Hanya ada di noveltoon, bila ada yang lain maka plagiat.
Desa pandan Arum mendapatkan teror yang amat mengerikan selama satu tahun terakhir anak anak atau pun remaja, banyak yang meninggal dalam keadaan mengerikan dan itu hanya untuk berjenis kelamin laki laki saja.
Mereka di temukan dalam keadaan anus rusak parah, semua nya sudah tidak bernyawa ketika sudah kembali pada keluarga nya.
siapa yang sudah membunuh mereka?
siapa pula yang membuat teror mengerikan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Ketemu dua edan
"Tolooong, tolong lah aku!" Bardi berteriak ketakutan sambil memegangi leher dia yang koyak.
Beruntung masih bisa lari dari iblis muka rata, lagi pula dia memang tidak akan di bunuh sekarang oleh iblis itu sehingga hanya di permainkan saja. terserah mau lari kemana pun, karena iblis muka rata masih belum ingin membunuh nya sekarang, entah apa yang sudah di rencanakan oleh iblis tersebut.
Bardi sendiri tidak tau kenapa tiba tiba saja dia di hantui seperti ini, bahkan hantu datang tanpa permisi pada nya dan langsung main menyiksa saja. dia tidak tau salah apa, toh selama ini kan Bardi tidak pernah merasa bersalah juga walau dosa yang dia lakukan sangat banyak.
Motor dia masih tertinggal di tempat awal karena tadi sangking panik nya tidak lagi ingat membawa motor nya, merasa lebih cepat lari saja seperti ini. padahal hantu muka rata sudah tidak mengejar lagi, sebab dia merasakan ada aura yang sangat kuat dari tempat arah lari nya Bardi.
Dari pada mencari masalah maka dia pun memilih untuk pergi saja mencari mangsa lain, biar lah Bardi merasakan sakit nya nanti saja, toh bagian leher juga sudah robek sehingga darah mengucur deras dari luka nya. kuku iblis muka rata itu mencengkeram habis bagian leher, hingga bagian dekat urat pembuluh darah robek dan dari luka itu lah sejak tadi mengucurkan darah terus.
"Tolong ku mohon tolong lah aku, siapa pun yang lewat tolong dengarkan aku!" Bardi berteriak keras.
"Ada hantu di sini, aku terluka parah gara gara hantu itu!" Bardi berteriak kembali agar dapat di dengar orang.
Tapi ternyata yang lewat adalah Purnama dan Maharani, mereka sengaja menampakan diri ketika dari kejauhan ada orang yang sedang teriak teriak. mau bagai mana pun mereka tegas nya, masih ada terus sikap usil yang tidak akan pernah bisa sembuh walau mereka sudah berusaha untuk menghilang kan juga dari dalam diri.
"Hai kalian, tolong lah aku! ada hantu di sana dan dia melukai aku, tolong bantu aku pulang." pinta Bardi.
"Eh ini kan pria yang mulut nya rusak itu, Ran!" kaget Purnama.
"Lah kok iya, ngapain sekarang dia sibuk minta tolong? tadi saja gaya nya bukan main!" Maharani menepis tangan Bardi.
"Kalian dengarkan aku! selamat kan aku dari sini, aku tidak bohong bahwa di sini ada hantu." Bardi membentak dia wanita cantik ini.
"Oh kau di datangi setan tampak nya, kau terluka juga karena di cakar setan ya?" Maharani malah tertawa melihat luka yang sedang di alami oleh Bardi.
"Dasar betina edan, cepat bawa aku kerumah!" bentak Bardi merasa mereka berdua akan takut pada nya.
PLAAAAK.
Satu tamparan keras malah mendarat di wajah Bardi sehingga dia terpelanting di jalan, tulang tulang terasa tambah remuk semua. tadi sudah di banting oleh hantu muka rata, malah sekarang di tampar oleh Purnama pun bisa melanting juga karena sangking kuat nya.
Maharani tertawa puas melihat pria itu merangkak karena berusaha menahan sakit di tubuh nya, sedangkan darah di leher malah tambah banyak saja yang keluar. tambah banyak dan tambah menjadi, bila tidak segera di obati maka bisa saja Bardi mati akibat kehabisan darah.
"Bagus kau mati saja, tidak sudi aku menolong orang semacam mu." Purnama segera berlalu karena malas melihat Bardi.
"Bentuk mu seperti kadal begini kok malah sibuk minta tolong orang, sadar diri lah apa kau juga mau menolong orang!" Maharani juga pergi.
"Bangsaaaat, kalian tidak akan ku akui sebagai warga lagi." ancam Pak RT desa ini.
"Alah alah, siapa juga yang mau jadi warga mu sih, melihat kau saja aku muak!" Purnama berhenti melihat Bardi.
"Ini lah contoh RT yang tidak jelas!" Maharani menggeram marah.
Buaaaaak.
"Aaaaghh!" Bardi mengerang memegangi perut nya yang kena tendang Maharani barusan.
"Punya kuasa RT saja lagak mu sudah setinggi langit ya!" Purnama tak akan pernah mau ketinggalan.
Wuuttt.
Rambut Bardi di jambak nya hingga terdongak keatas dan wajah sombong itu terlihat jelas membuat Purnama geram bukan kepalang, manusia seperti ini memang sudah selayak nya di beri pelajaran yang tidak akan pernah ia lupakan sepanjang hidup dia.
Plaaaak, Plaaaaak.
Plaaaak, Plaaaak.
"Udah, Pur! lepas pula nanti kepala dia dari leher nya." seru Maharani kaget karena Purnama kadang tidak tau batas.
"Rasakan itu, lepas kan gigi mu sekarang." Purnama tertawa puas.
"Mana yang depan pula malahan yang lepas, ih dua yang lepas!" seru Maharani jijik melihat Bardi.
"Ayo kita pergi, biar dia di sini sampai sekarat." ajak Purnama meninggalkan Bardi begitu saja.
"Rasakan itu, kau sendiri yang datang pada kami dengan lagak minta tolong." Maharani pun berjalan pergi.
"Ya kan ini sudah aku tolong, itu wajah nya tambah tampan setelah kena tampar." ujar Purnama tanpa dosa sedikit pun.
Bardi berteriak keras karena sangat marah di buat begini oleh dua wanita kejam itu, kalau soal kejam maka mereka tidak perlu di tanya lagi, terlebih pada orang seperti Bardi ini maka dapat di pastikan mereka memang amat luar biasa jahat nya. sepadan dengan perbuatan Bardi selama ini, toh dia juga sangat lah kejam.
Maharani yang melihat Bardi tidak sanggup bangun justru tertawa keras karena amat puas, bagai mana bisa mau berdiri wong saat ini saja telinga Bardi seolah budek karena tamparan Purnama yang sangat kencang. justru kuping dia berdenging tidak ada henti nya, sudah pasti rasa sangat amat luar biasa sakit nya.
"Mati tidak dia itu, Pur?" tanya Maharani melirik kebelakang.
"Tidak lah kalau untuk sekarang, tapi jelas nanti dia akan mati." jawab Purnama.
"Ya iya lah, semua orang juga bakal mati nanti." sewot Maharani.
"Lah ya kau tau itu, ngapain juga masih tanya sama aku." ujar Purnama lagi.
"Heh kesal sekali aku kadang kalau ngomong sama dia ini." Maharani melemparkan sayap nya yang berat itu
"Enggak usah ngomong sama aku lah, ngomong sama Xavier saja sana." jawab Purnama dengan gaya yang sangat menyebalkan sekali.
Maharani menghentakan kaki nya kesal bukan kepalang, sedangkan Bardi yang masih tergeletak itu hanya bisa menatap samar karena dia sedang berusaha untuk mengumpulkan kembali tenaga nya agar bisa pulang kerumah. kalau hanya diam di sini saja maka sudah jelas dia akan mati, jadi lebih baik berusaha keras untuk pulang kerumah agar di rawat istri juga.
Jangan lupa like dan komen kalian ya guys, terima kasih.