Anak yang semula dipinta untuk diaborsi saat mengetahui menderita penyakit bawaan, ternyata tumbuh dengan baik. Dengan kejeniusan si kembar membalas dendam perlakuan ayah mereka dengan mengambil alih perusahaan ayahnya diusianya 10 tahun.
"Gugurkan mereka....! Aku tidak sudi membesarkan anak penyakitan!" titah Rama.
"Tidak. Mereka darah daging kita. Jika kamu tidak menginginkan mereka. Aku sanggup membesarkan mereka!" tegas Alea.
"Ayo kita cerai!"
Saat mengetahui istrinya berhasil hamil, Rama begitu bahagia. Namun sayang, ketika kehamilannya mencapai lima bulan, kandungan Alea yang hamil kembar ini mengalami masalah.
"Maaf nona! sepertinya calon bayi kembar anda memiliki kelainan. Sebaiknya anda melakukan aborsi sebelum mereka berhasil dilahirkan. Jika bertahan, mereka akan tumbuh dengan penyakit bawaan," ucap dokter membuat langit seakan runtuh seketika.
Rama tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dan langsung beranjak meninggalkan Alea yang masih mematung di tempatn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Pertemuan Yang Tak Sengaja
Dua pekan berada di rumah sakit cukup membuat si kembar mulai bosan. Mark memboyong calon kelurganya itu ke apartemennya mengingat apartemen Alea sudah menjadi gedung hantu usai kebakaran yang melanda apartemen itu dua pekan yang lalu.
"Untuk sementara kita tinggal di sini dulu. Setelah itu kita akan pindah ke mansion milik daddy setelah bunda dan Daddy menikah," ucap Mark pada si kembar yang hanya mengangguk paham.
"Tidak masalah untuk kami daddy. Asalkan tinggal bersama Daddy, rumah kecil seakan luas dihati kami," ucap Adam.
Karena jumlah kamar di unit apartemennya Mark ada tiga saja, jadi Alea tidur bertiga dengan si kembar sementara bibi Sari tidur sendiri. Dan Mark tetap tidur di kamarnya.
Alea mengantar si kembar ke kamar mereka sementara bibi Sari sudah berada di kamarnya sendiri.
"Sayang. Setelah ini aku ingin bicara denganmu!" pinta Mark setengah berbisik di kuping Alea.
Alea mengangguk paham. Ia ingin menidurkan anak kembarnya terlebih dahulu karena mereka sudah makan malam di restoran tadi.
"Baiklah. Biarkan anak-anak tidur dulu supaya kita bisa tenang saat bicara nanti," ucap Alea.
"Iya sayang." Mark mengecup kening calon anak sambungnya itu." Selamat malam sayang. Semoga mimpi indah di tempat yang baru. Jangan pernah takut karena ada daddy di sini yang akan selalu menemani kalian," ucap Mark.
"Terimakasih daddy. Semoga daddy selalu sehat dan diberkahi Allah SWT," ucap Azira tersenyum pada Mark yang mendengar doa putri sambungnya untuknya.
"Kalian segalanya untuk daddy selain bunda kalian. Semoga selalu sehat dan tidak lagi ada ujian yang berat yang kalian lewati seperti tahun-tahun sebelumnya," ucap Mark.
"Aaamiin daddy..!"
Mark meninggalkan kamar si kembar dan duduk di ruang kelurga sambil menunggu Alea menidurkan si kembar.
Sekitar 15 menit Alea sudah keluar dari kamarnya karena si kembar tidur lebih cepat setelah minum obat mereka masing-masing.
Mark memukul sofa di sebelahnya agar Alea duduk dekat dengannya namun Alea memilih duduk di sofa tunggal.
"Aku duduk di sini saja nanti kamu bisa khilaf dan kalap," sindir Alea membuat Mark terkekeh.
"Kenapa sekarang ini dia jadi rajin tersenyum? Apakah dia sudah lupa ingatan? Ke mana wajah juteknya itu? Masa aku harus menjuluki dia dengan smile daddy?" ledek Alea membatin lalu tersenyum samar.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Alea.
"Pernikahan kita. Kita akan menikah Minggu depan. Persiapkan dirimu dengan baik. Kita hanya menikah sederhana saja. Undang saja kolegamu yang beragama Islam karena kita akan menikah di salah satu mesjid yang ada di kota ini. Nanti pestanya kita sesuaikan dengan kondisi anak-anak," ucap Mark.
"Baiklah. Aku akan mengurus secepatnya," ucap Alea lalu segera bangkit berdiri.
"Tunggu Alea....!" cegah Mark.
"Ada apa lagi?" tanya Alea.
"Bawa kartu ini. Belikan sesuai dengan kebutuhanmu dan si kembar dan juga bibi Sari. Aku ingin kamu tampil cantik di acara pernikahan kita nanti!" pinta Mark seraya menyodorkan black card pada Alea.
"Tapi Mark...!"
"Tolong jangan menolaknya! Kamu adalah calon istriku, hmm!" paksa Mark.
"Baiklah. Terimakasih atas kemurahan hatimu, Daddy Mark," ledek Alea melangkah masuk ke kamar si kembar.
"Tunggu dulu! Ada yang kamu lupakan sesuatu, sayang," ucap Mark.
"Apa lagi...?" Alea mulai jengah dengan sikap Mark yang membuatnya gregetan.
"Ini...!" tunjuk Mark pada bibirnya membuat Alea mengambil bantal sofa melemparkan ke wajah Mark yang tergelak melihat wajah Alea yang sudah memerah.
"Kamu makin cantik kalau marah, itulah sebabnya aku sangat menyukaimu, sayang," ujar Mark.
"Cih...gombal...!" Alea menjebikkan bibirnya lalu masuk ke kamarnya, meninggalkan Mark yang terus terkekeh menertawakan dirinya.
"Hmm..! Rumah ini terlihat lebih bercahaya setelah kedatangan wanita itu dan anak kembarku. Terimakasih Tuhan..! Aku dipertemukan dengan wanita hebat itu," ucap Mark.
Iapun kembali ke kamarnya karena sudah kelelahan.
...----------------...
Di Mall, Alea mencari perhiasan yang ingin dia beli. Ia juga mengajak
si kembar saat ini. Hanya tuan Mark yang tidak ikut karena ada operasi dadakan di rumah sakitnya. Alea tidak mempermasalahkan itu karena ia sudah biasa jalan bersama dengan si kembar.
"Bunda. Aku mau makan es krim," pinta Abrar.
"Aku mau makan pizza!" pinta Azira.
"Ok. Kita ke restoran pizza dan di sana ada es krimnya. Tapi, bunda tinggalkan kalian di sana setelah bunda pesan pizza dan es krim untuk kalian. Bunda minta waktunya sebentar ya...!" ucap Alea.
"Ok. Bunda...setuju!" ujar Azira yang tidak ingin menganggu Bundanya belanja.
"Tapi kalian tidak boleh ke manapun sampai bunda datang menjemput kalian. Bunda titip kalian pada manajer restoran itu," ucap Alea pada si kembar yang mengangguk setuju.
Dalam 15 menit pesanan mereka sudah datang. Sesuai dengan kesepakatan Alea meninggalkan si kembar yang langsung di awasi oleh manager restoran pizza atas permintaan Alea.
Alea yang keluar terburu-buru dan tidak memperhatikan jalannya hingga menabrak seseorang di depannya. Bahu ketemu bahu.
"Sorry tu...an....!" mata Alea melebar hingga begitu panik namun ia berusaha mengendalikan dirinya agar tidak terlihat lemah di depan Rama.
"Rama....?!" lirih Alea hampir tak terdengar oleh Rama.
"Ternyata dunia ini begitu sempit hingga aku bertemu lagi dengan mantan istriku yang semakin cantik. Apa kabar sayang!" ledek Rama sedikit mencondongkan tubuhnya setengah berbisik pada Alea yang reflek mundur.
"Maaf...! Kita bukan siapa-siapa lagi..!" ucap Alea mengambil jalan yang lain namun tangannya ditarik oleh Rama.
"Lihatlah dirimu...! Kau sekarang tidak bisa menikmati hidupmu karena mempertahankan si kembar cacat itu. Seharusnya kamu bisa lihat orangtua lain yang dengan bangga membawa anaknya jalan-jalan di mall tapi kamu bahkan sangat malu memperlihatkan mereka," ucap Rama yang tidak sadar setiap kalimatnya bisa di dengar oleh putrinya Azira yang memiliki keistimewaan sehingga bisa memiliki pendengaran tajam dari jarak tertentu. Apalagi ibunya masih berada di depan restoran pizza.
"Kau terlihat sangat menyedihkan Rama. Kau akan mati sendirian dan tidak ada tangan lembut dari kedua anakmu untuk membelai wajahmu saat kau menjemput ajalmu," sarkas Alea.
"Cih ...! Aku tidak butuh anak-anak cacat itu dalam hidupku. Mereka tidak berguna sama sekali untukku bahkan untuk dirimu...!" ucap Rama sambil berdecih jijik pada anak-anaknya sendiri.
"Kau akan menyesali setiap penghinaan yang kau tujukan pada darah dagingmu sendiri Rama. Aku pastikan kamu akan menderita setelah mengetahui...-"
"Apa...? Mengetahui ketidak berdayaan mereka?" remeh Rama sambil merapikan jasnya.
"Enyalah dari hadapanku, berengsek! atau kata binatang akan keluar dari mulutku? keparat..!" maki Alea lalu pergi meninggalkan Rama.
"Kau akan menjadi Janda kesepian karena tidak ada seorangpun yang akan mau denganmu karena tidak ada laki-laki yang mau pelihara anak tiri cacat," pekik Rama yang masih terdengar oleh Alea.
Alea berjalan sambil mengangkat jari tengahnya sebagai simbol makian ke arah Rama tanpa berbalik.