NovelToon NovelToon
Daisy

Daisy

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa / Kriminal dan Bidadari / Chicklit
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Inisabine

Hidup Singgih yang penuh kegelapan di masa lalu tanpa sengaja bertemu dengan Daisy yang memintanya untuk menjadi bodyguard-nya.


Daisy
Penulis: Inisabine
Copyright Oktober 2018

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inisabine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

"Sori, Dai." Sofie mengangkat sebelah tangan. "Kita nggak bisa bantu mengacaukan pertunangan lo."

Daisy menghela napas putus asa. "Nggak pa-pa." Ia mengangguk paham. "Hanya orang gila yang nekat bikin kerusuhan."

"Mungkin bakal ada orang gila yang kamu maksud." Gendis menahan senyum.

"Ksatria baja hitam lo." Sofie sang artis tentu saja andal dalam menyembunyikan senyuman.

Daisy mengerut kening tak paham dengan guyonan yang sedang dilontarkan Gendis dan Sofie.

Sebuah ketukan pada pintu membuat mereka menghentikan obrolan. Seorang perempuan―panitia acara―menyembulkan sebagian tubuhnya masuk ke dalam ruangan.

"Siap-siap. Sepuluh menit lagi," ujarnya.

Perempuan bertubuh tinggi itu lalu menutup pintu kembali.

Daisy yang duduk di sofa panjang menghela napas lelah. Gaun satin merah muda yang dikenakannya seakan mengisyaratkan ia akan menghadiri acara penting di siang ini.

"Sepuluh menit lagi acara pertunanganku akan dimulai."

Sofie dan Gendis saling melirik pandang.

"Kita punya hadiah spesial buat lo. Bukan lingerie. Karena ini lebih HOT dari lingerie," kata Sofie dengan suara mendesah seksi.

Gendis memukul lengan Sofie. Bibirnya bergetar menahan geli. "Semoga suka dengan hadiah kita." Ia menggamit lengan Sofie untuk beranjak pergi.

Dalam gerakan cepat, Daisy beranjak dari duduk, lalu menahan siku lengan Sofie dan Gendis. "Kalian mau ke mana?"

"Mau akting drama live action," kelakar Sofie.

"Dai, ingat yang pernah kubilang?" Gendis mengingatkan Daisy kembali sebelum benar-benar keluar dari ruangan. "Selalu ada jalan."

Kedua bahu Daisy melorot turun. Selalu ada jalan. Bahkan jalan yang dilaluinya sekarang ini pun buntu. Tak ada jalan lain selain menghancurkan tembok yang ada di depannya. Sanggupkah ia?

Daisy melepaskan cengkeraman tangannya yang tadi menahan siku lengan Gendis dan Sofie. Ia membiarkan dua sahabatnya keluar. Tak ada yang menemaninya di ruangan ini. Dan, ia benar-benar sendiri.

Tubuh Daisy kembali mengempas di sofa. Kepalanya menunduk lunglai. Air matanya menetes jatuh. Berharap akan ada keajaiban yang datang padanya.

Sejurus kemudian, pintu ruangan kembali terbuka. Derap langkah kaki bergerak menghampiri Daisy. Gadis itu terus menghela napas lelah.

Sepuluh menit yang diberikan untuk bersiap-siap nyatanya begitu cepat berlalu. Daisy mengangkat wajah, sontak bangkit berdiri saat mendapati seseorang yang sangat dirindukannya tengah berdiri di hadapannya.

"Mas Singgih?" Daisy tak kuasa menutupi keterkejutannya.

"Apa aku masih bodyguard-mu?" Singgih berhenti tepat di hadapan Daisy.

Jantung Daisy berdebar kencang. Jika kehadiran Singgih hanyalah mimpi, maka ini terlalu kejam. Telunjuk jari Daisy bergerak naik ke udara dan menyentuh pelan di pipi Singgih. Daisy menarik jarinya turun. Jantungnya kian berdebar kencang mengetahui sosok yang dikiranya sebagai imajinasi, ternyata adalah nyata.

"Kenapa baru datang?" Daisy menahan bening air matanya.

"Maaf." Sesal Singgih.

"Harusnya Mas Singgih melindungiku..."

Singgih mengamati lekat Daisy. "Aku masih jadi bodyguard-mu?"

Kepala Daisy mengangguk iya.

"Apa pun yang aku lakukan sekarang dan nanti hanya untuk melindungimu."

Kepala Daisy mengangguk mengiakan. Kemudian ia mengesiap ketika mendengar bunyi ketukan di pintu. Jangan sampai kehadiran Singgih diketahui oleh bodyguard papanya, kalau tidak

Gendis?

Apa yang dilakukan Gendis dengan sikap penuh waspada itu?

"Saatnya kalian pergi." Gendis memberikan kode agar Singgih lekas membawa pergi Daisy.

"Ayo." Singgih mengedik pada Daisy agar mengikutinya.

Daisy yang masih belum paham dengan situasi yang terjadi pun mengikuti langkah Singgih.

Di ambang pintu, Gendis mengulurkan tas ransel ke Singgih. "Baju-bajunya Daisy. Pergilah yang jauh."

Batin Daisy menyentak haru. Tak percaya. Kaca-kaca bening di matanya hampir berjatuhan. "Aku suka... hadiahnya." Senyumnya.

"Aku tahu kamu akan suka." Gendis balas tersenyum, lalu beralih pada Singgih. "Aku percayakan Daisy sama kamu. Sampai Daisy lecet dikit aja, aku akan menuntutmu."

Singgih mengangguk menyakinkan bahwa Daisy akan aman bersamanya. Ia lalu meraih tangan Daisy serta-merta mengajaknya berlari bersamanya.

Jantung Daisy berdebar kencang. Entah dikarenakan berlari bersama Singgih? Atau karena tangannya yang digenggam oleh Singgih? Atau juga, karena saat ini mereka sedang kabur bersama? Ketiga kemungkinan itu sanggup membuat berjuta rasa yang tak keruan di tubuhnya.

Sementara itu, Gendis menahan geli melihat Sofie di kejauhan yang sedang berakting sakit perut di hadapan kedua pengawal Romi Ekadanta, yang sebelumnya berjaga di depan pintu ruangan yang ditempati Daisy.

"Oh, Sof, kamu kenapa?" Gendis berpura-pura berlari panik menghampiri Sofie.

Dua pengawal itu pun tampak panik dan berusaha untuk mencari bantuan.

"Perut gue..." Sofie meringkuk, mengerang sembari memegangi perutnya.

"Aku antar ke rumah sakit!" Gendis meraih sebelah lengan Sofie untuk dikalungkan ke pundaknya.

Sofie melirik ke arah Gendis seraya menggumam lirih, "Mereka udah pergi?"

"Udah," sahut Gendis dengan gumaman yang mungkin hanya bisa dimengerti olehnya sendiri.

Salah seorang pengawal itu hendak membantu Gendis, tapi ditolak, karena katanya ia bisa melakukannya sendiri.

Gendis memapah Sofie, melangkah gegas meninggalkan tempat, dan mencari tempat yang aman untuk... tertawa! Dan, terbahaklah mereka setibanya di parkiran.

"Aktingku tadi gimana?"

"Parah banget." Sofie menhgeleng, mendecak kecewa. "Kalau kak Armand lihat, lo langsung out dari ruang kasting."

Gendis terbahak geli. "Tapi ya, Sof, baru kali ini aku merasa sesenang ini."

"Kenapa?"

"Aku nggak pernah melakukan sesuatu yang nggak pernah aku lakukan sebelumnya." Gendis merentangkan kedua tangan di udara. "Inilah yang namanya kebebasan. Meskipun aku melakukan hal gila pertama dalam hidupku, tapi aku senang karena udah membantu Daisy bebas."

"Clubbing, yuk?" Sofie melingkarkan sebelah lengan di pundak Gendis.

Langkah Gendis berhenti seketika, kedua tangan menyilang di udara. "Bebas bukan berarti keblabasan."

"Oke. Oke." Sofie mengangkat kedua tangan di udara―tanda menyerah―daripada ia harus membiarkan kedua telinganya mendengarkan ceramah Gendis bertajuk kehidupan.

"Kira-kira mereka kabur ke mana, ya?" cemas Gendis.

"Ke tempat yang sepi. Yang hanya ada mereka berdua." Sofie mulai berfantasi liar.

"Aaaarrggh!" jerit Gendis dengan kepala menggeleng. "Jangan samakan Daisy sama kamu."

Sofie terbahak geli. "Ayolaaah," ujarnya dengan penuh jenaka. "Kita nggak bakal tahu apa yang akan terjadi pada mereka berdua, kan?"

"Tetap aja aku yakin Daisy bisa menjaga dirinya!" ada raut kecemasan di wajah Gendis.

Sofie melengkungkan senyum ke bawah sembari mengangguk-angguk kepala paham.

    *

1
elica
wahhh keren bangettt🤩🤩
mampir di ceritaku juga dong kak🤩✨
elica
hai kak aku mampirrr🤩✨
Inisabine: Haii, makasih udah mampir 😚✨
total 1 replies
US
smg aksyen baku hantam /Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!