NovelToon NovelToon
Chronos Medica: Legenda Tabib Agung

Chronos Medica: Legenda Tabib Agung

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Dokter Genius / Mengubah sejarah / Dokter Ajaib / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: R. Seftia

Mei Lin, seorang dokter muda dari tahun 2025, sedang dalam perjalanan darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang ketika sebuah kecelakaan tak terduga melemparkannya ke masa lalu. Terhempas ke laut dan terbangun di tengah medan perang, ia menemukan dirinya berada di kamp Pangeran Mahkota Rong Sheng dari Dinasti Xianhua, yang terluka parah dan sekarat.

Dengan insting medisnya, Mei Lin menggunakan alat-alat modern dari ransel besarnya untuk menyelamatkan nyawa sang pangeran, mengira ini hanyalah lokasi syuting drama kolosal. Namun, kesalahpahaman itu sirna saat anak buah Rong Sheng tiba dan justru menangkapnya. Dari situlah, takdir Mei Lin dan Rong Sheng terjalin.

Di tengah intrik istana dan ancaman musuh, Mei Lin harus beradaptasi dengan dunia yang sama sekali asing, sementara pengetahuannya dari masa depan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup dinasti. Bisakah seorang dokter dari masa depan mengubah takdir sebuah kerajaan kuno?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R. Seftia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 01: Perjalanan Waktu

"Jadi... kapan aku akan bisa bertemu dengan jodohku? Apa bisa dipercepat? Aku benar-benar harus menikah tahun depan." Mei Lin, seorang dokter pengobatan tradisional Tionghoa, duduk merengek didepan seorang ahli dalam membaca takdir dan masa depan. Orang-orang menyebutnya, Madam Huang.

Madam Huang melemparkan koin-koin di atas meja yang menjadi pembatas antara dirinya dan Mei Lin. Kemudian ia mulai membaca garis takdir di tangan Mei Lin, dan saat dia melakukannya dia menunjukkan ekspresi keterkejutan yang sangat nyata.

"Kenapa? Ada apa? Apakah ramalannya bagus? Jujur saja... aku benar-benar putus asa untuk bertemu dengan jodoh yang sempurna. Selama ini aku hanya bertemu dengan pria-pria brengsek. Mereka tidak berguna. Tapi, kali ini bagus 'kan?" Mei Lin tampak tak sabar mendengar penjelasan dari Madam Huang.

Wajah Madam Huang tampak sangat serius, dan kemudian dengan suara yang rendah dia berkata, "Tahun ini akan menjadi tahun yang luar biasa untukmu. Kehidupanmu yang selama ini kamu jalani akan berubah total dan kamu juga akan bertemu dengan laki-laki yang akan menjadi takdirmu," ungkap Madam Huang.

Mei Lin yang mendengar hal itu sontak merasa kegirangan. Mei Lin berpikir jika ia akan dipertemukan dengan pria baik dan sempurna. Mendengar ramalan yang baik tentang dirinya membuat Mei Lin ingin bertanya lebih jauh. Mei Lin kembali mengajukan pertanyaan tentang bagaimana sifat laki-laki yang akan berjodoh dengan dirinya.

Madam Huang tersenyum tipis. "Dia adalah laki-laki yang luar biasa. Dia adalah seorang penguasa, seorang pejuang, dan seseorang yang akan mengorbankan apa saja untuk dirimu."

Terus mendengar hal baik dari Madam Huang membuat Mei Lin merasa terbang di atas angin sampai tiba-tiba Madam Huang mengatakan sesuatu yang membuat dirinya serasa jatuh dari gedung pencakar langit yang tinggi.

"Jangan terlalu merasa bahagia dengan hal itu karena kau tidak tahu apa yang akan terjadi pada hubungan kalian. Hubungan yang dibuat oleh takdir yang rumit, selalu meminta tumbal darah yang terus berjatuhan. Jika kau tidak mampu menghadapi semua itu, kau akan kehilangan satu-satunya takdirmu!"

Perkataan Madam Huang membuat Mei Lin langsung terdiam dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Kata-katanya yang sangat horor membuat Mei Lin ingin langsung pergi dari tempat itu, dan sebelum dia pergi dengan rasa hormat ia memberikan uang yang menjadi imbalan atas bantuan yang diberikan oleh Madam Huang.

Madam Huan tidak menerima uang yang diberikan Mei Lin, ia berkata, "Sungguh sebuah anugrah luar biasa bagiku bisa membaca garis takdirmu. Tidak perlu memberikan imbalan. Teruslah berjalan di jalanmu, dan berhati-hati dengan wanita berbaju merah!"

Setelah uangnya ditolak oleh Madam uang, Mei Lin kembali ke mobilnya dan kemudian bersiap untuk ke klinik miliknya di mana di sana ia memiliki banyak pasien yang harus diobati.

Di dalam mobil Mei Lin menggerutu, "Harusnya aku tidak mendengarkan omong kosong Yu Na. Kenapa aku harus repot-repot datang ke tempat seperti ini? Ramalannya benar-benar buruk!"

Mei Lin kemudian menyalakan mesin mobilnya dan langsung berangkat menuju kliniknya. Dan sesampainya ia di klinik, Mei Lin langsung dihadapkan dengan pasien yang sudah menumpuk. Para perawat yang bertugas di sana pun sudah kewalahan menangani semua pasien itu.

Dengan penuh kehati-hatian Mei Lin mulai memeriksa setiap pasien yang datang untuk diobati. Dia melayani semua orang dengan sangat ramah dan juga baik. Dan pekerjaan itu pun memakan waktu yang cukup lama sampai pada akhirnya semua pasien berhasil diobati oleh Mei Lin.

"Dokter sudah bekerja keras hari ini," kata salah seorang perawat, menaruh secangkir kopi di meja Mei Lin.

"Hari ini pasien benar-benar membeludak. Semoga saja besok tidak seramai ini."

Mei Lin tersenyum, menyeruput kopi di meja itu. "Hei jangan bicara seperti itu. Bukankah akan jauh lebih baik jika kita memiliki banyak pasien? Hal itu akan meningkatkan pendapatan kita dan suster pun bisa mendapatkan uang lebih banyak. Apakah suster tidak suka uang?" tanya Mei Lin dengan senyuman hangatnya.

"Mana mungkin saya tidak suka uang. Saya sangat menyukainya."

"Nah kalau memang suster menyukai uang, maka mulai sekarang berharap dan berdoalah klinik kita selalu kedatangan banyak pasien agar pendapatan kita semakin meningkat," ucap Mei Lin.

"Baiklah, Dok."

Tiba-tiba di sela-sela pembicaraan antara Mei Lin dan juga perawat itu, telepon di meja Mei Lin berbunyi dan seketika saja Mei Lin langsung mengangkat telepon itu dan kemudian mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh orang yang menelpon dirinya.

Suara sang penelpon tidak terlalu jelas membuat Mei Lin mengulang beberapa kali memanggil sang penelpon untuk bertanya apa yang bisa ia bantu. Tetapi hasilnya tidak ada apa-apa. Penelpon itu tidak berbicara. Dan sekali Dia berbicara, suaranya tidak terlalu jelas dan tidak bisa dipahami oleh Mei Lin.

Tidak kunjung mendapatkan penjelasan jelas dari sang penelpon, Mei Lin hanya menganggap jika itu adalah telepon iseng saja dan langsung menutup panggilan itu.

"Kurasa itu hanya panggilan iseng saja. Orang-orang zaman sekarang benar-benar kekurangan kerjaan!" Mei Lin mendengus kesal.

Tidak berselang lama setelah telepon itu terputus, telepon itu kembali berdering dan membuat Mei Lin terpaksa menjawab telepon itu lagi, dan sekali lagi suara dari sang penelpon tidak terlalu jelas. Hal itu membuat Mei Lin merasa geram, dan ia pun mulai mengoceh dan memarahi sang penelpon.

Di saat Mei Lin tengah mengoceh dan memarahi sang penelpon, tiba-tiba suara sang penelpon terdengar jelas walaupun masih sedikit samar-samar. Dari suaranya terdengar jika sang penelpon sangat panik dan sangat membutuhkan bantuan sesegera Mungkin. Dia meminta Mei Lin untuk segera menolong dirinya. Dia tidak memberikan informasi yang jelas, hanya sedikit deskripsi tentang tempat di mana dia menunggu Mei Lin. Dan tempat itu jaraknya tidaklah lumayan jauh dari kliniknya.

"Aku rasa aku harus pergi. Dia perlu bantuan," kata Mei Lin, mengambil tas ranselnya, memasukkan beberapa alat medis dan beberapa obat-obatan. Bersiap untuk berangkat menemui pasien yang butuh bantuannya.

Suster Yi Ran, yang sejak tadi mengobrol dengan Mei Lin berusaha melarang, berpikir jika mungkin telpon itu adalah modus kejahatan. Takut terjadi sesuatu yang buruk kepada Mei Lin.

Namun, Mei Lin tak mendengarkan. Ia tak bisa membiarkan seseorang yang butuh bantuan begitu saja. Dan dengan penuh keberanian, ia pun berangkat dengan mobil pribadinya, berangkat menuju tempat yang tadi sempat ia dengar dari sang penelpon.

"Dekat hutan bambu..." Mei Lin mengatur navigasi di mobilnya, mulai bergerak dengan lancar. Melintasi kemacetan dan kemudian masuk ke tempat sepi.

Mobilnya berjalan di atas jembatan yang gelap, dan entah kenapa, tetapi tiba-tiba lampu mobilnya berkedip tak menentu, dan mesin mobilnya terasa aneh... selanjutnya, Mei Lin tiba-tiba memutar mobilnya sampai akhirnya mobil itu jatuh terguling dari jembatan itu.

Mei Lin yang masih di dalam mobil berusaha untuk keluar. Saat ia berhasil keluar dari mobil, tubuhnya semakin jatuh ke dalam lautan, dan matanya pun mengabur tak bisa melihat dengan jelas sampai pada akhirnya kedua matanya tertutup dan entah apa yang terjadi selanjutnya, Mei Lin tidak tahu apapun.

Beberapa saat setelah itu Mei Lin membuka kembali kedua matanya dan mendapati dirinya terdampar di tengah hutan dan di sampingnya ada seseorang yang terluka parah, pakaiannya terlihat sangat kuno dan juga dia membawa pedang. Itu pedang asli yang berlumuran darah.

"Apa yang terjadi?!"

***

Bersambung.

1
nur janah567
suka kali bisa di cintai dengan cara ugal ugalan kaya dracin yg seorang perawat d cintai sama mafia
nur janah567
c iblis rui xi pasti ngamuk
nur janah567
semangat up thor aku tunggu
nur janah567
ini unik ceritanya gk sama sama yg lain kaya real orang masuk jaman kuno yng ngerasa aneh dan takut karna tk sama , sama jaman dia di jaman asalnya .
aku jadi ngebayangin klw aku kayak gitu pasti sama takut nya ataw bahkan lebih dari itu
Marini Dewi
lanjut thor
Lim Kelly
karakter cewenya gak bs adaptasi ma jaman kuno,nangis terus
anggita
lumayan menarik, moga novelmu lancar thor👌.
R. Seftia: Terima kasih sudah mampir 💕
total 1 replies
anggita
like👍 iklan☝, Mei Lin👏.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!