Aku begitu mengharapkanmu setelah kau merusakku. Kau yang lari dari tanggungjawab hanya demi reputasimu! Kau juga yang telah menyiksaku dengan meninggalkan benih ini! Dan sekarang kau kembali setelah aku begitu benci? Lalu kenapa kau kembali setelah aku ingin membuka hati untuk orang lain? Kenapa kau kembali dengan caramu yang membuatku bimbang atas semua kehidupan yang aku alami selama ini? Aku harus bagaimana? Kenapa hati ini begitu berat untuk membencimu. Apakah aku mencintaimu atau mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Merasa bersalah.
Setelah melewati perjalanan panjang akhirnya pertemuan itu langsung dilaksakan Aldigar dan Zeline. Mereka sudah sampai di tempat yang mereka tentukan sekarang. Karena dari pihak kedua perusahaan tersebut memang langsung bertemu di tempat dan segera melaksanakan meeting.
"Tolong lanjutkan kerja sama ini Aldigar. Jujur aku juga terkejut dengan data-data dan presentasi perusahaanku sendiri. Akhir-akhir ini aku memang mengalihkan kendali perusahaan kepada orang kepercayaanku, namun aku tidak menyangka jika ia mengkhianatiku seperti ini." Ujar partner Aldigar dengan penuh kekecewaan sambil menjelaskan semuanya.
"Apa ucapanmu itu bisa aku pegang?Aku tidak ingin kecewa lagi!" Tegas Aldigar padanya.
"Tentu saja Aldigar. Aku bisa memastikan itu. Mungkin setelah ini aku akan kembali fokus mengurus perusahaan."
"Baiklah. Aku akan berikan kesempatan untuk perusahaanmu. Tapi bawa bedebah itu ke hadapanku atas pembocoran data ini! Ancam pihak ke 3 untuk tidak melanjutkan lagi Tender ini. Aku tidak habis pikir dengan pimpinan Sunrise Group sepicik ini! Aku akan menyerahkan semua ini padamu dan buktikan bahwa kau bisa menangani kasus ini!"
"Baik Aldigar, terimakasih. Untuk kali ini aku pasti tidak akan mengecewakanmu lagi. Aku akan segera menangani masalah ini."
"Bagus jika kamu menyadari itu."
Keduanya langsung menikmati kopi yang tersaji diatas meja itu. Sementara Zeline sedang mencatat poin penting yang mereka bicarakan tadi.
"Tapi ngomong-ngomong kau terlihat tak bersemangat sejak tadi. Apa sebenarnya kau terpaksa melakukan kerjasama ini? Jangan bermain-main denganku Antonio! Aku sudah mengenalmu sejak lama, kau terlihat tak seagresif dulu. Aku jadi curiga!"
Antonio pun tersenyum mendengar ucapan Aldigar. Ia memang memiliki masalah pribadi dan membuatnya kurang bersemangat untuk menjalani hidup. Walaupun nyatanya ia memiliki banyak aset dan harta, namun tak selamanya itu membuatnya bahagia.
"Mana mungkin Aldigar? Justru aku yang memintamu untuk melanjutkan kerjasama ini. Itu artinya aku serius. Ini begitu penting untuk perusahaanku. Aku hanya sedang memiliki masalah lain, yang bahkan rasanya duniaku hilang separuh sekarang." Mau tidak mau Antonio mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan sekarang.
"Benarkah? Haha. Apa seberat itu masalahmu melebihi masalah ini?" Aldigar mulai terkekeh, pasalnya ia tak percaya jika seorang Antonio yang ia kenal terlihat galau seperti ini.
"Tentu saja. Kau tidak akan mengerti Aldigar,"
"Kalau begitu ceritakan saja biar aku mengerti. Seberat apa sih masalahmu selain urusan perusahaan?" Tantang Aldigar ingin tahu, karena ia juga ingin tahu seberat apa masalah temannya ini hingga membuatnya tidak semangat.
"Baiklah, akhir-akhir ini aku memang tidak fokus dengan urusan perusahaanku sendiri selain mengurusi gaji. Yang aku bilang tadi padamu Aldigar, aku mengalihkannya pada orang kepercayaanku. Itu karena aku sedang fokus dengan pengobatan istriku yang sedang sakit. Ia mengalami kanker rahim dan harus melakukan banyak terapi. Ia tidak boleh stress dan aku juga harus temani dia saat pengobatan. Kamu tahu sendiri kan Aldigar, sudah berapa lama aku menikah dengan istriku? Tentu saja hampir 8 tahun lamanya. Tapi kita belum juga diberikan keturunan, kamu tahu itu. Kita ingin sekali memiliki anak, tapi ternyata istriku mengalami sakit seperti ini sekarang. Bahkan dokter bilang istriku harus menjalani operasi pengangkatan rahim. Dan itu tentu saja kedepannya kita tidak akan bisa memiliki anak, padahal itu impian terbesar kita. Apa artinya jika aku memiliki semua kekayaan ini, tapi nantinya tidak ada yang mewarisi? Aku harap dia bisa sembuh dan pulih, walupun ini terdengar mustahil. Tapi istriku ingin mempertahankan rahimnya dan masih ingin berusaha hamil untukku. Jika Tuhan memberikan kesempatan untuk sekali saja istriku hamil dan kita bisa memiliki anak, kita pasti tidak akan menyia-nyiakan itu dan kita pasti akan menjaganya dengan penuh kasih sayang. Namun, apakah semua itu mimpi sekarang?"
Aldigar membisu mendengar itu. Ia tidak seperti biasanya mau mendengarkan curhatan orang lain sepanjang ini, biasanya ia tidak peduli dengan apapun, apalagi urusan pribadi orang. Jangankan untuk mendengarkan curhatan orang, melihat orang lain sedang apa disampingnya saja ia kadang tidak peduli.
Melihat Aldigar yang terdiam dan membisu membuat Antonio kembali tersenyum.
"Maafkan aku Aldigar. Aku pasti terlalu banyak bicara kali ini. Aku tahu seharusnya aku tak menceritakan semua ini padamu. Ini mungkin terdengar biasa bagimu. Tapi aku ingin sekali memiliki anak. Andai saja Tuhan memberikanku kesempatan sekali saja untuk memiliki anak, aku pasti tidak akan menyia-menyiakan itu"
Kenapa sekarang aku jadi merasa begitu bersalah. Zeline sedang hamil anakku tapi aku malah mengalihkan tanggungjawab ini pada Finn. Bahkan aku ingin menutupi dan menyembunyikan kehamilannya demi diriku semata. Bukankah aku begitu egois? Sementara diluaran sana mungkin banyak yang menginginkan anak seperti Antonio. Tapi kenapa aku harus menyia-nyiakan anakku seperti ini sekarang.
"Emmm--aku turut prihatin. Betul apa katamu ini ujian yang begitu berat Antonio. Semoga saja istrimu baik-baik saja dan mendapatkan kesembuhan yang lebih dari apa yang kalian harapkan. Aku harap kalian juga dapat memiliki anak di suatu saat nanti. Aku tidak bisa membantu apapun kecuali hanya do'a." Ujar Aldigar lembut. Ia juga tidak pernah seperhatian ini sebelumnya. Mendengar cerita rekan kerjanya ini jujur saja membuatnya melemah tiba-tiba.
"Terimakasih banyak Aldigar. Aku harap Tuhan juga mengabulkan do'a ku."
"Kalau begitu aku harus pamit. Aku masih memiliki kepentingan lain."
"Baiklah Aldigar. Hati-hati dijalan."
Tumben dia merespon baik seseorang, biasanya juga cuek dan tak peduli dengan siapapun!
Zeline hanya diam dan patuh saja untuk mengikuti Aldigar, padahal sejak tadi ia terus saja mengumpat dan mencaci maki lelaki ini dalam hati.
lanjut thor gak sabar nih.. /Chuckle/