Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.
✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16:
Sesampainya di rumah, terlihat Ibu Alena berdiri bersandar di salah satu tiang di teras rumah. Badannya kembali tegak ketika melihat mobil Alena datang.
Mobil Alena berhenti di garasi, Ahen membantu Alena keluar dari mobil. Baru saja akan melangkah, Alena langsung digendong oleh Ahen.
"Len..." Ibu Alena menunggu dengan cemas.
"Mama."
"Anak nakal! Kemana aja?"
Ibu Alena menepis betis Alena, walau terlihat kejam tetapi mata Ibu Alena menyiratkan kecemasan.
"Maaf, Alena habis cari jajanan." ucap Alena.
Alena dibawa ke kamarnya diikuti Ibu Alena. Ahen membaringkan tubuh Alena di tempat tidur dengan pelan.
"Kenapa nggak bilang dulu sama Mama? Mama khawatir." Ibu Alena duduk di samping Alena.
"Iya maaf, ya." Alena tersenyum sambil menggenggam tangan Ibunya.
"Ahen, makasih ya." ucap Ibu Alena.
Ahen tersenyum dan mengelus pundak mertuanya.
"Mama tenang ya. Jangan sampai kepikiran. Maafkan Ahen yang lengah dan belum sempurna membimbing Istri Ahen."
"Enggak, enggak. Ini bukan salah kamu. Alena emang nakal."
Alena yang mendengar Ibunya lebih memihak pada Ahen hanya bisa diam sambil mengerucutkan bibir.
"Mama sekarang istirahat. Ahen mau ambil mobil dulu di kerjaan."
Ibu Alena mengangguk.
"Ayo, Ahen anter."
Ahen membantu Ibu Alena berdiri dan membawanya ke kamar.
Tidak berselang lama Ahen kembali datang ke kamar Alena.
"Ngapain disana tadi?"
Alena bingung, tidak mungkin ia mengatakan kalau ia sedang membuntuti Ahen dengan tujuan ingin membuktikan apakah Ahen punya pasangan sejenis.
"Aku tadi membuntutimu." jawab Alena.
"Untuk?"
"Ya aku kan penasaran kerjaan apa jam segini. Tadinya juga mau cari martabak."
Ahen hanya menghela napas.
"Istirahatlah, aku akan pulang setelah ambil mobil. Jangan buat Ibumu seperti tadi, kalau jantungnya kambuh gimana?"
"Iya-iya, maaf." ucap Alena.
"Ya udah, aku berangkat."
"Iya."
Ahen menutup pintu kamar dan menunggu ojek yang sudah di pesan. Selama di perjalanan, diatas motor, ia membuka kaca helm, ia menikmati angin malam yang mulai sejuk.
****************
Sekitar pukul 1 malam, Ahen pulang. Tanpa mengetuk pintu, ia masuk ke dalam kamar dan melihat Alena sudah terlelap.
Badannya langsung kedinginan saat masuk ke dalam kamar karena Alena menyalakan Ac dengan suhu sangat dingin, itupun Alena tidak memakai selimut.
"Mungkin dia mantan penduduk pulau es." celetuk Ahen.
Saat meletakkan jam tangannyaa di meja rias, Ahen tidak sengaja menyenggol parfum Alena hingga terjatuh, mendengar suara itu Alena terbangun, ia melihat ke arah lantai dan terlihat parfumnya tergeletak di dekat kaki Ahen.
Ahen pun segera memungutnya, beruntungnya parfum itu tidak pecah walau botolnya terbuat dari kaca.
"Pecah?" tanya Alena.
"Aman." jawab Ahen sambil melepas kaosnya.
Alena langsung memalingkan wajahnya saat melihat punggung Ahen yang ternyata berotot.
"Hei! Jangan buka disini dong. Kan ada kamar mandi."
Ahen tidak menggubrisnya, Alena dapat merasakan tubuh Ahen berada di dekatnya.
"Kyaa! Jangan apa-apain aku!" pekik Alena.
Alena masih memejamkan matanya dan menutupi dirinya menggunakan selimut. Alena terdiam saat mencium aroma yang lezat, perlahan ia membuka matanya sebelah dan ternyata ada kotak coklat di depannya.
"Apa ini?" tanya Alena.
"Bom." jawab Ahen.
Alena membuka kedua matanya tetapi tidak berani menatap ke arah Ahen. Alena pun mengambil kotak itu dari tangan Ahen.
Ahen tidak berbicara apapun, ia melangkah mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Alena pun tidak sabar membuka kotak itu dan ternyata itu martabak 2 porsi yang dijadikan satu.
Ludah didalam mulut Alena terasa seperti banjir, Alena menghirup aroma martabak telur itu dengan ekspresi nikmat.
Tanpa mencuci tangannya lebih dulu, Alena langsung mengambil satu potong martabak telur itu dan digigit bersamaan dengan acar cabe.
"Ummmm" Alena sangat menikmati tiap gigitan.
"Isinya padat dan gurih. Dagingnya nggak pelit."
Alena mengambil sepotong lagi. Ia terus mengunyah sambil menggoyangkan kepalanya kanan kiri tanda ia sangat menyukai makanan itu.
"Enak banget~"
"Persetan dengan lemak." ucapnya sambil mengambil sepotong lagi.
Setelah habis 6 potong, Alena pun berhenti. Ia segera turun ke bawah dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum di kulkas. Saat masuk kembali ke kamarnya, Alena melihat Ahen sudah berbaring di tempat tidur dengan selimut yang berlapis.
"Emangnya sedingin itu ya?" gumam Alena.
Alena duduk di tempat tidur sambil merenung. Beberapa menit kemudian terdengar napas Ahen yang teratur dan hembusannya pelan.
"Udah tidur ya?" tanya Alena pada dirinya sendiri.
Alena melihat tubuh Ahen sedikit bergetar karena menggigil kedinginan, ia pun menaikkan suhu Ac dam perlahan hawa dinginnya puna berkurang.
Kini giliran Alena yang mulai gelisah karena tidak mendapat sensai dinginnya kutub, namun mengingat kebaikan Ahen padanya hari ini membuat Alena luluh dan mengalah untuk malam ini. Alena tidur tanpa selimut, ia pun perlahan mulai terlelap.
Sekitar pukul 3 pagi, Ahen terbangun karena merasa agak gerah, ia membuka mata dan melihat angka di Ac. Ia menoleh pada Alena disampingnya yang tidur tanpa dibalut selimut sedikitpun dan ada keringat tipis di sekitar pelipisnya.
Ahen pun kembali menurunkan suhu yang sesuai dengan Alena, setelah itu ia kembali tidur dengan posisi memunggungi Alena. Baru saja matanya terpejam, ia dibuat terkejut saat Alena tiba-tiba masuk ke dalam selimutnya dan memeluk Ahen dari belakang.
Ahen melamun, ia terpikir bahwa dengan dirinya mau dijodohkan dengan Alena, maka ini suatu ketidakadilan bagi Alena. Terlebih Alena masih gadis dan harus menikah dengan seorang duda yang masih mencintai Almarhum istri tuanya.
Lamunan Ahen buyar saat Alena menggesekkan wajahnya di punggung Ahen.
"Wajahku banyak lumpur." terdengar suara serak parau dari Alena yang sedang mengigau.
Ahen menelan ludah, perlahan ia mengangkat tangan Alena dan membalik posisinya, kini keduanya saling berhadapan dengan wajah mereka yang hanya berjarak satu jengkal tangan. Napas Alena pun dapat Ahen hirup aromanya.
Ia menatap wajah Alena yang tertidur pulas, wajahnya begitu polos dan lugu di mata Ahen.
"Padahal saat itu aku merasa wajahmu memancarkan aura pemarah dan keras kepala." batin Ahen.
Refleks Ahen mengelus wajah halus Alena.
"Entah berapa puluh juta wajah ini dirawat." batin Ahen.
"Kasihan sekali aku yang jadi suaminya." imbuhnya.
Ahen terbelalak saat Alena semakin mengeratkan pelukannya dan kini tubuh mereka menempel. Kali ini Ahen pun tidak mau kalah, ia membalas pelukan itu dan mengelus bagian belakang kepala Alena.
Perlahan Ahen mulai terlelap.
Pagi harinya Alena terbangun lebih dulu, ia terkejut saat menyadari posisi tidur mereka saling berpelukan. Perlahan ia melepaskan diri dari Ahen dan beranjak bangun dari tempat tidur. Dengan langkah pelan ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, Ahen masih terlihat tidur pulas, ia pun segera turun dan pergi ke dapur. Terlihat Ibu Alena sedang memotong sayuran.
"Mama ngapain masak?" tanya Alena sambil mengambil alih pisau di tangan Ibunya.
"Mama mau masakin mantu Mama. Kasihan dia gendong kamu ke kamar semalem. Kamu kan berat."
Alena menganga.
"Mama kok gitu sih?! Aku nggak gendut-gendut amat."
"Itu lihat perutmu sedikit berlipat, mulai gendut."
Alena memanyunkan bibirnya sambil membuang muka. Ibu Alena terkekeh melihat tingkah anaknya itu kemudian ia merangkulnya.
"Tapi kamu tetap puteri cantiknya Mama." ucap Ibu Alena sambil mengelus punggung Alena.
"Kasihan suamimu capek kerja masih harus gendong kamu."
"Iya-iya." Alena kembali tersenyum sambil menoel lengan Ibunya.
Suami istri ❎
Tom n Jerry✅
prosotan pake kumis geli dong🤣🤣🤣🤣🤦🏻♀️