagi." Dengan begitu polosnya Dara menganggukkan kepalanya dan menurut pada Jordan saat pria itu mengatakan bahwa dia akan memberikannya hadiah jika dia tidak takut dengan semua ini.
" Apa kita akan beli ice cream?"
" Jangan kan ice cream, aku akan membelikan pabriknya untuk mu agar kau senang." Jawab Jordan.
Jawaban dari Jordan membuat mereka semua tim medis yang memeriksa Dara ikut tersenyum dengan pembicaraan hangat sepasang kekasih itu.
Bahkan mereka menilai bahwa Dara dan Jordan itu adalah sepasang suami istri yang sangat romantis sekali.
" Tenang oke, kamu akan baik-baik saja sayang."
Duar...
Meledak isi dada Dara saat mendengar pria itu memanggilnya sayang.
" Kanapa sayang? apa ini sakit?"
Plak!
Dara kembali memukul Jordan saat pria itu kembali memanggilnya sayang di depan banyak orang seperti ini.
" Kenapa--"
" Berhenti memanggil ku sayang lagi. Aku malu." Imbuh Dara.
Dia benar-benar tidak bisa berpikir lagi entah bagaimana cara bicara pada pria ini.
" Tidak masalah mbak Dara, sudah sepantasnya seorang suami memanggil istrinya sayang bukan?" Dokter tersebut ikut dalam pembicaraan mereka hingga membuat Dara semakin merasa malu dengan keadaan mereka saat ini, apalagi Jordan yang terus saja tersenyum karena mendapatkan dukungan dari banyak orang di ruangan ini.
Bersambung ❤️